7 research outputs found

    Analisa Perubahan Sifat Mekanis Akibat Perlakuan Panas Artificial Aging Pada Velg OEM (Al-Si) Dengan Media Pendingin Air Es

    Get PDF
    Aluminum (AI) is a light metal that has good corrosion resistance and electrical conductivity. By knowing the mechanical properties and physical properties of a material, we can use the material as needed. To improve the mechanical properties of aluminum, the heat treatment method is Artificial aging. The purpose of this study was to determine the effect of artificial aging heat treatment on changes in the mechanical properties of OEM wheels. Making specimens from OEM wheel materials that are re-cast using the sand casting method. The test specimens were processed by the initial step of solution treatment temperature of 500 ° C holding time of 5 minutes. Then quenching with media and ice water of 2.70C. After quenching,heat treatment was carried out with artificial aging temperature 180 ° C holding time for 4 hours. In testing the chemical composition, it is known that the main elements of OEM wheels are Al (93.59%) and Si (6.09%). After undergoing theprocess, artificial aging the mechanical properties are obtained, namely the hardness value of 60.06 BHN and the impact value of 0.1 J / mm2 . The area of grain Si formed after theprocess artificial aging is larger andwhen compared to densergrain remeltingand quenching, thus affecting its mechanical properties

    ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK HASIL PENGECORAN ULANG ALUMUNIUM LIMNAH OTTOMOTIF

    Get PDF
    Alumunium merupakan logam yang lunak dengan tampilan menarik, ringan, tahan korosi, mempunyai daya hantar panas dan daya hantar listrik yang relatif tinggi. Sifat alumunium yang mudah dibentuk dan ringan membuat alumunium banyak digunakan sebagai bahan campuran ataupun dibentuk dari alumunium itu sendiri.Pengecoran ulang alumunium merupakan salah satu cara untuk dapat mendaur ulang limbah alumunium. Teknik pengecoran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengeoran dengan cetakan pasir , kemudian dilakukan penelitian dengan menggunakan empat pengujian yaitu uji komposisi, uji struktur micro, uji kekerasan dan uji Tarik. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah komponen - komponen ottomotif yang sudah tidak terpakai seperti roda atau velg. Dari penelitian yang sudah saya lakukan diperoleh hasil, pada uji komposisi terjadi penurunan unsur Si, Fe, Cu, Mg, Ti, Ni, Pb, dan Sn setelah dilakukannya pengecoran ulang, namun terjadi peningkatan unsur Mn, Zn, Cr, dan Al itu sendiri mengalami peningkatan dibandingkan sebelum dicor ulang. Pada struktur mikro terdapat perbedaan kerapatan susunan butir terjadi setelah pengeoran ulang Begitu pula pada uji tarik terjadi penurunan tingkat kekerasan dengan hasil rata-rata hasil sebelum dicor ulang 6,49 BHN sedangkan yang sudah dicor ulang 4,44 BHN. Pada uji tarik memperoleh hasil rata-rata 0,0338kN/mm2. Perubahan tersebut diakibatkan oleh proses peleburan saat pengecoran sehingga terjadinya penguapan unsur penyusun alumunium limbah tersebut

    PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA ALUMINIUM COR DENGAN CETAKAN PASIR

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengecoran ulang terhadap kekuatan tarik dan kekerasan pada aluminium. Bahan yang digunakan adalah aluminium yang beredar di pasaran. Material dilebur diatas tungku pengecoran dan dituang pada temperatur 7500C dengan menggunakan cetakan pasir. Hasil pengecoran kemudian dibuat spesimen pengujian tarik menurut standart JIS Z 2201 No. 14 untuk pengujian tarik dan spesimen pengujian kekerasan. Pengecoran ulang dilakukan tiga kali dengan kondisi penuangan yang sama dan masing-masing masing pengecoran dibuat tiga spesimen. Dari hasil pengujian bahwa untuk pengecoran ulang I terhadap pengecoran ulang II kekuatan tarik turun 3.9% dan kekerasannya turun 5.1% dan setelah dilakukan pengecoran ulang III kekuatan tarik turun sekitar 8.9 % dan kekerasannya turun sekitar 27 %. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah bahwa pengecoran ulang akan menurunkan kekuatan tarik dan kekerasan aluminium cor. Kata Kunci : Pengecoran Ulang (remelting), kekuatan tarik dan kekerasa

    PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TUANG TERHADAP KETANGGUHAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PENGECORAN ALUMINIUM

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh temperatur tuang terhadap ketangguhan impak dan struktur mikro hasil pengecoran paduan aluminium dengan menggunakan cetakan pasir. Bahan penelitian ini adalah paduan alumunium dari scrap aluminium, kemudian dilebur dan dituang ke dalam cetakan dengan variasi temperatur tuang dari 660 °C, 700 °C dan 740 °C. Pengujian impak dilakukan untuk mengetahui ketangguhan impak pada hasil coran dengan menggunakan alat uji impak Charpy (ASTM E 23-02a). Foto struktur mikro dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik Nikon seri661103. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi temperatur tuang pada saat pengecoran berpengaruh terhadap nilai ketangguhan impak dan struktur mikro hasil coran. Dari tiga variasi temperatur tuang yang dilakukan, semakin tinggi temperatur tuang maka nilai ketangguhan impaknya juga semakin meningkat. Struktur mikro yang terbentuk dari  logam paduan aluminium coran secara umum memiliki bentuk struktur mikro berupa struktur dendrite

