5,728 research outputs found

    An evaluation of mesiodentes: A retrospective study with cone-beam computed tomography

    Get PDF
    Background: The mesiodens, located in the palatal midline between the two maxillary central incisors, is the most common type of supernumerary tooth. The aim of this study was to evaluate the distribution of mesiodentes according to shape, position, and complications using cone-beam computed tomography (CBCT) images. Methods: This study was carried out retrospectively on the CBCT images of cases. The following data were recorded: age, gender, number, shape (conical, incisor, tuberculate, round), size (less than 8 mm, 8-16 mm, and over 16 mm), direction (vertical, semi-vertical, horizontal, inverted), position (impacted or erupted) of the mesiodens, any pathologies or complications (delayed eruption of adjacent tooth, root resorption, cystic formation, diastema, displacement of adjacent tooth) and relation with neighboring anatomical structures (nasal cavity, nasopalatine canal). Results: The age distribution of the patients ranged from 7 to 61 years; mean 16.8±14.2 years. In total, 65 mesiodens were seen in 50 patients. The results showed that; mesiodentes were observed in the form of an incisor tooth (38.5%) mostly, followed conical shape (33.8%). A majority of the mesiodentes were in vertical direction (38.5%) and impacted (92.3%) in the CBCT images. Thirty-six patients (72%) had one mesiodens, 13 patients (26%) had two, and one patient (2%) had three mesiodentes. The most common complication was delayed eruption (29.2%). No complications were found in 49.2% of the cases. Sixteen cases (24.1%) were associated with the nasal cavity, while 43 cases (66.1%) were associated with the nasopalatine canal. Conclusion: Radiographic examination, especially with CBCT images, is important for an exact diagnosis, evaluation, and management of mesiodens

    Interpretasi Tomografi Probabilitas Pada Data Pseudo Tahanan Jenis Dua Dimensi

    Get PDF
    Metode Tomografi Probabilitas merupakan suatu konsep bare dalam upaya mengetahui kebolehjadian suatu unit sel benda memiliki parameter fisis tertentu, yang didefinisikan sebagai sebuah besaran fisis yang berhubungan secara linear dengan respon yang ditimbulkannya. Pengukuran besaran fisis tersebut secara langsung memiliki beberapa hambatan baik hambatan teknis maupun hambatan ekonomis, sehingga dipakai teknik pengukuran tomografi. Konsep tomografi akan diterapkan pada interpretasi data tahanan jenis semu dua dimensi yang diukur semi-tomografi di permukaan medium sintetis dengan konfigurasi dipole-dipole. Data keluaran basil pemrosesan adalah kebolehjadi-an sel-sel pada suatu grid model yang memiliki nilai tahanan jenis tertentu. Secara visual, kontur probabilitas dapat menggambarkan keberadaan anomali yang memiliki tahanan jenis lebih besar ataupun lebih kecil dari tahanan jenis baku yang ditentukan. Metode dan perangkat lunak tomografi probabilitas yang dibuat, diujicobakan dengan model-model sintetis yang cukup bervariatif dan menghasilkan bentukan anomali yang relatif sama dengan model yang digunakan. Katakunci: Tomografi Probabilitas, resistivita

    Tomografi Gempa Bumi dan Mitigasi Bencana

    Full text link
    Tsunami yang dibangkitkan oleh gempa bumi raksasa dengan magnitudo 9,2 yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 di samudera Hindia, di dekat Aceh, telah mengakibatkan lebih dari 200.000 orang meninggal. Sementara tragedi kemanusiaan yang luar biasa tersebut masih berlangsung, gempa besar dengan magnitudo 8,7 berikutnya terjadi di dekat Nias pada tanggal 28 Maret 2005. Bencana gempa bumi dan tsunami di atas telah disusul juga oleh bencana gunungapi yang kemungkinan dipicu oleh aktivitas tektonik tersebut. Di sisi lain gempa bumi yang menimbulkan penjalaran gelombang seismik ternyata memberikan informasi penting mengenai struktur bagian dalam (interior) dari planet bumi kita. Informasi ini terkandung dalam seismogram, yaitu hasil rekaman gerakan tanah akibat suatu gempa. Dalam makalah ini hasil studi tomografi seismik (gempa bumi) yang telah penulis tekuni dipaparkan secara singkat. Dalam bagian berikut akan ditunjukkan bahwa investigasi tomografi, yaitu teknik pencitraan yang telah terlebih dahulu berhasil digunakan dalam bidang kedokteran, juga telah berhasil diterapkan untuk studi kebumian dengan sangat baik. Makalah ini secara garis besar meliputi: (i) pencitraan tomografi seismik, (ii) kontribusi penulis terkait dengan pengembangan teknik tomografi, dan (iii) riset terkait dengan mitigasi bencana. Di bagian akhir dari makalah ini akan dipaparkan secara singkat arah riset ke depan yang diperlukan dalam membantu meningkatkan keberhasilan upaya mitigasi bencana secara berkesinambungan seiring dengan sering terjadinya gempa besar dan merusak di tanah air

