21 research outputs found

    COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS PEMBERIAN EDUKASI MELALUI HOME CARE PADA PASIEN ASMA RAWAT JALAN

    Get PDF
    Pemberian edukasi asma secara Home Care dapat meminimalkan gejala kronis, eksaserbasi serta dapat mencapai hasil pengobatan yang maksimal dengan menggunakan biaya yang seoptimal mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk. Penelitian ini bertujuan untuk dapat meminimalkan gejala mengetahui apakah pemberian edukasi secara Home Care pada pasien asma cost-effective.  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian asma rawat jalan di Rumah Sakit Paru Jember dengan usia 18-60 tahun selama Randomizd Controlled Trial. Partisipan penelitian adalah 60 pasien periode Februari-Juni 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kelompok uji mendapatkan edukasi secara Home Care. Kelompok kontrol tidak mendapatkan edukasi. Pengetahuan asma diukur dengan Asthma General Knowledge Questionaire (AGKQ), kontrol asma diukur denganAsthma Control Test(ACT), fungsi paru diukur dengan Peak Flow Meter,Cost-Effectiveness Analysis(CEA) dihitung sebagai rasio biaya dengan outcome.  Nilai AGKQ partisipan asma pada kelompok uji sesudah diberikan edukasi (22,63 ± 3,419) berbeda signifikan dibandingkan kelompok control (19,57 ± 3,12). Nilai ACT partisipan asma pada kelompok uji sesudah diberikan dukasi (21,77 ± 2,24) berbeda signifikan dibandingkan kelompok kontrol (17,40 ± 2,77). Nilai PEF partisipan asma pada kelompok uji sesudah diberikan edukasi (283,67 ± 95,89) berbeda signifikan dibandingkan kelompok kontrol (216,33 ± 64,57). Nilai ACER (PEF) pada kelompok uji = Rp 1.998,86; sedangkan pada kelompok kontrol = Rp 3.084,66.  Nilai ACER (ACT) pada kelompok uji = Rp 28.714,34; sedangkan pada kelompok kontrol = Rp 56.860,19. Kesimpulan dari penelitian ini, pemberian edukasi secara Home Care terjadi peningkatan pengetahuan asma, kontrol asma,nilai PEF, dan biaya yang lebihcost-effective.&nbsp

    COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS PEMBERIAN EDUKASI MELALUI HOME CARE PADA PASIEN ASMA RAWAT JALAN

    Get PDF
    Pemberian edukasi asma secara Home Care dapat meminimalkan gejala kronis, eksaserbasi serta dapat mencapai hasil pengobatan yang maksimal dengan menggunakan biaya yang seoptimal mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk. Penelitian ini bertujuan untuk dapat meminimalkan gejala mengetahui apakah pemberian edukasi secara Home Care pada pasien asma cost-effective.  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian asma rawat jalan di Rumah Sakit Paru Jember dengan usia 18-60 tahun selama Randomizd Controlled Trial. Partisipan penelitian adalah 60 pasien periode Februari-Juni 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kelompok uji mendapatkan edukasi secara Home Care. Kelompok kontrol tidak mendapatkan edukasi. Pengetahuan asma diukur dengan Asthma General Knowledge Questionaire (AGKQ), kontrol asma diukur denganAsthma Control Test(ACT), fungsi paru diukur dengan Peak Flow Meter,Cost-Effectiveness Analysis(CEA) dihitung sebagai rasio biaya dengan outcome.  Nilai AGKQ partisipan asma pada kelompok uji sesudah diberikan edukasi (22,63 ± 3,419) berbeda signifikan dibandingkan kelompok control (19,57 ± 3,12). Nilai ACT partisipan asma pada kelompok uji sesudah diberikan dukasi (21,77 ± 2,24) berbeda signifikan dibandingkan kelompok kontrol (17,40 ± 2,77). Nilai PEF partisipan asma pada kelompok uji sesudah diberikan edukasi (283,67 ± 95,89) berbeda signifikan dibandingkan kelompok kontrol (216,33 ± 64,57). Nilai ACER (PEF) pada kelompok uji = Rp 1.998,86; sedangkan pada kelompok kontrol = Rp 3.084,66.  Nilai ACER (ACT) pada kelompok uji = Rp 28.714,34; sedangkan pada kelompok kontrol = Rp 56.860,19. Kesimpulan dari penelitian ini, pemberian edukasi secara Home Care terjadi peningkatan pengetahuan asma, kontrol asma,nilai PEF, dan biaya yang lebihcost-effective.&nbsp

    COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS PEMBERIAN EDUKASI MELALUI HOME CARE PADA PASIEN ASMA RAWAT JALAN

    Get PDF
    Pemberian edukasi asma secara Home Care dapat meminimalkan gejala kronis, eksaserbasi serta dapat mencapai hasil pengobatan yang maksimal dengan menggunakan biaya yang seoptimal mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk. Penelitian ini bertujuan untuk dapat meminimalkan gejala mengetahui apakah pemberian edukasi secara Home Care pada pasien asma cost-effective.  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian asma rawat jalan di Rumah Sakit Paru Jember dengan usia 18-60 tahun selama Randomizd Controlled Trial. Partisipan penelitian adalah 60 pasien periode Februari-Juni 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kelompok uji mendapatkan edukasi secara Home Care. Kelompok kontrol tidak mendapatkan edukasi. Pengetahuan asma diukur dengan Asthma General Knowledge Questionaire (AGKQ), kontrol asma diukur denganAsthma Control Test(ACT), fungsi paru diukur dengan Peak Flow Meter,Cost-Effectiveness Analysis(CEA) dihitung sebagai rasio biaya dengan outcome.  Nilai AGKQ partisipan asma pada kelompok uji sesudah diberikan edukasi (22,63 ± 3,419) berbeda signifikan dibandingkan kelompok control (19,57 ± 3,12). Nilai ACT partisipan asma pada kelompok uji sesudah diberikan dukasi (21,77 ± 2,24) berbeda signifikan dibandingkan kelompok kontrol (17,40 ± 2,77). Nilai PEF partisipan asma pada kelompok uji sesudah diberikan edukasi (283,67 ± 95,89) berbeda signifikan dibandingkan kelompok kontrol (216,33 ± 64,57). Nilai ACER (PEF) pada kelompok uji = Rp 1.998,86; sedangkan pada kelompok kontrol = Rp 3.084,66.  Nilai ACER (ACT) pada kelompok uji = Rp 28.714,34; sedangkan pada kelompok kontrol = Rp 56.860,19. Kesimpulan dari penelitian ini, pemberian edukasi secara Home Care terjadi peningkatan pengetahuan asma, kontrol asma,nilai PEF, dan biaya yang lebihcost-effective.&nbsp

    Uji Mutu Mikrobiologis Terasi Dengan Bahan Baku Udang Dari Tiga Produsen Di Kabupaten Bangkalan Madura.

    Get PDF
    Dilakukan penelitian terhadap kualitas mikrobiologis terasi yang diperoleh dari produsen terasi di Kabupaten Bangkalan Mudura : Sampel diambil dari tiga produsen yaitu A, B, C. Penelitian yang dilakukan adalah penentuan angka lempeng total bakteri, jumlah perkiraan terdekat golongan coliform, Escherichiacoli dan uji kualitatif t erhadap bakteri staphylococcus aureus , Salmonella dan ibrio colerae, yuitu,semuanya berdasarkan pada persyaratan Direktorat Jenderal Pemeriksaan Obat dan Makanan tahun 1985…

