2,410 research outputs found
THE INFLUENCE OF MASTERY PRODUCTIVE PROGRAMS AND INDUSTRIAL GUIDANCE TEACHER TOWARDS THE ACHIEVEMENT OBTAINED IN INDUSTRIAL WORKING PRACTICE ON DRAWINGS OF BUILDING ENGINEERING PROGRAM AT SMK N 2 YOGYAKARTA
This research aimed to know the effect of mastery productive programs and
industrial teacherâs guidance toward the achievement obtained in industrial working
practice achievement on the drawing of building engineering program at SMK N 2
Yogyakarta in second grade of SMK N 2 Yogyakarta in academic year of 2010/2011.
This research is an Ex-Post Facto research. The sample of this research was 31
second grade students of engineering drawings of SMK N 2 Yogyakarta in academic
year of 2010/2011 who had done the first periode of industrial working practice. The
data collecting of the population for the work of the industrial teacherâs guidance was
using questioner of Likert scale with margin score of 1 to 4. Meanwhile to the
variable of productive program achievement was using the document of report school
grade from grade 1 to 2. 0 The variable achievement of industrial working practice
also applied the documentation of industrial working practice grade which was
written in the certificate of industrial working practice. The instruments validation
questioner implemented items analysis using correlation formula âProduct Momentâ
and the check reliability was using Alpha Cronbach Formula. Testing hypothesis was
using correlation analysis product moment and multiple regression analysis which
were done before test requirements analysis. It consisted of normalization,
linearization, and multikolinierization.
The result stows that : (1). There was an significant influence to the achievement
of productive program to the studentâs the achievement obtained in industrial
working practice proved by correlation coefficient 0,8,8 > 0,355, P = 0,05 with the
effective contribution 24,9% and X1 = 2,932. (2). There was significant influence
between the work of industrial guidance teacher and the studentsâ achievement
obtained in industrial working practice, proved by correlation coefficient 0,5932 >
0,355, P= 0,05 with the effective contribution of 0,2% and X2 = 0,030. (3). There is
influence significant between the productive program achievement and the work of
industrial guidance teacher with the studentsâ achievement obtained in industrial
working practice with effective contribution of 25,1% and Y = -12,819 + 2,923X1 +
0,030 X2.
Keyword: the productive program mastery, industrial guidance teachers work, the
achievement obtained in industrial working practic
PENGARUH LATIHAN PERNAFASAN SISTEM MERPATI PUTIH TERHADAP PENINGKATAN VO2 MAK. PESILAT
This research aims at demonstrating the effects of Merpati Putih breathing system towards the increase of fightersâ VO2 max. This is an experimental study using The One-Group Pretest-Posttest Design. The populations involved in this study were the fighters of STTNAS Studentsâ Activity Unit, while the samples were 20 male and female students taken randomly. The data were collected through the test technique. The research instruments used to measure fightersâ I VO2 max were Multi Stage reverse run tests. The data were analyzed using Pearsonâs product moment correlation to test its reliability. In addition, to test the hypothesis, the researcher used T-test and to accept or reject the hypothesis, the researcher used the significance level of 5%. The results showed that the reliability test on the Multi Stage run test resulted in correlation coefficient of r = 0.80 which inferred that the test was reliable. The T-test on Multi Stage run test (VO2 Max) of the fighters resulted in the mean value of 33.089 for the first test and 35.038 on the second test with p: 0.017. It inferred that there were significant differences in the increase of VO2 max between the fighters who had not had experience the breathing system and those who had. Keywords: Merpati Putih Breathin
KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN DI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
