108,534 research outputs found

    Efektivitas Terapi Touch And Talk dan Terapi Bercerita terhadap Kecemasan Anak Usia 3-6 Tahun di Ruang Edelweiys RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

    Full text link
    Direntang usia prasekolah anak akan sangat berhati-hati dengan sesuatu yang dianggap melukai atau menyakiti dirinya, selain itu ketakutan anakdapat terjadi karena anak takut kehilangan orangtua seperti saat anak dirawat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan efektivitas terapi touch and talk dan terapi bercerita terhadap kecemasan anak usia 3-6 tahun`diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan quasy eksperimen two grup pretest-posttest design. Sampel sebanyak 32 responden diambil dengan teknik purposive sampling yang dibagi dalam 2 kelompok intervensi. Hasil penelitian didapatkan dari 16 responden sebelum dilakukan Terapi Touch and talk rata-rata skor kecemasan yaitu 31,62 dan setelah diberikan intervensi menjadi 17,31 dengan p-value 0,000, pada kelompok terapi bercerita dari 16 responden, rata-rata skor kecemasan sebelum diberikan intervensi yaitu 31,56 dan setelah diberikan intervensi menjadi 24,38 dengan p-value 0,000. Hasil uji statistik skor setelah dilakukan terapi touch and talk dan terapi bercerita didapatkan p-value 0,001< alpha (0,05) dapat disimpulkan ada perbedaan efektivitas antara Terapi touch and talk dan terapi bercerita. Terapi touch and talk lebih signifikan untuk menurunkan kecemasan anak usia 3-6 tahun dibandingkan dengan terapi bercerita. Penelitian selanjutnya disarankan dapat mengkolaborasikan kedua terapi ini dengan terapi lainnya dengan mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi pemberian terapi. Kata Kunci : terapi touch and talk, terapi bercerita dan kecemasa

    Pengaruh Penambahan Teknik Relaksasi Progresif Pada Terapi Latihan Terhadap Penurunan Nyeri Post Section Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi

    Get PDF
    Latar Belakang: Nyeri merupakan salah satu permasalahan utama pada post section caesarea, Nyeri harus ditangani sedini mungkin. Salah satu modalitas fisioterapi pada penanganan nyeri adalah teknik relaksasi progresif dan terapi latihan. Tujuan Penelititan: Mengetahui pengaruh penambahan teknik relaksasi progresif pada terapi latihan dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri post section caesarea serta mengetahui perbedaan pengaruh penambahan teknik relaksasi progresif pada terapi latihan dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri post section caesarea. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan quasi eksperimen. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada pasien post section caesarea sebanyak 77 orang yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok teknik relaksasi progresif dan terapi latihan dan kelompok terapi latihan. Dosis latihan yang diberikan adalah setiap hari selama masa perawatan, 2x8 setiap gerakkan pada terapi latihan dan 8- 10 detik tension pada teknik relaksasi progresif. Pengukuran nyeri menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) dengan desain penelitian pre-post test design dengan analisis data menggunakan uji T-Test untuk kelompok perlakuan. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penambahan teknik relaksasi progresif pada terapi latihan dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri post section caesarea (p=0.00) dan ada beda pengaruh antara penambahan teknik relaksasi progresif pada dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri post section caesarea (p=0.00) Kesimpulan: Ada pengaruh penambahan teknik relaksasi progresif pada terapi latihan dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri post sectionn caesarea dan ada beda pengaruh antara penambahan teknik relaksasi progresif pada dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri post section caesarea

    Terapi Dekapan dapat Menurunkan Kecemasan Anak saat Pemberian Terapi Intravena

    Get PDF
    Penyebab cemas pada anak saat hospitaliasi adalah prosedur keperawatan yang mengakibatkan nyeri salah satunya adalah terapi intravena. Kehadiran orang tua sangat diperlukan selama prosedur terapi intravena melalui terapi dekapan. Terapi dekapan sangat sederhana mudah dilakukan oleh orang tua selama perawat melakukan tindakan kepada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi dekapan terhadap tingkat kecemasan anak saat pemberian terapi intravena. Penelitian ini merupakan penelitian quasy-experimental dengan pendekatan case control. Responden dalam penelitan ini adalah anak usia 3-6 tahun sebanyak 36 anak yang terbagi menjadi 18 kelompok kasus (terapi dekapan) dan 18 kelompok kontrol (posisi supinasi). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana. Pengukuran tingkat kecemasan dilakukan pada saat terapi intravena menggunakan Children Fear’s Score (CFS). Hasil penelitian adalah anak yang tidak diberi terapi dekapan, saat terapi intravena sebagian besar memiliki tingkat kecemasan skala 3 dengan kategori takut, yaitu terdapat 2 kerutan didahi (22,2 %). Anak yang diberikan terapi dekapan, saat terapi intravena sebagian besar memiliki tingkat kecamasan skala 1 dengan kategori sedikit takut sebanyak (27,8 %). Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat pengaruh antara terapi dekapan terhadap tingkat kecemasan anak saat pemberian terapi intravena dengan nilai p=0,00

