842 research outputs found

    KAJIAN BANDINGAN NOVEL DENGAN MEMOAR HAJIBACKPACKER SERTA PEMANFAATANNYA DALAM PENYUSUNANBUKU PENGAYAAN KETERAMPILAN MENULIS FIKSIUNTUK SMA

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan struktur novel Haji Backpacker; 2) mendeskripsikan struktur memoar Haji Backpacker; 3) mendeskripsikan keterkaitan, persamaan, dan perbedaan antara struktur teks novel dengan memoar Haji Backpacker; dan 4) menyusun buku pengayaan keterampilan menulis fiksi untuk SMA dengan memanfaatkan hasil temuan dan pembahasan dari penelitian ini. Sementara itu, melalui paradigma penelitian kualitatif, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis komparatif dengan sumber data Novel Haji Backpacker dan Memoar Haji Backpacker. Selanjutnya, teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dan teknik analisis data dengan teknik deskriptif. Berkaitan dengan langkah kerja praktik sastra bandingan, maka teks novel dan memoar dianalisis menggunakan teori: 1) struktur faktual cerita menurut Robert Stanton, 2) model analisis sintaksis naratif dan semantik naratif Todorov/Barthez. Hasil dari penelitian ini berupa, 1) struktur novel adalah pengaluran sorot balik, jumlah tokoh sebanyak 20, dan latar yang terdiri dari 5 ruang gerak dan 25 ruang statis dengan penyebutan keterangan waktu terbanyak adalah siang hari; 2) struktur memoar adalah pengaluran linier, jumlah tokoh sebanyak 35, dan latar yang terdiri dari 3 ruang gerak dan 30 ruang statis dengan penyebutan keterangan waktu terbanyak adalah siang hari; 3) novel dengan memoar memiliki kesamaan pada sisi pemilihan nama tokoh utama dan beberapa latar, sedangkan pengaluran berbeda; 4) buku pengayaan keterampilan menulis fiksi berhasil disusun dengan memanfaatkan hasil temuan dan pembahasan dari penelitian ini. ; The aims of the research are 1) to describe novel structure Haji Backpacker; 2) to describe memoar structure Haji Backpacker; 3) to describe the relations, similarities and the differences between novel Haji Backpacker and the memoar text structure; 4) to arrange an enrichment book of fiction writing skills of Senior High School (SMA) by employing the finding result and the discussion of this research. Through qualitative research paradigm, the research is carried out by using descriptive method of comparative analyses. The data taken from Novel Haji Backpacker and Memoar Haji Backpacker. While, the research technique applied are documentation technique for collecting data and descriptive technique for data analyses. Related to the steps-work practice of comparative literature, the novel text and memoar are analysed using theories: 1) factual story structures according to Robert Stanton, 2) analyses model of narrative syntax and the semantics Todorov/Barthes. The research results: 1) the novel structures are reverse plot, with 20 characters, and 5 background moving place and 25 static places by mostly mentioning adverb of time ‘afternoon’; 2) memoar structures are linear plot, the characters are 35 with 3 background moving places and 30 static places by mostly mentioning adverb of time ‘afternoon’; 3) between novel and memoar have similarities on choosing the main character name and several background places, while in plotting is different; 4) an enrichment book of fiction writing skills is successfully arranged by employing the finding result and the discussion of this research