    Rancang Bangun Tomografi Kapasitansi Listrik dengan Sensor Tersegmentasi dan Berperisai untuk Deteksi Benda dalam Pipa

    Full text link
    Tomografi merupakan teknik pengamatan struktur penampang benda tanpa melakukan tindakan yang bersifat merusak atau mengubah benda yang dibutuhkan dalam penerapan industri, kesehatan maupun keamanan. Pengamatan dilakukan dengan memanfaatkan interaksi bahan dalam benda terhadap sinyal eksitasi eksternal. Hasil pengukuran digunakan untuk merekonstruksi struktur penampang internal benda. Pada penelitian ini dilakukan perancangan sistem tomografi kapasitansi listrik dengan menggunakan sensor tersegmentasi dan berperisai. Tomografi kapasitansi listrik memanfaatkan informasi perbedaan nilai kapasitansi pada beberapa garis potong yang disebabkan oleh persebaran permittivitas bahan untuk merekonstruksi struktur bagian dalam benda. Konfigurasi sensor diatur dengan menggunakan multiplekser analog yang terdiri dari array switch CMOS HEF4066B. Pengukuran kapasitansi sensor dilakukan dengan metode pengukuran muatan. Sinyal hasil pengukuran dikondisikan dengan menggunakan filter high-pass, penguat, penyearah presisi dan perata-rata, yang kemudian didigitalkan menggunakan ADC pada mikrokontroller ATmega8A. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer. Rekonstruksi citra dilakukan dengan algoritma proyeksi Balik linier. Berdasarkan hasil pengujian, sistem tomografi kapasitansi listrik dapat mendeteksi letak dan membedakan bahan benda uji. Penggunaan sensor tersegmentasi mampu meningkatkan sensitivitas pengukuran kapasitansi sebesar 2,76 kali lipat dari penggunaan sensor tunggal dengan nilai sensitivitas 0,515 V/pF. Penggunaan sensor berperisai mampu mengurangi efek gangguan lingkungan terhadap pengukuran sensor. Hasil dari penelitian ini dapat diimplementasikan sebagai alat pemonitor isi pipa pada industri dengan kebutuhan regulasi yang rendah

    Aplikasi Metode Join Inversi Seismik Gravity untuk Imaging dan Koreksi Statik pada Daerah Geologi Kompleks

    Full text link
    Kondisi dekat permukaan kompleks terjadi ketika tubuh batuan beku atau karbonat terbawa dekat dengan permukaan. Keberadaan tubuh batuan tersebut dapat mengakibatkan Perubahan kecepatan yang sangat signifikan. Permasalahan tersebut sangatlah sulit untuk diselesaikan dengan metode rekonstruksi kecepatan konvensional seperti tomografi waktu tempuh refraksi. Join inversi dari dua metode merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan model kecepatan dekat permukaan. Pada penelitian ini digunakan metode join inversi travel time dan gravity untuk rekonstruksi model kecepatan dekat permukaan. Setelah itu dilakukan koreksi tomografi statik untuk mendapatkan posisi datum dan kecepatan lapisan lapuk. Penelitian ini menggunakan data sintetik gravitasi dan seismik. Data tersebut disintetik dengan metode talwani untuk data gravity dan elemen hingg untuk data seismik. Data seismik yang telah di forward kemudian dilakukan pemilihan first break untuk input tomografi travel time dan join inversi seismik gravity. Hasil dari metode join inversi seismik dan gravity memberikan model yang lebih baik daripada metode travel time tomografi. Perbedaan yang signifikan ialah adanya lapisan dengan kecepatan rendah yang terlihat pada model yang dihasilkan oleh metode join inversi dan tidak terlihat pada metode travel time tomografi. Selain koreksi statik dari model join inversi lebih baik dari segi kemenerusan dan kemiringan reflektornya