    EDUKASI KESEHATAN TERKAIT UPAYA SWAMEDIKASI PENYAKIT OSTEOARTHRITIS PADA LANSIA

    Get PDF
    ABSTRAKOsteoarthritis adalah salah satu penyakit degeneratif yang paling sering mengenai lansia. Penyakit ini hampir 70% dialami oleh mereka yang berusia diatas 50 tahun, dan menyebabkan kegagalan fungsi yang dapat mengurangi kualitas hidup manusia seperti terhambatnya ruang gerak penderita, penurunan kemampuan kerja, nyeri hebat dan cacat. Sebanyak 80% penderita mengalami keterbatasan dalam bergerak, dan sisanya bahkan tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan menunjukkan bahwa masih banyaknya kader kesehatan yang belum mengetahui upaya swamedikasi penyakit osteoarthritis pada lansia. Selain itu diketahui pula Mayoritas pendidikan formal yang ditempuh oleh penduduk di Kelurahan Karang Anyar adalah SLTA (34,6%), diikuti dengan SD (21,9%), SLTP (20,8%), dan PT (5,7%), sisanya belum sekolah/belum tamat SD (17%). Program kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kader kesehatan terhadap upaya swamedikasi penyakit osteoarthritis, sehingga dengan adanya peningkatan pemahaman diharapkan para lansia dan kader dapat melakukan upaya pengobatan secara mandiri penyakit osteoartritis. Kegiatan ini meliputi survei awal, pendidikan kesehatan melalui pemberian materi dan video pembelajaran, serta melaksanakan diskusi interaktif. Hasil dari kegiatan kemitraan ini adalah adanya peningkatan pemahaman kader kesehatan terkait upaya swamedikasi penyakit osteoarthritis pada lansia di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan yang dibuktikan dengan adanya  peningkatan nilai saat pre-test sebesar 62,00 dan meningkat menjadi 86,00 saat post-test. Kata kunci: edukasi kesehatan; lansia; osteoarthritis; swamedikasi. ABSTRACTOsteoarthritis is one of the most common degenerative diseases affecting the elderly. This disease is  almost 70% experienced by those aged over 50 years, and causes malfunctions that can reduce the quality of human life such as obstruction of the patient's range of motion, decreased ability to work, severe pain, and disability. As many as 80% of patients experience limitations in moving, and the rest cannot even carry out daily activities. Based on a preliminary study conducted in Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan, it shows that there are still many health cadres who do not know about self-medication efforts for osteoarthritis in the elderly. In ad dition, it is also known that the majority of formal education taken by residents in Kelurahan Karang Anyar is Senior High school (34.6%), followed by Elementary School (21.9%), Junior High School (20.8%) and PT (5.7%), the rest have not attended school / have not finished elementary school (17%). This partnership program aims to increase the understanding of health cadres towards self-medication efforts for osteoarthritis so that with an increased understanding, it is h oped that the elderly and cadres can make efforts to treat osteoarthritis independently. These activities include initial surveys, health education through the provision of learning materials and videos, as well as conducting interactive discussions. The result of this partnership activity is an increase in the understanding of health cadres regarding self-medication efforts for osteoarthritis in the elderly in Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan as evidenced by an increase in the pre-test score of 54.00 and increased to 86.00 when post-test. Keywords: health education; elderly; osteoarthritis; self-medication

    PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DALAM PENGGUNAAN EKSTRAK DAUN KELOR UNTUK BAHAN TAMBAHAN PEMBUATAN SABUN MANDI DI DESA TAMBAKASRI KECAMATAN TAJINAN KABUPATEN MALANG

    Get PDF
    ABSTRAKDesa Tambakasri merupakan Desa yang berada di Kecamatan Kabupaten Malang Jawa Timur. Terdapat Posyandu Lansia yang berada dalam lingkup kerja Puskesmas Tajinan. Jumlah kader kesehatan lansia adalah 19 orang, semua adalah ibu rumah tangga. Kader Kesehatan di Desa ini mengetahui semua masalah kesehatan lansia yang ada di Desa Tambakasri, dari beberapa masalah lansia, salah satu masalah kesehatan lansia adalah permasalahan kulit. Pada saat melakukan studi pendahuluan, didapatkan data bahwa mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, dan saat observasi ditemukan data bahwa banyak tanaman yang ditanam kebun masyarakat sebagai pembatas lahan. Pada saat dilakukan wawancara terhadap pemilik lahan tersebut, pemilik hanya memanfaatkan daun kelor dikonsumsi sebagai sayuran, sedangkan pemanfaatan daun kelor untuk keperluan lain belum pernah dilakukan dikarenakan tidak tahu dan tidak punya pengalaman dalam pengelolahan daun kelor untuk sabun dan keperluan lain yang lebih bermanfaat. Berdasarkan fenomena yang ditemui di lapangan, maka kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan cara pelatihan pembuatan sabun batang dengan bahan daun kelor. Persiapan dilakukan dengan cara koordinasi dengan LPPM pusat, seminar proposal PKM, pengajuan perijinan, koordinasi dengan lahan, dan pembuatan sediaan daun kelor untuk membuat sabun. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan secara hybrid (daring dan luring) selama 3 kali. Peserta cukup antusias dalam mengikuti pelatihan  pemanfaatan daun kelor sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sabun batangan, hal ini tampak pada daftar hadir yang dihadiri sebanyak 16 orang (85 % dari jumlah kader kesehatan) , hasil post test menunjukkan adanya peningkatan rata rata nilai dari 6,31 saat pre test menjadi  7,56 saat post test, serta peserta mampu melakukan redemonstrasi secara berkelompok. Dalam proses pelaksanaan pengabdian masyarakat ini bisa terlaksana dengan lancar, namun demikian  terdapat beberapa faktor penghambat antara lain situasi pandemi Covid 19 yang belum mereda dan  kendala tehnis jika dilakukan lewat daring yang berhubungan dengan sinyal internet. Kata Kunci : kader kesehatan ; daun kelor ; sabun ABSTRACTTambakasri Village is a village located in the District of Malang Regency, East Java. There is an Elderly Posyandu which is within the scope of work of the Tajinan Health Center. The number of elderly health cadres is 19 people, all of whom are housewives. Health cadres in this village know all the health problems of the elderly in Tambakasri Village, from several elderly problems, one of the elderly health problems is skin problems. During the preliminary study, data was obtained that the majority of the population worked as farmers, and during observations it was found that many plants were planted in community gardens as land boundaries. At the time of the interview with the land owner, the owner only used Moringa leaves for consumption as vegetables, while the use of Moringa leaves for other purposes had never been done because they did not know and had no experience in processing Moringa leaves for soap and other more useful purposes. Based on the phenomena encountered in the field, this community service activity was carried out by training in making bar soap with Moringa leaf ingredients. Preparations were carried out by coordinating with the central LPPM, seminar on PKM proposals, submitting permits, coordinating with land, and making preparations of Moringa leaves to make soap. Community service activities are carried out hybridly (online and offline) for 3 times. Participants were quite enthusiastic in participating in the training on the use of Moringa leaves as an additional ingredient in making soap bars, this was evident in the attendance list which was attended by 16 people (85% of the number of health cadres), the post test results showed an increase in the average score of 6.31 during the pre-test to 7.56 during the post-test, and participants were able to redemove in groups. In the process of implementing this community service, it can be carried out smoothly, however, there are several inhibiting factors, including the Covid 19 pandemic situation that has not subsided and technical obstacles if it is carried out online related to internet signals. Keywords: health cadre ; moringa leaves ; soa