    PENGARUH KETOTIFEN SEBELUM PEMBERIAN ATRAKURIUM SEBAGAI FASILITASI INTUBASI TERHADAP KADAR HISTAMIN SERUM

    Get PDF
    Latar Belakang : Atrakurium merupakan obat pelumpuh otot golonagn nondepolarisasi lama kerja menengah (intermediet). Pelepasan histamin adalah efek samping utama dari atrakurium. Histamin salah satu mediator kimia yang dikeluarkan oleh sel mast pada saat degranulasi yang sebelumnya didahului adanya intraksi dengan antibodi IgE yang mengikat antigen (alergen). Histamin dapat menyebabkan reaksi anafilaksis baik bersifat lokal maupun sistemik. Ketotifen sebagai antihistamin dan agent stabilisasi sel mast, telah terbukti mencegah terjadinya degranulasi sel mast yang akan melepaskan berbagai mediator kimia, termasuk histamin. Tujuan : Untuk mengetahui apakah pemberian ketotifen dapat mengendalikan pelepasan histamin dari sel mast yang terjadi pasca pemberian atrakurium pada tindakan intubasi endotrakeal. Metode : Eksperimental uji klinis dengan desain randomized controlled tria double blind. 30 sampel yaitu pasien dengan status fisik ASA I dan ASA II yang akan menjalani operasi dengan anestesi umum, dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok Eksperimen terdiri dari 15 pasien yang diberikan ketotifen oral dua kali, yaitu masing-masing 2 mg pada malam dan pagi sebelum pembedahan yang diberikan dalam bentuk kapsul dan Kelompok Kontrol terdiri dari 15 pasien yang diberikan plasebo oral dua kali, yaitu masing-masing satu kapsul pada malam dan pagi sebelum pembedahan. Dilakukan sampling darah vena 3 mL yang diambil sesaat sebelum pemberian atrakurium dan tiga menit setelah pemberian atrakurium. Dianalisis dengan quantitative histamine immunoassay ELISA reader. Kadar histamin yang didapat dianalisa dengan uji statistik nonparametrik Mann-Whitney U untuk mengetahui perbedaan kadar histamin serum sebelum dan sesudah antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil : Ada perbedaan yang signifikan, kadar histamin serum sesudah pemberian atrakurium anatra kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, dimana kelompok eksperimen yang mendapatkan ketotifen kadar histaminnya lebih sedikit (peningkatan 22%) dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan plasebo (peningkatan 183%). Kesimpulan : Ketotifen mempunyai peran dalam pencegahan pelepasan histamin pasca pemberian atrakurium dengan signifikan. Kata Kunci : Ketotifen, histamin, atrakuriu Background : Atracurium is a nondepolarizing muscle relaxant agent which has intermediate duration . Histamine release is a major side effect of atracurium . Histamine is a chemical mediator released by mast cells upon degranulation which preceded the interaction with IgE antibodies that bind to antigen (allergen) . Histamine can cause anaphylactic reactions both localized and systemic . Ketotifen as an antihistamine and mast cell stabilizing agent , has been shown to prevent mast cell degranulation which will release various chemical mediators, including histamine . Objective: Analyzing whether administration of ketotifen is effective in controlling the release of histamine from mast cells that occurs after atracurium administration in endotracheal intubation , by calculating differences in serum histamine levels with and without administrating prior ketotifen. Methods : Experimental design of clinical trials with double-blind randomized controlled trial . Thirty samples of the patients with ASA physical status I and II who will undergo surgery with general anesthesia, were divided into two groups . Experimental group , the treatment group was consisted of 15 patients who were given oral ketotifen twice, each 2 mg at night and morning before surgery is given in the form of capsules. Control Group , is a patient group consisted of 15 patients who were given placebo orally two times , ie each one capsule in the night and morning before surgery . Taking 3 mL venous blood sampling were taken just prior to atracurium administration and three minutes after administration of atracurium. Analyzed by quantitative histamine ELISA immunoassay reader . Histamine levels obtained were analyzed by statistical tests nonparametric Mann-Whitney U. Results : There were significant differences (P<0.05), serum histamine levels in the experimental group were given ketotifen when compared with a control group given a placebo . Conclusion : Ketotifen has a role in preventing the release of histamine after admistration atracurium with significant result. Keywords : Ketotifen, histamine, atracurium

    FAKTOR DITERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH : Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya Mutu, Kinerja Mengajar Guru, terhadap Mutu Madrasah Aliyah Swasta Terakreditasi B se-Kabupaten Bandung