    Diagnostic accuracy of cone-beam computed tomography in detecting secondary caries under composite fillings: An in vitro study

    Get PDF
    Purpose: The aim of this in vitro study was to assess the diagnostic performance of cone-beam computed tomography (CBCT) in the detection of secondary carious lesions under composite resin fillings applied to different types of cavities. Materials and Methods: Occlusal cavities (O) (n=18), occlusal cavities with mesial or distal component (MO/DO) (n=30), and mesial–occlusal–distal cavities (MOD) (n=30) were prepared in seventy eight extracted human posterior teeth. In half of the cavities in each group, artificial secondary caries lesions were simulated. All cavities were restored by using composite resin. All specimens were embedded in silicone and they were positioned to have approximal contacts. CBCT imaging was done and data were evaluated two times with two week interval by two observers, using a five-point confidence scale. Intra- and inter-observer agreements were calculated with Kappa statistics (κ). The area under (Az) the receiver operating characteristic (ROC) curve was used to evaluate the diagnostic accuracy. Results: Intra- (κ =0.89) and inter-observer (κ = 0.79) agreements were found to be excellent. Az values were highest for the O restorations which is followed by the MOD and DO/MO restorations. Az values for MOD and DO/MO restorations were very low and no statistically significant difference was found. Sensitivity for DO/MO restorations and specificity for MOD restorations were found to be the lowest values. Conclusion: Diagnostic performance of CBCT was higher in O composite restorations than MOD and DO/MO restorations for secondary caries detection. The use of alternative imaging methods rather than CBCT may be useful for evaluating secondary caries under composite MOD and DO/MO restorations

    The Comparison of Ultrasonography and Non Enhanced Helical Computed Tomography in the Diagnosis of Ureteral Calculi

    Get PDF
    Intravenous urography, ultrasonography, and non-contrast spiral computed tomography have been used to diagnose ureteral calculi. We aimed to compare the accuracy of non-contrast spiral computed tomography with ultrasonography in the evaluation of patients with renal colic.Fourty-one patients with flank pain were examined with both computed tomography and ultrasonography over a period of 11 months. Findings of ultrasonography and computed tomography of 28 patients in whom üreteral stones were confirmed by standart methods were comparedUreteral calculi were diagnosed in 28 of 41 patients. Ureteral stones could be demonstrated in 18 patients by ultrasonography and in 27 patients by computed tomography. Ultrasonography showed 64.3% sensitivity and 100% specificity in the diagnosis of ureterolithiasis; computed tomography showed 96.4% and 100%, respectively. Spiral computed tomography is superior to ultrasonography in the demonstration of ureteral calculi in patients with renal colic. But because of higher cost and higher radiation dose, it should be reserved for symptomatic cases in whom ultrasonography is non-diagnostic