    TOTAL PHENOLIK DAN UJI ANTIOKSIDAN PADA TANAMAN BUAH KAKAO BERWARNA KUNING SEGAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

    Get PDF
    Total Phenolic is a secondary metabolite found in the leaves, seeds, and fruits of higher plants. Meanwhile, cocoa contains a higher total phenolic content compared to wine or tea. Based on the chemical content on the pods, it is assumed that cocoa plant has antioxidant activity. Therefore, this research aims to determine the antioxidant compounds and total phenolic levels among the various parts of cocoa plant. The antioxidant compounds were tested using 1,1diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) method, while the total Phenolic test was performed on the barks, leaves, seeds, pulps, and fresh yellow cocoa pods using UV-vis spectrophotometry ( modified Makkar et.al method). The results showed that the total phenolic levels were as follows; seeds (5.20 mg / g), leaves (1.22 mg / g), bark (1.16 mg / g), fruit skins (0.25 mg / g). ), pulp (0.15 mg / g). Meanwhile, the antioxidant levels were as follows; fruit flesh (35.48%), seeds (12.58%), fruit skins (9.60%), leaves (5.74%), bark (0.39%). Based onthe results, the highest total phenolic content was in seeds (5.20 mg / g), while the highest level of antioxidant activity was 35.48%, namely in the fruit flesh.Keywords : Antioxidants, Cocoa (Theobroma cacao L), 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl, Total PhenolicTotal Phenolik adalah metabolit sekunder yang terdapat didalam daun, biji dan buah dari tumbuhan tingkat tinggi Kakao mengandung total phenolik lebih tinggi daripada dalam anggur maupun teh. Berdasarkan kandungan senyawa kimia pada kulit buah kakao, maka dapat diduga bahwa tanaman kakao memiliki aktivitas antioksidan. Metode yang digunakan untuk uji senyawa antioksidan dengan menggunakan 1,1diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) dan uji Total Phenolik pada kulit batang, daun, biji, daging buah, dan kulit buah kakao berwarna kuning segar dengan menggunakan spektrofotometri uv-vis (metode Makkar et.al yang telah dimodifikasi). Penelitian ini dilakukan untuk melihat kadar senyawa antioksidan serta kadar Total Phenolik yang tertinggi pada antar bagian dari tanaman kakao. Hasil dari penelitian untuk kadar total phenolik sebagai berikut pada biji (5,20 mg/g), daun (1,22 mg/g), kulit batang (1,16 mg/g), kulit buah (0,25 mg/g), daging buah (0,15 mg/g); dan untuk kadar antioksidan sebagai berikut pada daging buah (35,48 %), biji (12,58 %), kulit buah (9,60 %), daun (5,74 %), kulit batang (0,39 %). Kesimpulan kadar total phenolik yang tertinggi adalah pada biji (5,20 mg/g), dan kadar aktivitas antioksidan tertinggi adalah sebesar 35,48% yaitu pada daging buah.Kata kunci : Antioksidan, Kakao (Theobroma cacao L), 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil, Total Phenoli