    PENGARUH VARIASI SUHU TUANG TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA HASIL REMELTING ALUMINIUM TROMOL SUPRA X DENGAN CETAKAN LOGAM

    Get PDF
    The  objective  of  this  research  is  to  investigate  the  optimal  casting  temperature  to produce  the  best  molding  on  the  hardness  and  microstructure  of  the  aluminum  remelting product of Supra X motorcycle drum brake with metal mould.This  research  used  three  casting  temperature  variations,  namely:  7000C,  7250C,  and 7500C. The aluminum material  used in this molding was used back drum brake aluminum of Supra X motorcycle.This  research  used  the  experimental  method  with  the  descriptive  data  analysis.  The data of the research were gathered through the calculation of the hardness of each specimen and the microstructure photograph-taking of each specimen. The result of the calculation of the hardness was then displayed in graphs for analysis.The  result  of  the  research  shows  that  the  highest  molding  hardness  is  found  in  the casting  temperature  variation  of  7000C  with  the  value  of  86.17  BHN,  whereas  the  lowest molding  hardness  is  found  in  the  casting  temperature  variation  of  7500C  with  the  value  of 83.03  BHN,  and  the  hardness  of  the  drum  brake  aluminum  of  Supra  X  aluminum  itself  is 90.36BHN. Based on the microstructure photograph, the casting temperature variation of 7000C  results  in  the  best  structure  granules  as  indicated  by  the  tiny  size  of  Al-si  granules, compared  to  the  results  of  the  other  casting  temperature  variations  of  7250C,  and  7500C respectively of which the size of granules become larger along with the increase of the casting temperature variations. Thus,  based  on  the  result  of  the  research,  a  conclusion  is  drawn  that  the  casting temperature variation of 7000C results in the most optimal hardness and good microstructure, and among the tree casting temperature variations the casting temperature variation of 7000C results  in  casting  temperature  of  which  the  quality  of  the  aluminum  remelting  product approaches the quality of back aluminum drum brake of Supra X motorcycle. The hardness of the aluminum remelting product decreases along with the increase of the casting temperature variations, and the size of microstructure of the granules also becomes larger along with the increase of the casting temperature variations

    Pengaruh Waktu Hold-Melt Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan Hasil Recasting AlSi + Cu Pada Tungku Induksi

    Get PDF
    Penggunaan tungku induksi untuk recasting skrap aluminium yang sudah tidak terpakai merupakan cara untuk menanggulangi peningkatan limbah aluminium dan penggunaan energi fosil. Kelebihan yang dimiliki tungku induksi seperti pengadukan secara natural (stirring), peleburan yang bersih, energi yang lebih hemat, dan lainnya akan meningkatkan kualitas coran dari limbah alumimium. Peningkatan kualitas coran juga dapat dilakukan dengan menambahkan paduan tembaga (Cu) dan memberikan perlakuan berupa penahanan pada saat lebur atau hold-melt selama rentang waktu tertentu didalam tungku induksi. Dalam penelitian ini dilakukan peleburan ulang terhadap skrap AlSi pada suhu 500 ºC dengan tungku induksi, Ketika AlSi sudah melebur selanjutnya ditambahkan Cu sebanyak 4% dan meningkatkan suhu tungku induksi hingga 700 ºC sembari diberikan perlakuan hold-melt selama 0, 30, 60, dan 90 menit. Seiring bertambahnya waktu hold-melt akan meningkatkan nilai kekuatan tarik dan kekerasan dari AlSi +Cu, peningkatan tersebut disebabkan karena terdapat proses stirring didalam tungku induksi yang membuat Cu semakin tersebar merata sehingga menjadikan paduan semakin homogen, selain itu semakin lama waktu hold-melt membuat Cu semakin terlarut sehingga ukuran butir semakin kecil

    Studi Bioaugmentasi Bakteri Vibrio alginolyticus Pada Remediasi Tanah Tercemar Aluminium = Bioaugmentation studies of Vibrio alginolyticus On Aluminum Contaminated Soil Remediation

