8 research outputs found

    Korelasi Usia dengan Kadar Kolesterol, Gula Darah Sewaktu (GDS) dan Asam Urat

    Get PDF
    Usia merupakan salah satu variabel penting dalam kejadian penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus (DM) dan gangguan ginjal. Tingginya angka kesakitan dan kematian dari penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke dan DM menjadi beban ganda di berbagai negara termasuk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara umur dengan kadar kadar kolesterol, gulu darah sewaktu dan asam urat. Penelitian ini merupakan penelitian observasioanal analisitik dengan desain cross sectional study yang bertujuan untuk menganalisis korelasi antar faktor usia dengan kadar kolesterol, kadar gula darah sewaktu (GDS) dan kadar asam urat. Sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 24 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisis data untuk uji korelasi adalah dengan menggunakan uji Spearman. Hasil diperoleh bahwa peningkatan kadar kolesterol (P value= 0,000 lebih kecil α=0.05 dengan R = 0,703 ); kadar GDS (P value= 0,454 lebih besar α=0.05 dengannan R=0,160)  dan kadar asam urat (P value= 0,454> α=0.05 dengan R=0,235). Dapat disimpulkan bahwa usia berkorelasi positif dengan kadar kolesterol, artinya semakin tua usia seseorang maka semaikin tinggi kadar kolesterolnya. Usia tidak berkorelasi dengan kadar GDS dan kadar asam urat. Diharapkan semakin tinggi usia seseorang harus merubah gaya hidupnya dengan gaya hidup sehat agar terhindar dari berbagai masalah penyakit khususnya penyakit degeratif yang sangat berkaitan dengan pola hidup

    STUDI DESKRIPTIF KOMPLIKASI MAKROANGIOPATI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RS TEBET TAHUN 2013-2016

    Get PDF
    Diabetes melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik kronik yang ditandai dengan hiperglikemia. Dua kategori utama dari DM adalah tipe 1 dan tipe 2. Kedua tipe DM didahulu dengan fase abnormal dari homeostasis glukosa selama proses patogenik berlangsung, DM tipe 2 adalah DM yang terjadi dengan adanya resistensi dari insulin dan kerusakan sekresi insulin. Beberapa studi mengatakan bahwa resisten dari insulin menyebabkan defek dari sekresi insulin akan tetapi diabetes terjadi disaat sekresi insulin menjadi tidak adekuat.1 Berdasarkan penelitian oleh WHO didapatkan bahwa terjadi adanya peningkatan prevalensi DM pada penduduk di Benua Asia Tenggara dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, terdapat 8% populasi penduduk mengalami DM dan terjadi peningkatan menjadi 9% pada tahun 2014.2 International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi DM di Indonesia sekitar 4,8% dan lebih dari setengah kasus DM (58,8%) adalah DM tidak terdiagnosis. IDF juga menyatakan bahwa sekitar 382 juta penduduk dunia menderita DM pada tahun 2013 dengan kategori DM tidak terdiagnosis adalah 46%,diperkirakan prevalensinya akan terus meningkat dan mencapai 592 juta jiwa pada tahun 2035.2,3 Karasteristik dari DM merupakan penyakit kronik dengan kondisi seseorang disertai dengan hiperglikemik yang dapat menyebabkan kerusakan sel yang menimbulkan komplikasi kronik pada pasien diabetes. Komplikasi kronik dari DM mempengaruhi banyak sistem organ dan kelangsungan hidup seseorang, dibagi menjadi sub-kategori menjadi dua yaitu komplikasi mikroangiopati (diabetik nefropati, neuropati dan retinopati) dan makroangiopati (penyakit arteri koroner, PAD, SH dan SNH). Penyakit arteri koroner (CAD) pada pasien DM tipe 2 memiliki risiko tingkat kematian dua sampai empat kali lipat lebih tinggi dari DM tipe 1.4,5 Komplikasi terbanyak adalah neuropati yang dialami 54,0% penderita DM yang dirawat di RSCM pada tahun 2011 diikuti diabetik retinopati sebanyak 33,4% dan proteinuria sebanyak 26,5%. Prevalensi dari Makroangiopati yang terjadi antara lain PAD sebanyak 10,9% dan Stroke sebanyak 5,3%.5 Berdasarkan data tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut penyakit komplikasi makroangiopati yang terjadi pada pasien DM tipe 2 di rumah sakit (RS). Dengan demikian, peneliti melakukan penelitian tersebut di RS Tebet, Jakarta Timur. Diharapkan dengan adanya tulisan ini tenaga kesehatan dapat mengetahui prevalensi kejadian komplikasi makroangiopati dari DM tipe 2 dan juga dapat mengetahui komplikasi makroangiopati yang banyak terjadi pada pasien DM tipe 2 di RS Tebe