    Get PDF
    Madrasah aliyah adalah salah satu lembaga pendidikan yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Banyaknya pendirian madrasah sebagai akibat dari kepedulian masyarakat terhadap pendidikan harus disertai dengan peningkatan mutu. Pada kenyataannya mutu madrasah belum mampu bersaing dengan sekolah umum dalam melanjutakan pendidikan ke perguruan tinggi negeri maupun penyerapan oleh dunia usaha dan dunia industri. Rumusan masalah penelitian meliputi (1) pengaruh kinerja kepala terhadap kinerja komite, (2) pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap kinerja guru, (3) pengaruh kinerja komite madrasah terhadap kinerja guru, (4) pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru, (5) pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, dan budaya mutu terhadap kinerja guru, (6) pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap mutu, (7) pengaruh kinerja komite terhadap mutu, (8) pengaruh budaya mutu terhadap mutu madrasah, (9) pengaruh kinerja guru terhadap mutu, (10) pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru secara bersama-sama terhadap mutu madrasah aliyah swasta terakreditasi di Kabupaten Bandung. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keterpengaruhan antara kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu madrasah, dan kinerja mengajar guru terhadap mutu pendidikan. Metode penelitian yang dipergunakan adalah metoda survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data adalah melalui angket yang disebar secara acak (random). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 orang guru yang tersebar di 30 madrasah aliyah swasta terakreditas B se Kabupaten Bandung. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk analisis variabel adalah Weighted Means Scored (WMS) dan untuk analisis korelasi antar variabel adalah analisis jalur (path analysis). Kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu madrasah, dan kinerja mengajar guru terhadap mutu pendidikan memiliki pengaruh yang positif. Artinya masing masing variabel mempengaruhi terhadap mutu madrasah. Yang perlu ditingkatkan pada kinerja kepala madrasah adalah kemampuan mengerahkan sumber daya, pada masalah kinerja komite madrasah adalah fungsi pengontrol (Controlling Agency), pada budaya mutu madrasah yang perlu ditingkatkan terdapat pada nilai-nilai primer, kinerja mengajar guru pada kemampuan mengelola kelas dan mengembangkan potensi siswa. Di samping itu madrasah perlu menganalisis kembali visi, misi serta tujuan pendidikan untuk meningkatkan mutu madrasah. Madrasah Aliyah is one of the educational institutions that are the means to achieve national education goals. The madrasah establishment as a result of public awareness of education must be accompanied by an increase in quality. In fact the madrasah quality has not been able to compete with the public schools in continuing education to public universities as well as absorption by the business and industrial world. Formulation of research problems include (1) the effect of the Principal Performance on Performance of Committee, (2) the effect of principals performance against the performance of teaching, (3) the effect of comitee performance on teaching performance, (4) cultural effect on the quality of teaching performance, (5) the effect of principals performance, the performance of the committee, and cultural quality of the teaching performance, (6) the effect of principal performance on the madrasah quality , (7) the effect of the committee performance on the quality, (8) the effect of quality culture to quality, (9) the effect of teaching performance on the quality, (10) the effect of the principals performance, committee performance, quality culture, teaching performance together on the quality of accredited private madrasah aliyah in Bandung. The main objective of this research was to determine the effect of the rincipal performance, committee performance, quality culture, and the teaching performance on madrasah quality. The research method used was a survey method with a quantitative approach. Techniques of data collection is through a questionnaire distributed at random. The samples in this study were 90 teachers spread over 30 accredited Grade B of private Madrasah Aliyah in Bandung District. Data analysis techniques used for the analysis variable is Weighted Means Scored (WMS) and for the analysis of the correlation between variables is path analysis (path analysis). Performance headmaster, committee performance, quality culture, teaching performance of teachers and the quality of education has a positive influence. This means that each variable affects the madrasah. That need to be improved on the madrasah principal performance is the ability to deploy resources, the performance problem is the committee function controller (Controlling Agency), the madrasah quality culture that needs to be improved are the primary values, the performance of teachers teaching in the classroom and develop the ability to manage potential students. In addition madrasah need to re-analyze the vision, mission and education objectives to improve the madrasah quality

    FUNGSIONAL JABATAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : Studi tentang Imptikasi Keputusan Menteri Agama Nomor 381/1999 terhadap Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam di Kandepag Kabupaten Garut