    Get PDF
    Aluminium (Al) dapat ditemukan pada sebagian besar limbah industri, seperti tambang, pelapisan logam, dan bidang manufaktur. Limbah yang mengandung aluminium dikategorikan sebagai limbah bahan beracun dan berbahaya. Aluminium menjadi salah satu faktor penyebab penyakit yang menyerang saraf motorik manusia seperti alzheimer, parkinson, gangguan ginjal, liver hingga kelainan sel saraf. Penelitian menemukan bahwa kandungan aluminium dapat merusak ekosistem. Kandungan aluminium yang terdapat pada tanaman juga dapat menghambat pertumbuhan akar. Kandungan aluminium yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kandungan karbon organik pada tanah. Jika tidak ditangani dengan baik, aluminium di lingkungan dapat menyebabkan penurunan kesuburan tanah hingga pencemaran air tanah. Bioaugmentasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam bioremediasi yaitu dengan menambahkan bakteri luar pada media tercemar. Makhluk hidup yang digunakan merupakan bakteri resisten dan mampu menyisihkan aluminium. Isolat bakteri Vibrio alginolyticus digunakan karena telah terbukti mampu menyisihkan aluminium pada media Laktose Broth. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh bioaugmentasi bakteri terhadap media tanah tercemar dan menganalisis efisiensi penyisihan alumunium yang dapat terjadi. Variasi konsentrasi larutan pencemar aluminium dan variasi penambahan bakteri V.Alginolyticus digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini. Penentuan konsentrasi larutan pencemar didasarkan pada uji resistensi bakteri terhadap aluminium. Variasi penambahan bakteri yang digunakan dalam v/v adalah 2%, 5%, dan 10%. Waktu uji setelah proses bioaugmentasi isolat bakteri dilakukan selama 12 hari. Parameter yang diuji meliputi total aluminium, total koloni bakteri, pH, suhu, dan kelembapan tanah. Uji parameter fisik tanah meliputi suhu, pH, dan kelembapan dilakukan setiap hari. Uji total aluminium dan jumlah koloni bakteri V.alginolyticus dilakukan pada hari ke-0, hari ke-4, hari ke-8, dan ke-12. Uji resistensi bakteri menggunakan variasi penambahan Al sebesar 0, 50, 100, 200, 350, dan 500 mg/L AlCl3. V.alginolyticus mampu melakukan pertumbuhan pada penambahan 50 mg/L atau setara dengan 24 mg/kg aluminium. Penambahan aluminium 100 mg/L hingga 350 mg/L AlCl3 terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri V.alginolyticus. Sementara penambahan 500 mg/L AlCl3 atau setara dengan 235 mg/kg mampu menghambat seluruh aktivitas pertumbuhan bakteri, dimana tidak terdapat bakteri tumbuh pada uji CFU. Berdasarkan uji statistik ANOVA, penambahan 50 dan 100 mg/L AlCl3 dipilih sebagai variasi dalam uji bioaugmentasi karena memiliki pertumbuhan koloni bakteri yang berbeda tidak signifikan terhadap reaktor kontrol. Hasil uji bioaugmentasi V.alginolyticus pada tanah tercemar aluminium menunjukkan bahwa penambahan bakteri tidak memberikan perbedaan signifikan terhadap persentase penyisihan aluminium (p>0,05). Dimana penyisihan tertinggi hanya mencapai 5,48% pada reaktor dengan penambahan 2% v/v bakteri V.alginolyticus dan 100 mg/L AlCl3. ======================================================================================================= Aluminum is present in several environment pollutant namely industrial waste water from mining activities, metal processing, and automobile industries. Waste containing aluminum is categorized as toxic and hazardous waste material. Aluminum may be a contributing factor in neurodegenerative desease such as Alzheimer’s, Parkinson’s, kidney disorder, liver to nerve cell abnormalities. The study found that aluminum can damage the ecosystem. Aluminum contained in lant can also inhibit root growth. High aluminum level can decrease organic carbon contained on soil. If left untreated, aluminum in environment can lead to decreased soil fertility to groundwater contamination. Bioaugmentation is one of methods used in bioremediation by adding external bacteria to contaminated media. Microorganism used for bioremediation are resistant bacteria and capable of removing aluminum. Vibrio alginolyticus is used because it has been shown to remove aluminum in Laktose Broth medium. The purpose of this study was to analyze the effect of bacterial bioaugmentation on aluminum contaminated soil and measure the efficiency of aluminum removal. Volume of V.alginolyticus and aluminum concentration were used as variable in this study. Concentration of pollutant used in this study based on the toxicity test of aluminum to V.alginolyticus. Volume of bacterial used were 2%, 5%, and 10% v/v addition. Bioaugmentation of V.alginolyticus on aluminum contaminated soil was conducted over 12 days. Parameters tested were total aluminum, total bacteria colony, pH, temperature, and moisture content of contaminated soil. Physical parameters such as pH, temperature, and moisture were analyzed every 24-hour during the test period. Total aluminum and colony of V.alginolyticus were analyzed after 0, 4, 8, and 12 days. Toxicity test to V.alginolyticus used 0, 50, 100, 200, 350, and 500 mg/L AlCl3. V.alginolyticus could grow in soil until 50 mg/L equal to 24 mg/kg aluminum added. Concentration of 100 to 350 mg/L of aluminum contaminated soil could inhibit the bacterial growth. Concentration 500 mg/L equal to 235 mg/kg totally inhibit the bacterial growth, indicated by no colony forming in CFU test. Based on ANOVA, 50 and 100 mg/L addition of AlCl3 is used on bioaugmentation of V.alginolyticus because have no diferrence to control significantly. The result showed that bioaugmentation of V.alginolyticus didn’t influence aluminum removal percentage (p>0,05). Where 2% v/v addition of V.alginolyticus and 100 mg/L AlCl3 showed 5,48% of removal
    corecore