12 research outputs found
Rethinking islamophobia : myth or reality / Azrul Azlan Abdul Rahman
Does Islamophobia really exist? Or is the hatred and abuse of Muslims being exaggerated to suit politicians' needs and silence the critics of Islam? The trouble with Islamophobia is that it is an irrational concept. It confuses hatred of, and
discrimination against, Muslims on the one hand with criticism of Islam on the other. The charge of Islamophobia' is all too often used not to highlight racism but to stifle criticism. Islamophobia can generally be defined as unfounded fear of and hostility towards Islam. Such fear and hostility leads to discrimination against Muslim, exclusion of Muslim from mainstream political or social process, stereotyping, the presumption of guilt by association and hate crimes. This paper focuses on terrorism, and to be more precise, the issue of Islamophobia because of the misperception towards Islam. These issues become even more crucial when such phobia has led to a stress among the world community. People need to understand what Islam really meant, so that they would be clear that they cannot judge Islam by looking at the Muslim itself. Thus, the question arises whether the
idea of ‘Islamophobia’ is a myth, or a reality
Analisis isu air di Israel dan Palestin berdasarkan politik dan undang-undang antarabangsa
Kebanyakan negara di Timur Tengah mengalami kekurangan air berterusan.
Keadaan ini dirasai di Israel, Jordan dan Palestin. Hal ini semakin buruk akibat
penurunan rizab air kerana pencemaran dan perubahan iklim, serta pertumbuhan
penduduk dan peningkatan permintaan air. Kerjasama berdasarkan pengurusan
mampan, penggunaan teknologi canggih untuk kegunaan air yang cekap, dan
pembangunan sumber air baru boleh membantu menyelesaikan masalah kekurangan
air di rantau ini secara keseluruhannya. Penyelesaian masalah kekurangan air dengan
mengorbankan pihak yang berkongsi sumber air yang sama tidak boleh diterima dan
hanya akan meningkatkan ketegangan dan kesukaran. Tujuan dokumen ini adalah
untuk menganalisis isu air di antara Israel dan Palestin, serta menyatakan prinsip
kedua-dua pihak untuk menangani masalah kekurangan bekalan air. Sektor air Israel
dan Palestin juga turut dipersembahkan bersama-sama dengan analisis menurut
undang-undang antarabangsa
Hubungan Asean-Sino: antara order Asia atau dilema “China’s Rise”
Di Asia Timur, hubungan antara China dan Persatuan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) semakin berkembang. Walaupun terdapat perbezaan, hubungan antara kedua-dua pihak ini telah melihat peningkatan yang ketara sepanjang dekad yang lalu, terutamanya apabila dibandingkan dengan ketidaksefahaman yang pernah timbul dalam hubungan tersebut.Berdasarkan sumber primer dan sekunder, kajian ini adalah untuk melihat sejauh mana hubungan dua hala ASEAN-China mampu membentuk kerjasama dalam konteks politik, keselamatan dan ekonomi selain mengupas mengenai strategi kedua pihak dalam mengendalikan isu-isu strategik seperti persepsi China’s Threat,hubungan Ekonomi ASEAN-China, latar belakang hubungan dua hala Asean-China dan sebagainya. Justeru, bagi mendalami kefahaman mengenai perkara pokok kajian ini, beberapa aspek turut dibincangkan antaranya latar belakang hubungan dua hala ASEAN-China dan penglibatan China dalam multilateral ASEAN. Di samping itu, kajian ini juga turut membuat analisis hubungan dua hala kedua pihak. Kertas kajian ini mendapati bahawa melalui penglibatan dalam beberapa siri dialog multilateral, China berubah dari curiga dan beransur-ansur menerima idea kerjasama keselamatan dan multilateralism. Walaubagaimanpun, interpretasi multilateralism China adalah terhad, kerana mereka menganggapnya sebagai tambahan, berbanding dengan perdekatan Bilateral Tradisional. China juga menentang institusi formal ASEAN Regional Forum (ARF), seperti yang diinginkan oleh Negara Barat. Beijing selesa dengan pemahaman bahawa ASEAN adalah pemandu terhadap forum tersebut dan tidak akan menyentuh isu penting di China