    Get PDF
    Berdasarkan hasil studi dokumentasi, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Garut untuk tingkat SD, SLTP, SMU, dan SMK masih terdapat kekurangan Pengawas Sekolah Mata Pelajaran PAI. Demikian pula untuk tingkat MTs dan MA masih terdapat kekurangan Pengawas Sekolah Rumpun Mata Pelajaran. Sementara hu, untuk tingkat MI terdapat kelebihan Pengawas Rumpun Mata Pelajaran. Dengan diimplementasikannya KMA nomor 381/1999 di Kandepag Kabupaten Garut diharapkan kinerja Pengawas PAI. baik Pengawas, Mata Pelajaran maupun Pengawas Rumpun Mata Pelajaran dapat berjalan dengan optimal. Akan tetapi berdasarkan pemantauan penulis d; lapangan, dengan diberlakukannya KMA tersebut masih terdapat kendala. Sebagai gambaran kongkric, kondisi Pengawas PAI saat ini masih relatif sama dengan kondisi sebelum KMA nomor 381/1999 diberlakukan. Tugas Pengawas masih dominan pada aspek administratif, sehingga rambu-rambu aspek tugas pokoknya belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Gambaran kinerja Pengawas PAI di Kandepag Kabupaten Garut seperti itu tidak lepas dari dampak lain yang terkait dalam implementasi KMA tersebut, yakni diantaranya dukungan manajerial dan dukungan lingkungan. Dengan kondisi lapangan seperti yang telah dipaparkan tersebut. penulis memandang penting diiakukannya penelitian yang akan mengungkap; bagaimana hubungan dukungan manajerial dan lingkungan kerja Pengawas dengan kinerja Pengawas PAI di Kabupaten Garut berkaitan dengan diberlakukannya KMA nomor 381/1999. Mengacu kepada permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kongkrit mengenai hubungan antara dukungan manajerial dan lingkungan dalam implementasi KMA nomor 381/1999 dengan kinerja Pengawas PAI, baik Muda maupun Madya di Kandepag Kabupaten Garut. Dengan penelitian ini, diharapkan pemecahan masalah tentang upaya meningkatkan kinerja Pengawas PAI di Kandepag Kabupaten Garut dapat diketahui dan dilaksanakan. Mengingat penelitian mi mengungkap masalah hubungan antara aspek manajerial dan aspek lingkungan dengan kinerja Pengawas PAI, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Sementara itu, teknik pengumpulan data yang digunakannya terdiri dari tiga jenis, yaitu kuesioner/angket, studi dokumentasi dan wawancara, sedangkan teknik pengolahan data penelitiannya adalah menggunakan analisis regresi multiple. Hal itu dikarenakan penelitian ini mengungkap hubungan lebih dari dua variabel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa implementasi KMA nomor 381/1999 mengenai Jabatan fungsional Pengawas PAI di Kandepag Kabupaten Garut, baik bagi Pengawas PAI Madya maupun Muda belum optimal. Belum optimalnya implementasi tersebut dikarenakan kurangnya dukungan dari berbagai aspek. Aspek yang dimaksud terdiri dari aspek manajerial dan aspek lingkungan, dimana hanya 42,9% kedua aspek tersebut memberikan kontribusi terhadap kinerja Pengawas PAI Madya dan hanya 4,1% memberikan kontribusi terhadap kinerja Pengawas PAI Muda dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai faktor penghambat dari aspek manajerial diantaranva kurangnya komunikasi dan kurangnya dukungan logistik, sedangkan dari aspek lingkungan diantaranva kurangnya dukungan kondisi sosial ekonomi dan kurangnya dukungan publik dalam mengimplementasikan KMA nomor 381/1999 di Kandepag Kabupaten Garut. Kekurangan-kekurangan tersebut merupakan suatu rekomendasi yang hams disampaikan ke berbagai pihak yang terkait untuk perbaikan atau penmgkatan kinerja Pengawas PAI pada masa yang akan datang, sehingga implementasi KMA tersebut dapat optimal

    PELAKSANAAN KEPEMIMPINAN OLEH CAMAT DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA

    Get PDF
    Penelitian ini merupakan studi tentang penerapan kepemimpinan oleh Camat dalam upaya mencapai efektivitas karyawan di Kantor Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka. Adapun responden dalam penelitian penulis adalah karyawan di Kantor Kecamatan Panyingkiran yang berjumlah 17 orang, dengan menggunakan teknik sampling adalah sampel yang jenuh. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Analisis Deskriptif, yaitu metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan peristiwa-peristiwa yang muncul ketika penelitian sedang berlangsung dan sifatnya yang sebenarnya, kemudian data yang dikumpulkan disusun, dianalisis dan akhirnya kesimpulan dapat ditarik. Sedangkan Teknik Pengumpulan Data yang penulis gunakan, yaitu; studi literatur, Observasi, Wawancara dan Kuisioner. Selanjutnya, untuk menguji variabel kepemimpinan, penulis menggunakan parameter / pengukuran teknik kepemimpinan yang dikemukakan oleh Pamudji dalam buku "Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia". Sementara itu, untuk menguji variabel efektivitas kerja seperti yang diusulkan oleh Gibson et al. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: bahwa Camat dalam pelaksanaan kepemimpinan belum sepenuhnya didasarkan pada teknik kepemimpinan. Ini bisa dilihat berdasarkan hasil rekapitulasi keseluruhan hanya mendapat nilai rata-rata 72,55% dengan judul "Cukup Bagus". Kondisi seperti itu jelas akan mempengaruhi rendahnya efektivitas kerja karyawan di Kantor Kecamatan Panyingkiran, di mana secara keseluruhan berdasarkan rekapitulasi hasil tanggapan responden tentang efektivitas karyawan, skor rata-rata 70,59% dengan judul "Cukup Baik". Dari uraian kepemimpinan ini dengan efektivitas kerja Karyawan terdapat hubungan sebab akibat, ini berarti hipotesis yang penulis usulkan, yaitu "Jika penerapan oleh Camat didasarkan pada teknik kepemimpinan, maka efektivitas kerja Karyawan di Panyingkiran Kantor Kecamatan Mencapai. " Kebenaran yang dapat diterima dan terbukti