    Tomografi Kecepatan Seismik 3D Daerah Danau Toba Menggunakan SimulPS12

    Get PDF
    Gunung Toba adalah salah satu gunung purba di Indonesia yang berada di Sumatera Utara. Terdapat dua aktivitas yang mempengaruhi gunung tersebut, yaitu aktivitas vulkanik yang berasal dari magma di bawahnya dan aktivitas tektonik yang berasal dari subduksi Lempang Indo-australia. Meskipun sudah lebih dari 70.000 tahun sejak terakhir kali erupsi dan menyebabkan terbentuknya kaldera vulkano-tektonik tersebar di dunia, yaitu Kaldera Toba, aktivitas-aktivitas tersebut masih ada. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan di bawahnya adalah dengan melakukan tomografi kecepatan seismik 3D. Pada penelitian ini, program yang digunakan adalah SimulPS12 dan menghasilkan tomogram anomali Vp, Vs dan rasio Vp/Vs.  Berdasarkan hasil tomografi tersebut diketahui bahwa zona lemah terdapat pada kedalaman 30 km di bagian tengah Danau Toba dan kedalaman 50 km. Adapun proses partial melting terjadi pada kedalaman sekitar 130 km hingga 50 km yang berasal dari slab subduksi di bawah Danau Toba.  Pada kedalaman 30 km, selain anomali negatif, juga terlihat pola anomali Vp dan Vs positif yang mengindikasikan keberadaan bekas konduit dari intrusi magma yang membeku. Selain itu, aktivitas seismik juga terlihat tersebar pada beberapa titik di sekitar Kaldera Toba seperti di Gunung Pusuk Buhit dan Gunung Pardepur. Toba volcano is one of the ancient volcanoes in Indonesia located in Northern Sumatera.  There were two activities having an affect on the volcano, the volcanic activity from the magma chamber beneath the Toba caldera complex and the tectonic activity from the subduction of Indo-Australia Plate. Despite the last eruption of Toba was about 70.000 years ago, the activities were still exist.  The 3D seismic tomography could be carried out to understand the conditions beneath Toba Caldera.  In this research, the data was processed using the SimulPS12 program, and tomography images obtained were from Vp, Vs, and Vp/Vs ratio.  The results showed that the weak zones were found in the depth of 30 km in the middle part of Toba Caldera and the depth of 50 km. The partial melting process was in the depth of about 130 km to 50 km beneath Toba Caldera. The depth of 30 km was also found the high anomaly of Vp and Vs which indicated the existence of the remnant conduit of solidified magma.  In addition, the other seismic activities could also be found in its vicinity, i. e., in Pusuk Buhit Volcano and Pardepur Volcano

    Tomografi Komputer Translasi Rotasi Dengan Menggunakan Metode Sampling Pola Square

    Get PDF
    Tomografi Komputer Translasi Rotasi merupakan peralatan medis yang digunakan untuk mengidentifikasi internal organ tubuh. Pengambilan sampel dilakukan secara translasi rotasi. Metode sampling pola square adalah metode yang digunakan dalam proses scanning pada obyek uji sehingga didapatkan data sampel dalam radian.Besarnya gerakan translasi Xr sama dengan gerakan rotasi r (Xr = r). Proses scanning menggunakan image sixe 31 piksel x 31 piksel. Hasil scanning diproyeksi menghasilkan sinogram dan direkonstruksi dihasilkan citra. Hasil dapat dilihat secara numeris dan visual dan hasilnya sama seperti obyek uji semula.dengan rata-rata e-max 0.9729 %

    Measurement of Spatial Resolution of Ultrasonic Tomograpy by Measuring The Line Spread Function

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian pengukuran Resolusi Ruang/Spasial Tomografi Ultrasonik. Tujuan penelitian ini adalah mengukur Resolusi Spasial Tomografi Ultrasonik melalui pengukuran fungsi sebar garis atau line spread function (LSF). Sistem Tomografi Ultrasonik baru tahap pengujian awal untuk mengetahui kemungkinan pengembangannya lebih lanjut menjadi fasilitas Tomografi Ultrasonik yang sebenarnya. Penelitian ini menggunakan obyek yang berbentuk silinder yang terbuat dari bahan pasir dan semen dengan perbandingan volume 1:3, yang di dalamnya diberi ruang berbentuk kotak yang terbuat dari bahan semen, gypsum dan pasir dengan perbandingan volume 1:4:2 dengan ukuran diameter silindernya (11,2 +/- 0,01) mm , lebar kotak (3,8 +/-0,01) mm dan panjang kotak (5,8 +/- 0,01) mm. Sistem ini menggunakan resolusi data (Proyeksi x Ray-sum) sebesar 200 x 127, perubahan sudut proyeksi 0,90. Citra yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan program eksel selanjutnya untuk proses fitting grafik digunakan program MATLAB R2007B. Hasil resolusi ruang yang diperoleh untuk pengukuran secara manual adalah 0,489 mm atau sekitar 5 piksel dan hasil resolusi ruang secara eksperimen berkisar pada nilai (2,120 +/- 0,04) mm sampai (36,660 +/- 0,04) atau sekitar 1 piksel sampai 12 piksel
    corecore