    EFEKTIVITAS TERAPI SPIRITUAL MUROTTAL AL-QUR’AN DAN TERAPI DZIKIR TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN HEMODIALISA DI RSUD TOTO KABILA

    Get PDF
    Pasien yang menjalani Hemodialisa mengalami masalah fisik dan psikologi. Salah satu masalah psikologi yang timbul yakni kecemasan. Kecemasan yang timbul tidak teratasi dengan baik dapat berdampak buruk pada kualitas hidup seseorang. Salah satu terapi non farmakologi yang efektif dapat mengatasi kecemasan yakni terapi murottal Al-Qur’an dan terapi Dzikir. Tujuan penelitian untuk mengetahui Efektivitas Terapi Spiritual Murotal Al-Qur’an dan terapi dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa. Metode penelitian kuantitatif dan menggunakan desain penelitian Quasy Experimental dengan rancangan Pretest-Postest With&nbsp; Two Group Design. Jumlah populasi dalam penelitian sebanyak 30 responden yaitu 15 kelompok murottal Al-Qur’an dan 15 kelompok Dzikir. Hasil penelitian didapatkan skor kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi murottal Al-Qur’an dan terapi Dzikir dengan masing-masing nilai p-value = &lt; 0,000. Terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an dan terapi Dzikir secara statistik sama-sama mampu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara terapi murottal Al-Qur’an dan Terapi Dzikir. Akan tetapi secara klinis terapi dzikir lebih efektif dibandingkan terapi murottal Al-Qur’an. Maka dapat di simpulkan terdapat efektivitas terapi spiritual murottal Al-Qur’an dan terapi Dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di RSUD Toto Kabila. Penelitian ini di harapkan dapat menjadikan sebagai salah satu referensi terapi non farmakologi kepada pasien kecemasan yang menjalani terapi Hemodialisa. &nbsp; &nbsp

    Analisis Efektivitas Biaya dan Terapi Antipsikotik Haloperidol-Klorpromazin dan Risperidon-Klozapin pada Pasien Skizofrenia

    Full text link
    Penggunaan jangka panjang terapi antipsikotik merupakan beban biaya yang ditanggung pasien skizofrenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas biaya dan efektivitas terapi kombinasi oral haloperidol-klorpromazin (tipikal) dibanding terapi kombinasi oral risperidol-klozapin (atipikal) pada pasien skizofrenia di ruang Unit Perawatan Intensif Psikiatrik (UPIP) di salah satu rumah sakit jiwa yang ada di Provinsi Riau. Penelitian dilakukan secara prospektif menggunakan rekam medik periode Februari hingga Mei 2016, dengan teknik accidental sampling. Dimana didapatkan yaitu nilai ACER (obat) kelompok terapi haloperidol-klorpromazin Rp 402,90 sedangkan terapi risperidon-klozapin Rp 4.848,53 dan nilai ACER (total) kelompok terapi haloperidol-klorpromazin Rp 302.073,43 sedangkan terapi risperidon-klozapin Rp 339.476,85. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi kombinasi haloperidol-klorpromazin lebih cost-effective

    Pengembangan Konseling Dan Psikoterapi Komprehensif Qur’ani Untuk Mengatasi Problematika Manusia