This research study aims at demonstrating the quality of academic service provided by Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University as well as its classification. This is a descriptive study using percentages which were interpreted qualitatively. The population in this research involved the students of Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University class 2002/2003 from 3 study programs which were Coaching Education, Physical Health and Recreation Education, and Sport Science. The samples involved 105 respondents taken by using the Proportional Random Sampling. The results of this study show that generally the academic service in Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University was Fair (62%). Thus, it should be improved to achieve Good level. If it was observed through each factor of the academic service quality in Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University, the classifications were: 1) Tangible factors involving the formations, the classification was Fair (56%), 2) Empathy factors involving ease, the classification was Fair (66%), 3) Reliability factors, the classification was Fair (63%), 4) Responsiveness factors, the classification was Fair (68%), and 5) Assurance factors, the classification was Fair (64%). It should be noticed that although all factors of academic service were classified as Fair, all the factors should be improved to be Good. If the factors were classified for each item, there were some items classified as Poor and even Bad including 1) tangibles: the fields for practicum were arid (43%); the tool reparation was poor (50%); the locker were not functioning (40%); the cleanness of the toilets and bathrooms were not good (54%); the hall of martial art was not standardized (55%); the hall of table tennis was dirty and musty (51%); the hall of gymnastic was not orderly and satisfied (53%), 2) Reliability: the service of the staffs to the students were not reliable (55%), 3) Assurance: the security of stuffs and bags when the students were having practicum was not good (55%)
Dasar Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur (Dp3a) Solo Racquet Sports Center
Olah raga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan
kesenangan kepada manusia. Olah raga juga merupakan satu keharusan dari
aspek biologis manusia guna mengembangkan ketahanan yang bersifat
menyeluruh, pembentukan ketrampilan hidup, ketrampilan sosial, ketrampilan
berfikir, pembentukan prestasi, penghayatan nilai-nilai sportifitas, nilai-nilai
moral dan estetika.
Pada masa sekarang ini olah raga juga memberikan pengaruh bagi citra
suatu bangsa dan negara. Negara yang memiliki prestasi di banyak bidang olah
raga akan menaikkan citra negara tersebut. Salah satu cabang olah raga yang
sering mengharumkan nama bangsa Indonesia dan digemari oleh masyarakat
adalah Badminton atau Bulutangkis.
Kota Solo merupakan salah satu kota yang memiliki riwayat positif
dalam bidang olahraga. Melihat perkembangan dan sejarah Kota Solo sebagai
barometer perkembangan olah raga nasional, memang layak agaknya jika Kota
Solo dinobatkan oleh pemerintah sebagai Kota Olah raga Indonesia sehingga
diharapkan dapat berdampak positif bagi perkembangan keolahragaan di
Indonesia.
Perancangan ini dilakukan untuk mendapatkan rancangan suatu pusat
olahraga yang menggunakan raket dapat mewadahi segala kegiatan olahraga
raket di Kota Solo, untuk mewadahi kegiatan olahraga yang bersifat edukasi,
rekreatif, dan profesional dengan memperhatikan beberapa aspek salah satunya
aksesibilitas
Pengaruh Lingkungan Keluargan dan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi pada siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Banyudono Tahun Ajaran 2010/2011
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono; 2) Untuk mengetahui pengaruh pergaulan teman sebaya terhadap prestasi belajar kelas X program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono; 3) Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga dan pergaulan teman sebaya terhadap prestasi belajar pada siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan penarikan kesimpulan melalui analisis statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono. Sampel diambil sebanyak 58 siswa. Data yang diperlukan diperoleh melalui angket dan dokumentasi. Angket sebelumnya diujicobakan dan diuji validitas serta diuji reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, uji F, uji t, uji R2, dan sumbangan relatif dan efektif. Hasil analisis regresi memperoleh persamaan garis regresi: Y = 69,156 + 0,273X1 + 0,141X2. Persamaan menunjukkan bahwa hasil prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan pergaulan teman sebaya. Kesimpulan yang diambil adalah: 1) Ada pengaruh yang signifikan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa di kelas X program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji t) diketahui bahwa thitung > ttabel, yaitu 4,212 > 2,004 dan nilai signifikansi ttabel, yaitu 2,593 > 2,004 dan nilai signifikansi Ftabel, yaitu 10,166 > 3,165 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,000. Dengan koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0,270. 