E-Wallet Models: An Appraisal of Shariah Related Issues
This paper aims to evaluate the existing e-wallet business models and to provide a preliminary analysis of Sharia issues, specifically related to the relationship of the involved parties in the contract (operators, customers, and third parties). As e-wallet is also a critical enabler to increase financial inclusion among the different levels of society members (richer and poor), thus there is an increasing need to analyze the existing e-wallet models and their practices. The final aims are to preserve all parties’ rights and support the policymakers to structure e-wallet parameters that comply with Islamic law. This paper adopts qualitative research approaches, specifically content analysis and interviews. The data collection includes, among others, document reviews, interviews, and observations. The paper evaluates four e-wallet models in Malaysia and analyzes arising Sharia issues from those models. In the models, several Sharia issues can be found, which are related to the contracts used, the status of funds held by e-wallet providers, deposits in banks, and revenue generation. Findings from this paper serve as a basis for scholars and policymakers to provide guidelines for Sharia-compliant e-wallets. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi model bisnis dompet elektronik yang ada dan memberikan analisis awal tentang masalah syariah, khususnya terkait dengan hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak (operator, pelanggan dan pihak ketiga). Karena dompet elektronik juga merupakan faktor penting untuk meningkatkan inklusi keuangan di antara berbagai tingkat anggota masyarakat (kaya dan miskin), maka ada peningkatan kebutuhan untuk menganalisis model dompet elektronik yang ada dan praktiknya. Tujuan akhirnya adalah untuk menjaga hak semua pihak dan mendukung pembuat kebijakan untuk menyusun parameter dompet elektronik yang sesuai dengan hukum Islam. Tulisan ini mengadopsi pendekatan penelitian kualitatif, khususnya analisis isi dan wawancara. Pengumpulan data meliputi telaah dokumen, wawancara, dan observasi. Tulisan ini mengevaluasi empat model dompet elektronik di Malaysia dan menganalisis masalah syariah yang muncul dari model tersebut. Ada beberapa masalah syariah yang dapat ditemukan dari model-model tersebut, yaitu terkait dengan akad yang digunakan, status dana yang dipegang oleh penyedia dompet elektronik, status simpanan di bank dan perolehan pendapatan. Temuan dari makalah ini dapat digunakan sebagai dasar bagi para sarjana dan pembuat kebijakan untuk memberikan pedoman dompet elektronik yang sesuai syariah
Effects of Post-Deposition Annealing Temperatures on the Composition of Interfacial Layer at Germanium (Ge) /Aluminium Oxide (Al2 O3 ) (Kesan Suhu Penyepuhlindapan Pasca Pemendapan ke atas Komposisi Antara Muka Lapisan Oksida Germanium (Ge)/Aluminium (Al2 O3 ))
The understanding of chemical bonding structure of high k dielectrics/Germanium (Ge) interface is upmost importance
in order to form a good quality dielectric/Ge interface in fabricating Ge metal oxide semiconductor field effect transistor (MOSFETs). In addition, there is still no detail explanation on the interfacial growth of dielectrics/Ge under the influenced of different temperature of post deposition anneal. In current work, the effects of post deposition anneal (PDA) temperature
between 400°C and 600°C on the chemical composition of interfacial layer between Ge and Al2 O3 were examined by X-ray photoelectron spectroscopy (XPS). Investigation on thermal stability and structural characteristics for gate structure of Al2 O3 dielectric grown on Ge by RF sputtering was done by analyzing X-ray photoelectron spectroscopy (XPS) spectra.