    Perbandingan Kadar Flavonoid Simplisia Buah Pare (Momordica charantia L) Pada Temperatur 60°C, 80°C Dan 100°C Dengan Memakai Spektrofotometri Uv-Vis

    Get PDF
    Comparison Of Flavonoid Levels Of Pare (Momordica charantia L) Simplicia  (Momordica charantia L) With Temperatures Of 60°C, 80°C And 100°C Using Uv-Vis SpectrophotometryThe bitter melon plant is empirically often used, starting from the roots, leaves, fruit and seeds which are used as appetite medicine, launching bowel movements, worming medicine, diabetes, anti-bacterial. The part of the bitter melon plant that is often used is bitter melon which contains a lot of flavonoids. The use of bitter melon as a traditional medicine can be used in the form of simplicia. In making simplicia, it is necessary to pay attention to the drying temperature to get simplicia that is not easily damaged so that it can be stored for a long time. The purpose of this study was to compare the effect of drying temperature on simplicia bitter melon with flavonoid content. This research method uses laboratory observations where there are two groups, namely different drying temperatures of 60°C, 80°C and 100°C and flavonoid levels which are carried out three times each. The results of this study showed that simpilsia Pare (Momordica charantia L) (Momordica charantia L) dried at a temperature of 60°C obtained flavonoid levels of 16.370 mg/g, at 80°C the flavonoid content was 15.220 mg/g, and at 100°C the flavonoid content was 17.702 mg/g. The conclusion from the results of the study was that simplicia heated at a temperature of 1000C had the highest flavonoid content, namely 17.702 mg/gKeywords: Momordica charantia L, temperature, flavonoid contentBagian tumbuhan pare (Momordica charantia L) yang digunakan secara turun temurun mulai dari akar, daun, dan buah digunakan sebagai obat nafsu makan, melancarkan buang air besar, obat cacing, kencing manis, anti bakteri. Tumbuhan Pare (Momordica charantia L) yang sering dipakai adalah buah pare (Momordica charantia L) dimana banyak mengandung flavonoid. Penggunaan buah Pare (Momordica charantia L) sebagai  obat tradisional biasa digunakan dalam bentuk simplisia. Dalam pembuatan simplisa perlu diperhatikan temperatur pengeringan untuk membantu simplisia supaya tidak busuk sehingga waktu simpannya akan lebih lama. Tujuan penelitian ini membandingkan pengaruh temperatur pengeringan simplisia buah pare (Momordica charantia L) yang mengandung flavonoid. Desain penelitian ini menggunakan observasi laboratorium dimana ada tiga kelompok yaitu temperatur pengeringan yang berbeda 60°C, 80°C dan 100°C dan kadar flavonoid dimana dilakukan masing-masing tiga kali ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa simplisia  buah Pare (Momordica charantia L) yang dikeringkan pada temperatur 60°C didapatkan kadar flavonoid 16,370 mg/g, temperatur 80°C didapatkan kadar flavonoid 15,220 mg/g, dan temperatur 100°C didapatkan kadar flavonoid sebesar 17,702 mg/g. Kesimpulan dari hasil penelitian didapatkan simplisia yang dipanaskan pada temperatur 1000C mempunyai kadar flavonoid yang tertinggi yaitu 17,702 mg/g.Kata kunci : Momordica charantia L, temperatur, kadar flavonoi

    PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK KELURAHAN KAUMAN KOTA MALANG DALAM PEMANFAATAN BUNGA TELANG SEBAGAI TEH HERBAL DI MASA PANDEMI COVID 19