4) Hasil uji koefisien determinasi (R2) sebesar 0,270 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh antara lingkungan keluarga dan pergaulan teman sebaya terhadap prestasi belajar siswa adalah sebesar 27% sedangkan 6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti
STUDI TENTANG GUGATAN INSIDENTIL DALAM TUSSENKOMST ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA )
Prosedur mengajukan gugatan insidentil tersebut dimulai dengan adanya pihak ketiga yang merasa kepentingannya tersangkut dalam perkara yang sedang diperiksa di Pengadilan Negeri, kemudian mengajukan gugatan ke pengadilan baik secara lisan maupun tertulis untuk mencampuri perkara tersebut sebagai pihak ketiga yang melawan penggugat maupun tergugat yang sedang bersengketa. Gugatan insidentil tersebut dikabulkan atau ditolak tergantung pertimbangan dan kebijaksanaan hakim dalam memeriksa gugatan insidentil. Gugatan insidentil dikabulkan kalau ada keterkaitan antara gugatan utama dengan gugatan intervensi, gugatan insidentil ditolak kalau tidak ada keterkaitan antara gugatan utama dengan gugatan intervensi dan batas pengajuan gugatan insidentil sampai pada tahap pembuktian. Oleh karena gugatan insidentil itu ada keterkaitan dalam kasus tersebut diatas karena gugatan utama ada keterkaitan pihak ketiga maka gugatan insidentil Tussenkomst dikabulkan oleh Hakim. Mengenai alasan-alasan yang menjadi pertimbangan hakim dalam menerima atau menolak gugatan insidentil, undang-undang tidak mengaturnya sehingga diserahkan kepada kebijaksanaan hakim yang memeriksa perkara. Undang-undang memberikan kebebasan kepada Hakim untuk mengabulkan atau menolak gugatan insidentil yang diajukan kepadanya. Gugatan insidentil (Tussenkomst) diputus atau diakhiri bila gugatan utama dan gugatan intervensi diputus secara bersamaan. Jadi gugatan utama dan gugatan intervensi dalam putusan tidak dapat dipisah-pisahkan, putusannya harus dijatuhkan sekaligus dalam satu putusan. Apabila tidak puas bisa diajukan banding dan kasasi. Disini gugatan insidentil diputus secara bersamaan untuk menghindari dari konsekuensi dijatuhkannya putusan yang berlainan, dalam perkara yang sama dimana para pihak dan obyek sengketanya sama. Karena dengan adanya dua putusan yang berlainan akan menimbulkan dua hubungan yang berlainan pula
PERMAINAN TRADISIONAL ANAK â ANAK SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS
1. Fenomena Dunia Anak-Anak
Anak merupakan tumpuan harapan bagi orang tua, bangsa dan negara,
karenanya tidak berlebihan jika anak kerap dicatat sebagai generasi pewaris
penerus cita-cita. Apa yang terjadi pada generasi yang akan datang adalah
generasi yang di warnai dengan arus kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin global.
Demikian pula yang terjadi di dunia anak-anak. Dunia anak adalah permainan
termasuk kebutuhan pokoknya. Maka orang tua yang mengerti tentu tidak mudah
memarahi atau melarang anak-anaknya yang suka bermain Siapa tahu justru
menjadi kreatif dan cerdas berkat permainannya ( http / www.Kafe Muslimah.com
). Tetapi fenomena yang terjadi belakangan ini menunjukkan bahwa dunia anak
diramaikan dengan fasilitas-fasilitas bermain berteknologi tinggi. Mulai dari video
game, playstation, remot car ( tamiya ), tamagochi dan masih banyak lagi jenis
permainan mekanik lain yang bersifat rekreatif ilusi.
Permainan tersebut kebanyakan bersifat pasif, anak hanya memperoleh
kesenangan, kurang merangsang perkembangan mental anak dalam proses
interaksi dengan lingkungan selama bermain. Padahal, bermain adalah merupakan
bentuk kegiatan yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan aspek-
aspek fisik anak. Kegiatan bermain bagi anak memiliki fungsi sebagai kegiatan rekreasi memberikan kesenangan dan kepuasan di waktu luang serta sebagai
kegiatan edukatif dalam membantu proses perkembangan psikis dan sarana
sosialisasi bagi anak. Karena itu anak-anak membutuhkan jenis permainan yang
lebih terarah dan bersifat mendidik serta membantu anak dalam membentuk
kepribadian.