It is observed that the oxygen deficient region in interfacial layer (IL) is enhanced rather than fully oxidized Al2 O3 with increased PDA temperatures. These undesired phenomena caused shrinkage of IL at Ge/Al2
O3 interface at higher temperature of 600°C
The modernisation of Indonesian naval forces in Jokowi era
As an archipelago country, Indonesia has faced a lots of threats from
the sea. Because of that, Indonesia has implemented Global Maritime
Axis Policy (GMA) as a new strategy to protect its national interest
and sovereignty. One of the GMA objective is to modernise Indonesia
Naval Force. Using data and research findings from 2014- 2018,
this article will debate about the modernization of Indonesia naval
force under Jokowi Administration. This study has three objectives,
namely toexplains the Indonesia naval capabilities, toanalyse the
development of Indonesian naval force and to analyse the evolving of
Indonesian navy doctrine. The findings reveal that first, Indonesia’s
government has taken in an effort to get in the linkages between
the changing contours, its function in the area, which, shifted, is
being backed through its naval modernisation and expansion, and
second, Indonesia has collectively doubled their military spending
with warships, maritime patrol aircraft, radar systems, submarines
and naval defence systems based on their Minimum Essential Forces
(MEF) doctrine so that Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Laut
(TNI-AL) capable an enhance the Green Water Navy concept
Konflik air di Wilayah Kashmir antara India dan Pakistan berdasarkan perspektif geo-ekonomi / Azrul Azlan Abdul Rahman, Mohamad Nasrin Mohamad Nasir dan Mohd Ali Zureen Jamaluddin
Kekurangan air adalah satu masalah yang besar kepada banyak negara di dunia, terutamanya di Negara yang sedang membangun. Konflik air India-Pakistan adalah contoh konflik yang timbul daripada perjuangan dari sumber yang terhad. Berkembang kekurangan sumber air, meningkatkan penduduk dan pengurusan yang lemah sumber air di India dan Pakistan telah menyebabkan peningkatan permintaan bagi sumber air. Kekurangan air bertambah yang membawa kepada keinginan untuk mengawal sumber air, yang seterusnya menjadi suatu alasan bagi konflik air. Berdasarkan sumber sekunder, kertas kajian ini adalah untuk melihat sejauh mana faktor Geo-Ekonomi mendorong kepada konflik yang lebih luas
terutamanya di wilayah Kashmir yang hingga kini menjadi rebutan kedua-dua buah Negara. Justeru, bagi mendalami kefahaman mengenai perkara pokok kajian ini, beberapa aspek turut dibincangkan seperti Konsep Geo-Ekonomi dan Latar Belakang Konflik Kashmir serta analisis dari sudut Geo-ekonomi berkenaan dengan konflik air di Kashmir. Kertas kajian ini mendapati bahawa India dan Pakistan perlu sedar, bahawasanya apabila mereka berkeinginan untuk memajukan atau memanfaatkan sumber air di wilayah Kashmir, meraka perlu bekerjasama. Sebarang konflik yang berlarutan berlaku akan menyebabkan kedua-dua negara tidak dapat memanfaatkan sepenuhnya keperluan dan kepentingan sumber air di wilayah tersebut
Perpindahan Ibu Negara Indonesia Ke Kalimantan Timur dan Kesan Kepada Keselamatan Malaysia Timur
Isu persempadanan menjadi faktor yang boleh mengancam kedaulatan sesebuah negara kerana ia memberi impak dari sudut tradisional dan bukan tradisional. Kajian ini dijalankan untuk mengkaji kesan perpindahan ibu negara Indonesia kepada keselamatan Malaysia Timur. Ini kerana rancangan perpindahan ini melibatkan peningkatan pembangunan yang besar serta menyeluruh. Objektif kajian ini adalah Untuk mengenal pasti ancaman keselamatan yang wujud di sempadan Sarawak- Kalimantan dan mengkaji kesan perpindahan ibu negara Indonesia kepada keselamatan nasional Malaysia Timur dan Kajian ini mengguna pakai metod kualitatif di mana sebahagian data dikumpulkan melalui data sekunder yang diperoleh melalui kajian perpustakaan. Ini termasuk buku ilmiah, artikel jurnal, laporan-laporan sulit yang dilepaskan (public domain) serta dasar-dasar keselamatan dan pertahanan sesebuah kerajaan. Manakala data-data primer diperolehi melalui temu bual bersemuka dengan pakar bidang serta pegawai yang terlibat secara langsung berkaitan topik kajian dari Malaysia dan Indonesia. Kesimpulan kajian ini adalah, terdapat ancaman tradisional dan bukan tradisional di persempadanan Malaysia-Indonesia. Perpindahan ibu negara Indonesia telah memberikan kesan dari sudut politik, ekonomi dan keselamatan kepada Malaysia Timur. Kerajaan Malaysia perlu menambah anggota keselamatan untuk bersiap siaga di sepanjang persempadanan selain mengadakan hubungan diplomatik yang lebih erat dengan negara Indonesia bagi mengeratkan kerjasama di masa hadapan