    Get PDF
    ABSTRAK Pergeseran gaya hidup dan pola makan dimasa sekarang dapat menyebabkan terjadinya penyakit degeratif di usia lansia. Dimana saat ini prediksi bahwa populasi usia lebih dari 60 tahun akan meningkat sekitar 2–3 kali lipat pada tahun 2050, sehingga hal ini akan menyebabkan masalah kesehatan. Pemberdayaan Kelompok PKK Kelurahan Kauman Kota Malang dalam Pemanfaatan Bunga Telang Sebagai Bahan Pembuatan Teh Herbal. Adanya pemberian edukasi tentang manfaat teh herbal pada kader PKK dengan menggunakan zoom, maka kesehatan tetap terjaga dengan baik. Metode pelaksanaan yang digunakan meliputi 3 kegiatan: Tahap persiapan: melakukan pendekatan, persiapan bahan dan alat yang digunakan untuk pembuatan sediaan teh herbal; Tahap pelaksanaan: memberikan edukasi kesehatan dan pelatihan terkait manfaat, cara penyajian, dan penyebaran video pembuatan teh herbal. Tahap evaluasi dilakukan terhadap apresiasi grup. Hasil dari pengabdian dapat berjalan baik dan lancar sesuai dengan yang telah dijadwalkan, prosentase dengan nilai rata-rata untuk peningkatan pengetahuan terkait edukasi sistem organ 83,45%; manfaat, khasiat bunga telang 85,95% dan pelatihan cara pembuatan teh herbal 81,10% dengan menggunakan google form. Kesimpulan tujuan untuk mengangkat manfaat tanaman herbal dari simplisia bunga telang sebagai bahan dasar sediaan the herbal yang aman untuk lansia dimasa pandemi covid 19. Kata Kunci : teh herbal; antioksidan; penyakit degenerative; lansia; bunga telang ABSTRACTShifts in lifestyle and eating patterns today can cause degenerative diseases in the elderly. Where it is currently predicted that the population aged over 60 years will increase by about 2-3 times by 2050, so this will cause health problems. Empowerment of PKK Group in Kauman Village, Malang City in the Utilization of Telang Flowers as Ingredients for Making Herbal Tea. The existence of providing education about the benefits of herbal tea to PKK cadres by using zoom, then health is maintained properly. The implementation method used includes 3 activities: Preparation stage: approach, preparation of materials and tools used for the manufacture of herbal tea preparations; Implementation stage: providing health education and training related to the benefits, presentation methods, and video distribution of herbal tea making. The evaluation stage is carried out on group appreciation. The results of the service can run well and smoothly according to what has been scheduled, the percentage with the average value for increasing knowledge related to organ system education is 83.45%; benefits, the efficacy of the telang flower is 85.95% and training on how to make herbal tea 81.10% using the google form. The conclusion of the goal is to raise the benefits of herbal plants from telang flower simplicia as a basic ingredient for safe herbal tea preparations for the elderly during the covid 19 pandemic. Keywords: herbal tea; antioxidant; degenerative diseases; elderly; butterfly flowe

    Uji Bahan Kimia Obat (Asam Mefenamat) pada Jamu Pereda Nyeri Haid di Kota Malang dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis

    Get PDF
    Pendahuluan: Pemanfaatan jamu di Indonesia sendiri sudah lama digunakan sejak jaman nenek moyang, karena melimpahnya keberagaman bahan obat tradisional dengan berbagai macam manfaat yang digunakan untuk pengobatan penyakit. Jamu yang merupakan salah satu warisan budaya Indonesia, sayangnya saat ini terdapat banyak kecurangan yang dilakukan pengusaha maupun oknum yang tidak bertanggung jawab dengan mencampur sediaan jamu dengan bahan kimia obat (BKO). Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat kandungan asam mefenamat pada jamu pereda nyeri haid (A, B, C, D, E) di Kota Malang menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Metode: Metode identifikasi Bahan Kimia Obat (Asam Mefenamat) pada jamu pereda nyeri haid menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil: Hasil penelitian dengan metode kromatografi lapis tipis yang dilakukan 3 kali repikasi, diperoleh nilai Rf rata-rata sampel yaitu 0,67 untuk noda pertama sampel A, 0,77 untuk noda kedua sampel A dan 0,86 untuk noda ketiga sampel A; 0,19 untuk sampel B (Tailing); 0,68 untuk noda pertama sampel C, 0,77 untuk noda kedua sampel C dan 0,86 untuk noda ketiga sampel C; 0,55 untuk noda pertama sampel D, 0,63 untuk noda kedua sampel D dan 0,72 untuk noda ketiga sampel D; kemudian 0,54 untuk noda pertama sampel E, 0,62 untuk noda kedua untuk sampel E dan 0,72 untuk noda ketiga pada sampel E. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini yaitu semua sampel jamu A, B, C, D dan E yang dianalisis memiliki nilai Rf yang tidak sama dengan nilai Rf asam mefenamat, maka sampel tersebut dinyatakan negatif  tidak mengandung asam mefenamat
    corecore