    Strategies for Increasing Profitability and Sustainability of The Leather Tanner Industry with without Interesting Capital Structure

    Get PDF
    The bankruptcy of the leather tanning industry in Sukaregang Garut was mostly caused by a decrease in profitability due to an increase in the capital structure with an increase in external loans with an interest system. The purpose of this research is to determine the strategy for increasing the profitability and sustainability of the leather tanning industry with an interest-free capital structure. The data collection method was carried out by interviewing leather tanning industry players. The data obtained were analyzed using profitability ratio analysis, EEI and Altman Z-Score to determine the level of business continuity. There are three strategies for increasing the profitability and sustainability of the tanner industry, namely the strategy of interest-free loans, partnerships and strategies for increasing price and quality. From the analysis of the profitability ratio of the partnership strategy is the chosen strategy, the results of calculating the COGS per ft2 show that the partnership strategy is a strategy that has a fixed COGS value. Based on the results of the EEI analysis, all strategies for increasing the profitability and sustainability of the tannery industry are in the range of 0-1, meaning that the leather industry is Affordable but not sustainable, but the highest and most stable EEI value of all these strategies is the partnership strategy. The results of the sustainability analysis using the Altman Z-Score method show that the partnership strategy is the strategy that has the most high business sustainability value with a healthy status

    Gerakan Literasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kearifan Lokal Menuju Siswa Berkarakter

    Get PDF
    The purpose of writing is to describe the movement of literacy in Indonesian language learning based on local wisdom towards students characterized by using text close to the student environment. Problem-based research method and literature literature review. The result of the research shows that literacy movement in Indonesian language learning can be related to local wisdom considering that the values ​​prevailing in society are not fully understood by the students. The development of students character values ​​in Indonesian language subjects is done through learning language skills, namely writing and reading skills. In accordance with the purpose of learning Indonesian, which is to develop students competence in the use of Indonesian language in accordance with the context of student life. The utilization of learning resources based on local wisdom will affect the results and values ​​of the characters. Utilization of the texts of the observation of the existing environment near the students will affect the literacy movement of writing and reading. Keywords: Literacy, Local Wisdom, Characte

    Institutional Change at Local Level: How Gili Indah Villagers Build an Effective Local Governance of Coral Reef Management?

    Full text link
    This paper aims at explaining the process of institutional change in coral reef management at the village level, and mainly seeks to answer two research questions: How do the processes of local institutional change take place? What are incentives that drive local communities to participate in them? Investigations in Gili Indah village, West Lombok Indonesia show that the process of the institutional change was initiated and done by villagers whose livelihood strongly depend on coral reef ecosystems. There are also strong indications that the changes were affected by the local and external economic conditions, which inevitably force resource users and economic actors to alter their economic strategies. The entering of industrial tourism and the emergence of tourism-related livelihoods in Gili Indah has driven economic actors to adapt to the altering environmental condition. Tourism Business Operators (TBO) and fishermen, two main actors, have played important roles in the change process. TBOs, whose livelihood depends on coral reef ecosystems, have a strong interest in protecting the ecosystems from degradation. The same goes for the fishermen, who claim themselves as main beneficiaries of coral reef ecosystems, and insist on maintaining the status quo as an attempt to protect their economic interest. Two different economic interests have been incentive for an evolution process of local institutions (awig-awig) to construct a governance structure that accommodates the varied economic interest. So far, this governance structure has been effectively forcing the actors to comply with the rules that drive themselves to use the coral reef ecosystems in a sustainable way
    • …
    corecore