Pada intinya permainan merupakan bagian dari tingkah laku manusia, yang
juga merupakan bagian kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks
yang didalamnya termasuk ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan manusia sebagai
anggota masyarakat. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa permainan
merupakan warisan nenek moyang kita, warisan dari para leluhur kita, sehingga
dengan melestarikan permainan, juga melestarikan sebagian kebudayaan nenek
moyang kita. Namun pewarisan itu sendiri selalu mengalami perubahan sesuai
dengan perubahan zaman dan perkembangan kebudayaan.
2. Warisan Budaya sebagai Sarana Perkembangan Anak
Berangkat dari pentingnya pendidikan moral bagi anak-anak, warisan budaya
adalah merupakan suatu media yang tepat untuk memberikan informasi dan
pendidikan tentang nilai-nilai hidup yang berkualitas. Maka dari itu perlu
dicermati yaitu mengenai eksistensi permainan tradisional anak-anak yang
dulunya sangat digemari. Dharmamulya menyebutkan bahwa permainan
tradisional mengandung beberapa nilai yang dapat ditanamkan. Nilai-nilai tersebut
antara lain rasa senang, rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh
tanggung jawab, rasa patuh, rasa saling membantu yang kesemuanya merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan masyarakat.
Sebenarnya banyak pula alasan mengapa permainan tradisional anak-anak yang
dulunya menjadi ciri khas suatu daerah tertentu, kini keberadaannya mulai
menghilang ( Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta.1980/1981:2 ).
Dari sisi lain bentuk-bentuk dari permainan tradisional maupun permainan
modern sebenarnya sama-sama mempunyai berbagai macam kekurangan dan
kelebihan sendiri-sendiri baik itu dalam hal efektifitas, efisiensi, kreativitas dan
lain sebagainya. Secara lebih mendalam bisa di jelaskan pula bahwa dalam
permainan tradisional memiliki beberapa kelebihan di bandingkan dengan
permainan modern misalnya dalam hal nilai-nilai kreativitas anak dan berkreasi.
Bukan hanya itu saja akan tetapi ada hal yang tidak kalah pentingnya, menurut
Ernie seorang psikolog anak dari Lembaga Penelitian dan Tumbuh Kembang
Anak dikatakannya bahwa dalam permainan tradisional anak-anak memiliki
unsur-unsur seperti psikomotorik, bahasa, emosi, aspek kognitif, kolektifitas dan
jiwa sosial ( http / www.Kampus Kita.com ).
Di samping mempunyai kelebihan, permainan tradisional itu sendiri juga
mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah di butuhkannya tempat yang
cukup luas untuk mampu menampung anak-anak dalam membuat suatu
permainan tertentu. Sedangkan kelebihan yang di miliki oleh permainan
tradisional itu sendiri diantaranya yaitu anak bisa di ajarkan norma-norma,
berkreasi dan mengembangkan kreativitasnya. Pada dasarnya permainan-
permainan yang sifatnya modern seperti sega maupun nitendo bagi seorang anak merupakan suatu permainan yang hanya mampu untuk melatih menjadi dirinya
sendiri.
Pada permainan modern seorang anak terbatas kemampuannya dalam hal
melatih ketangkasan dan ketrampilan tangan saja. Di samping itu pada permainan
modern lebih mendidik anak untuk bersikap malas dan tidak mau belajar berkreasi
atau bahkan tidak memiliki semangat kreatif karena permainan tersebut hanya
bersifat instan. Tetapi dalam batas-batas tertentu permainan modern tersebut juga
dapat melatih tingkat kecerdasan seorang anak, dapat mandiri dan cepat dalam hal
pengambilan keputusan. Hal lain yang nampak mengalami perubahan adalah
ekspresi keceriaan yang dirasakan oleh anak-anak pada masa lalu dan masa
sekarang sangat berbeda. Pada masa lalu ekspresi keceriaan anak-anak tampak
sekali pada waktu mereka sedang bermain di alam bebas dan terbuka.