    Penerapan Gel Aloe Vera Terhadap Penyembuhan Luka Ulkus Diabetikum Di Klinik Luka Rasika Gunungkidul

    Get PDF
    Background of study: Diabetic ulcers is a complication of diabetes mellitus resulting from sensory, motor, autonomic neuropathy and/or vascular disorders of the limbs. One of the diabetic ulcer treatment techniques is using aloe vera gel. Aloe vera contains anti-bacterial, anti-inflammatory and can repair tissue damage of diabetic ulcers. Objective: to determine changes and developments after applying aloe vera gel to diabetic ulcer wound healing. Methods: This research uses descriptive case studies by observing nursing care for diabetic ulcer patients using aloe vera gel at the Rasika Gunungkidul Wound Clinic with an application 6x and application is carried out every 2 days using the Bates-Jensen Wound Assessment Tool. Results: The results of the assessment score before application in respondent 1 score 32 points with categories wound degeneration and respondent 2 score 21 points with categories wound degeneration. After application with aloe vera gel the score on respondent 1 was 21 points with categories wound degeneration while on respondent 2 was 10 points with categories wound regenration. The two respondents had a decrease in score which indicated that the wound had progressed significantly. Conclusion: The application of aloe vera gel can be used as an effective non-pharmacological method for diabetic ulcer wound. &nbsp

    Pemberian Inhalasi Jeruk Purut (Citrus Hystrix) Dan Rebusan Air Jahe Terhadap Frekuensi Mual Muntah (Emesis Gravidarum)

    Get PDF
    Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang berkelanjutan dapat terkenadehidrasi sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilannya dengan melalui tindakan nonfarmakologi yaitu dengan pengobatan minuman jahe atau inhalasi jeruk purut dapat mengurangi frekuensi mual muntah pada ibu hamil. Desain penelitian ini mengunakan eksperimen dengan Two Group Pretest-Posttest . Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Macini Sawah kota Makassar sebanyak 30 orang dibagi menjadi 2 kelompok , dengan rincian 15 orang di berikan tindakan Inhalasi Jeruk purut dan 15 orang lainnya di berikan minuman rebusan jahe. Hasil penelitian menunjukkan bahwadari 15 responden sebelum diberikan air jahe, yang mengalami frekuensi mual muntah sebanyak 15 orang (100%) dan setelah diberikan air jahe yang mengalami frekuensi mual muntah ≥3 Kali sebanyak 2 orang (13,3%) dan mual muntah sebanyak 13 orang (86,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwasebelum diberikan terapi jeruk purut, rata-rata frekuensi mual muntah 4-5 kali. Hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,017 maka terdapat pengaruh pemberian rebusan air jahe dengan frekuensi mual muntah pada ibu hamil. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian Inhalasi Jeruk Purut dan rebusan air jahe berpengaruh terhadap mual muntah pada ibu hamil . Disarankan kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan tambahan dan memotivasi tentang cara mengatasi mual muntah dalam memberikan obat non farmalkalogi dengan memberikan Inhalasi

    Gambaran Neuropati Perifer pada Diabetisi di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang

    Get PDF
    Peripheral neuropathy is one of microvascular complications of DM (Diabetes Mellitus) that happens on peripheral section and causes the nerves dysfunction. This nerves dysfunction can affect sensoric, motoric, and autonomic nerve function. The aims of this study was to describe peripheral neuropathy on diabetics in Puskesmas Kedungmundu Semarang. This study was a descriptive quantitative model using cross sectional approach. Total population sampling was used in this study. There were observation sheets that was modified from MNSI (Michigan Neuropathy Screening Instrument) and MDNS (Michigan Diabetic Neuropathy Score) consist of 38 contens. Univariat analysis was used in this study. A total of 113 respondents had been participated in this study. The result showed that the majority of respondents were in the midle-adult diabetics (73.5%), female (61,9%), have diabetes for more than 5 years (50.4%), and have random glucose level ≥200 mg/dL (52.2%). Some of diabetics have other disease, amputation history, and DFU (Diabetic Foot Ulcer) history (29.2%, 3.5%, 5.3%). The nerves dysfunction are mostly founded in autonomic dysfunction, either on right or left foot. There were more diabetics with mild neuropathy (55.8%) compared to diabetics with moderate or severe neuropathy (28.3% ; 9.7%). This study concluded that the majority of respondents have peripheral neuropathy. Therefore, early assessment is needed to prevent stage severity of peripheral neuropathy

    Development of Instruments Test to Detect Diabetes Mellitus in Pregnancy

    Get PDF
    Background: Diabetes mellitus in pregnancy is a disorder of carbohydrate tolerance that results in hyperglycemia which is characterized by polyuria, polydipsy, and polyphagia. Pregnant women with DM in pregnancy are associated with high morbidity and mortality. Early detection of DM in pregnancy is important so that further treatment can be done. There is no test instrument that can be used to detect DM in pregnancy. Obtain a test instrument to detect the symptoms of Diabetes Mellitus in pregnancy. Method: The type of research used is R&D (Research and Development). Development research conducted to produce a product in the form of an early detection instrument for diabetes mellitus in pregnancy. The study was conducted by providing early detection instruments for Diabetes Mellitus in pregnancy in first trimester pregnant women and then examining fasting blood sugar in first trimester pregnant women. The number of samples in the study 119 taken by Purposive Sampling technique. Analysis of data using the value of sensitivity, specificity, and accuracy. Result: The test instrument consisted of 13 questions, with a sensitivity value of 72.41%, a specificity value of 91.11%, and an accuracy value of 86.55%.. Conclusion: Early detection instruments for diabetes mellitus in pregnancy can be used as standard guidelines for antenatal care in pregnant women and can be used as an alternative to detect DM in pregnancy before supporting examinations by midwife professionals can be further developed research development using standard methods for measuring blood sugar more accurately and The research was carried out by measuring the precision value so that the instrument produced accurate and consistent results

    Perbedaan Nilai Estimasi Indeks Glikemik dan Nilai Beban Glikemik Nasi Merah dan Nasi Kecambah Beras Merah Varietas Lokal Merah Wangi secara In-Vitro.

    Get PDF
    Prevalensi Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia menunjukkan peningkatan dari 5,7% (2007) menjadi 6,9% (2013) khususnya DM tipe 2. Penyakit ini ditandai dengan kondisi hiperglikemia yang dapat mengarah pada berbagai komplikasi. Terapi gizi medis dengan makanan rendah indeks glikemik (IG) dan rendah beban glikemik (BG) diyakini penting dalam pengaturan diet pada kondisi DM. Nasi merah diketahui memiliki efek baik dalam pengontrolan kadar glukosa darah. Proses perkecambahan dapat meningkatkan kandungan senyawa bioaktif dan serat pada beras yang dapat berpengaruh terhadap penurunan nilai IG. Tujuan penelitian ini adalah menguji dan menganalisis perbedaan nilai estimasi indeks glikemik (eIG) dan BG nasi merah dan nasi kecambah beras merah varietas lokal Merah Wangi yang diharapkan dapat memberikan rekomendasi pangan alternatif sumber karbohidrat khususnya bagi penyandang DM. Penelitian ini menggunakan metode in-vitro dengan pengujian kandungan glukosa menggunakan DNS. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan jenis perlakuan yang terdiri dari nasi merah dan nasi kecambah beras merah. Data nilai eIG dan nilai BG dianalisis menggunakan uji Independent t-test. Hasil penelitian nilai eIG nasi merah dan nasi kecambah beras merah masing-masing 56,45% dan 54,15%, sementara nilai BG 15,47% dan 15,98%. Analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan terkait nilai eIG dan nilai BG nasi merah dan nasi kecambah beras merah (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah nasi kecambah beras merah dapat dijadikan sebagai alternatif pangan sumber karbohidrat bagi penderita DM

    Daring2017-Prosiding National-30

    Get PDF
    corecore