Undang-Undang kemanusiaan antarabangsa dan perang terhadap keganasan: suatu tinjauan kritikal
Terdapat persoalan sejauh mana ‘Perang terhadap Keganasan’ boleh diklasifikasikan sebagai konflik bersenjata. Justeru itu, berdasarkan kajian kepustakaan artikel ini membincangkan berkenaan Undang-Undang Kemanusiaan Antarabangsa dan statut kuasanya terhadap kumpulan bersenjata transnasional berdasarkan Konsep Penentuan Sendiri (Self-Determination). Hasilnya, orang awam yang ditahan atas sebab-sebab keselamatan mesti diberi perlindungan yang diperuntukkan dalam Konvensyen Geneva Keempat dan Orang Awam tersebut yang tidak memenuhi kriteria yang diperlukan menjadikan mereka mendapat hak sepertimana Tahanan Perang. Hal ini penting dalam memahami perbezaan antara Undang-Undang Domestik, Undang-Undang Antarabangsa dan Undang-Undang Kemanusiaan Antarabangsa. Di bawah Konvensyen Geneva, International Committee of the Red Cross (ICRC) ICRC mesti diberi akses kepada orang-orang yang ditahan dalam konflik bersenjata antarabangsa, sama ada mereka adalah tawanan perang atau orang-orang yang dilindungi oleh Konvensyen Geneva Keempat. ICRC telah berulang kali dipanggil untuk menentukan status undang-undang yang tepat setiap individu yang diadakan di Teluk Guantanamo dan rangka kerja undang-undang yang terpakai kepada semua orang yang telah diadakan dalam usaha memerangi keganasan di luar situasi konflik bersenjata, ICRC mempunyai hak inisiatif kemanusiaan di bawah Statut Antarabangsa Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Oleh itu, orang ramai yang kerap dikunjungi oleh ICRC telah ditahan atas sebab-sebab keselamatan dalam masa aman. Beberapa konvensyen antarabangsa mengenai keganasan yang sedia ada termasuk peruntukan-peruntukan tertentu yang menyatakan bahawa negeri-negeri boleh membenarkan akses ICRC kepada orang-orang yang ditahan kerana disyaki aktiviti pengganas. Peruntukan-peruntukan ini, serta orang-orang yang dimasukkan ke dalam perjanjian Undang-Undang Kemanusiaan Antarabangsa dan dalam Statut Antarabangsa Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Gerakan adalah pengiktirafan terhadap peranan unik yang dimainkan oleh ICRC, berdasarkan prinsip-prinsip berkecuali dan kesaksamaan
Synthesis of metallic mixed 3R and 2H Nb1+xS2 nanoflakes by chemical vapor deposition
In this work, we report the synthesis and characterization of mixed phase Nb1+xS2 nanoflakes prepared by chemical vapor deposition. The as-grown samples show a high density of flakes (thickness similar to 50 nm) that form a continuous film. Raman and X-ray diffraction data show that the samples consist of both 2H and 3R phases, with the 2H phase containing a high concentration of Nb interstitials. These Nb interstitials sit in between the NbS2 layers to form Nb1+xS2. Cross-sectional Energy Dispersive Spectroscopy analysis with transmission electron microscopy suggests that the 2H Nb1+xS2 region is found in thinner flakes, while 3R NbS2 is observed in thicker regions of the films. The evolution of the phase from 2H Nb1+xS2 to 3R NbS2 may be attributed to the change of the growth environment from Nb-rich at the start of the growth to sulfur-rich at the latter stage. It was also found that the incorporation of Nb interstitials is highly dependent on the temperature of the NbCl5 precursor and the position of the substrate in the furnace. Samples grown at high NbCl5 temperature and with substrate located closer to the NbCl5 source show higher incorporation of Nb interstitials. Electrical measurements show linear I-V characteristics, indicating the metallic nature of the Nb1+xS2 film with relatively low resistivity of 4.1 x 10(-3) omega cm