Kebanyakan permainan tradisional di mainkan di ruang terbuka sehingga anak-
anak terlibat secara langsung. Oleh karena itu spontanitas, sportifitas dan
kreatifitas anak lebih kelihatan. Jadi pada intinya permainan tradisional anak yang
telah ditinggalkan terlihat dapat menumbuhkan jiwa sosialisme dan kebersamaan
anak ( http / www. Harian Kita.com ). Sehingga anak-anak yang sudah tidak
mengenal permainan yang sebenarnya adalah permainan asli milik bangsa bisa
dikenalnya, bahkan kalau seumpamanya bisa dimainkan lagi, sebab permainan
tradisional dapat mengasah fisik, otakpun menjadi kunci utama. Jadi kalau
dibandingkan dengan permainan playstation atau sejenisnya itu sebenarnya
permainan tradisional itu lebih bagus untuk perkembangan anak, karena dengan
permainan modern anak-anak sengaja dijebak pada hal-hal yang bersifat instan
PEMODELAN DEMAND TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik)
Perkembangan suatu kota memberikan efek terhadap meningkatnya aktivitas masyarakat kota.
Aktivitas masyarakat kota ini membutuhkan sistem transportasi yang memadai sehingga dapat
memperlancar aktivitas. Namun, pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menyebabkan permintaan
sarana transportasi meningkat, dan sampai saat ini pemerintah belum mampu menyediakan sarana angkutan
umum massal (SAUM) yang memadai untuk mengantisipasi hal tersebut. Karena pemerintah tidak mampu
menyediakan SAUM yang memadai maka masyarakat lebih cenderung menggunakan kendaraan pribadi
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu, pertumbuhan kendaraan di Indonesia sangat tinggi
Analisa Keamanan Jaringan Wireless Local Area Network Dengan Access Point Tp-Link Wa500g
Perkembangan teknologi wireless sangat berkembang, selain memiliki
keunggulan dalam hal fleksibilitas, wireless juga memiliki celah kelemahan. Maka
diperlukan identifikasi kelemahan keamanan pada wireless untuk lebih baik
kedepannya dalam meningkatkan keamanan wireless.
Pada pengujian ini akan dilakukan pengujian terhadap keamanan pada jaringan
wireless dari sisi keamanan access point, dan access point yang digunakan adalah TPLINK
WA500G. Metode konsep yang digunakan adalah wireless hacking,
pengujiannya diantaranya meliputi reveal SSID (Service Set Identifier), MAC address
spoofing , crack WEP (Wired Equivalent Privacy), crack WPA/WPA2 PSK (Wifi
Protected Access Pre-Shared Key).
Dari hasil pengujian terhadap celah keamanan access point TP-LINK WA500G
dapat memberikan pemahaman terhadap celah keamanannya dan cara untuk
pencegahan wireless hacking.
Kata Kunci : wireless, SSID,WEP,Mac address, WPA/WPA2 PSK
STATUS KONDISI FISIK PENCAKSILAT INDONESIA
This research study is aimed at exploring the status of physical condition of pencak silat fighters in facing international championship in Thailand. The significance of this research is as input and evaluation for PB IPSI (Indonesian Pencak Silat Association), especially for national Pelatnas (Centralization of National Training) coaches in facing the international championship.
This is a descriptive research using percentages. The data collecting was completed through test and measurement techniques. Population of this research involved pencak silat fighters who participated in Pelatnas preparing for International championship 2006 in Padepokan Pencak Silat in Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. The sampling technique used in this research was population sample which involved all pencak silat fighters who participated in Pelatnas in Jakarta. The number of participants were 23 pencak silat fighters consisting 15 male pencak silat fighters and 8 female pencak silat fighters. The research instruments in this research were: (1) Push-up tests to measure the strength of arm muscle, (2) Sit-up tests to measure the strength of abdomen muscle, (3) Bleep tests to measure aerobic endurance, (4) 20-m sprint tests to measure speed, and (5) squat-jump tests to measure coordination. Data collecting was conducted on 17-18 October 2006 during the preparation of the international championship.
The results of the research stated that: (1) generally, the status of physical condition of the national male pencak silat fighters in facing the international championship was in the medium category involving the components of endurance, strength, speed, and coordination, (2) the status of physical condition of the national female pencak silat fighters in facing the international championship was in the medium category involving the components of endurance, strength, and speed. In addition, the component of coordination of the national female pencak silat fighters was in the good category which was better than the malesâ.
Keywords: Status, Physical Condition, Pencak silat fighters
- âŠ