    Get PDF
      Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui problematika masalah manusia, dan  kemudian mengembangkan serta memetakan program bantuan yang komprehensif melalui konseling dan psikoterapi Qur’ani (Korini). Solusi komprehensif ditawarkan karena manusia dalam situasi problematika, solusinya tidak cukup diberikan dengan satu atau dua buah terapi; karena ia perlu didasarkan atas pemahaman menyeluruh terhadap hakikat inti dan faktor masalah manusia menurut al-Qur’an. Apa inti problematika manusia? Menurut alQur’an  adalah karena membangkang terhadap Tuhan, sombong, serakah, iri hati dan dengki, dan kesedihan karena frustrasi. Masalah-masalah lain muncul dari masalah inti tersebut. Selanjutnya, pemahaman terhadap problematika itu melahirkan tingkatan kebutuhan penyembuhan dan pengembangan. Mereka dikelompokkan dalam: (1)  program layanan dasar, berupa terapi fitrah, terapi pertobatan dan terapi kesombongan; (2) program layanan responsif, melalui terapi kemarahan, terapi problem-solving, terapi keserahakan, terapi kesedihan, terapi sufistik; (3) program layanan perencanaan individual, melalui layanan terapi penjangkit sukses, terapi munajat dan terapi sufistik (neo-Sufisme), dan (4) dukungan sistem, yakni untuk membangun jaringan, manajemen program, dan riset serta pengembangan. Terapi sufistik  digunakan untuk dua program, yakni untuk mengatasi penyakit hati, jiwa (mental) dalam layanan responsif, dan mengatasi gangguan dalam perjalanan rohani menuju Tuhan dalam  program perencanaan individual. Sejumlah  konseling dan psikoterapi lain dapat dimasukkan ke dalam tiap program layanan yang relevan. Tiap layanan terapi tersebut disusun dalam sebuah model, yang berisi pengertian, tujuan, sasaran terapi (spiritual, mental, moral, atau fisik), prosedur dan teknik terapi, materi terapi, kualifikasi konselor, dan indikator keberhasilan

    Terapi Modifikasi Perilaku, Diet dan Obat untuk Penanganan Perilaku Hiperaktivitas pacta Anak' Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

    Get PDF
    Tujuan utama penelitian ini ialah mengetahui perbedaan kekuatan efektivitas terapi tunggal (modifikasi perilaku, diet, atau obat), kombinasi ganda (modifikasi perilaku- diet, modifikasi perilaku - obat, atau diet - obat), dan tri-kombinasi (modiflkasi perilaku - diet - obat) terhadap penurunan skor perilaku hiperaktivitas (PH). Penelitian ini menggunakan single-case subject design. Alat pengukur ialah DSM-IV untuk mengukur gejala-gejala Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), skala aktivitas Werry-Weiss-Peter untuk mengukur tingkat PH, dan CPM untuk mengukur taraf kecerdasan. Subjek penelitian (N = 11) ialah anak lakilaki berusia 7-11 tahun yang memiliki taraf kecerdasan normal dan di atasnya. Mereka telah didiagnosis oleh psikiater sebagai anak dengan GPPH tanpa disertai gangguan lain. Mereka dibagi dalam 4 kelompok yang masing-masing mendapatkan perlakuan yang berbeda dan dipantau setiap minggu. Hasil-hasil menunjukkan bahwa terapi obat paling efektif di antara terapi tunggal, terapi diet-obat merupakan terapi paling efektif di antara terapi kombinasi ganda, dan terapi tri-kombinasi merupakan terapi terbaik dibanding terapi tunggal maupun terapi kombinasi ganda dalam menurunkan skor PH. Didiskusikan keunggulan masing-masing jenis terapi, dan fungsi neurotransmiter pada anak dengan GPPH

    EFEKTIFITAS Guided Imagery and Music (GIM) TERHADAP KADAR HORMON KORTISOL PADA IBU POST PARTUM BLUES DI WILAYAH KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Postpartum blues (PPB) atau sering juga disebut Maternity blues atau Baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan. Untuk mengantisipasi ibu postpartum yang mengalami post partum blues perlu diadakan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi efektifitas Guided Imagery and Music (GIM) terhadap kadar hormon kortisol pada ibu postpartum blues di Wilayah Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan Quasi Experimental atau eksperimental semu dengan rancangan penelitian Pre and post test with control group design. Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Desember 2015- Juni 2016. Sampel penelitian ibu postpartum baik primipara maupun multipara yang mengalami postpartum blues berada di wilayah kerja kota Semarang yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu kelompok kontrol, kelompok musik alam, dan kelompok musik Kenny G dengan masing-masing terdiri atas 12 responden dengan total 36 responden. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji one way anova dan analisis regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan paritas (p value = 0,441), pendidikan (p value = 0,586), pekerjaan (p value = 0,837), dan dukungan sosial (p value = 0,877) antara kelompok intervensi musik GIM (Guided Imagey and Music) di BPM Wilayah Kota Semarang. Terapi musik GIM Kenny G adalah yang paling efektif menurunkan hormon kortisol. kelompok GIM Kenny G dapat menurunkan skor EPDS sebesar 2,37 dan menurunkan skor post kortisol sebesar 28,95 dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan setiap kenaikan 1 poin skor EPDS maka akan meningkatkan 0,53 skor post EPDS. Selain itu setiap kenaikan 1 skor pre kortisol maka akan meningkatkan 0,75 skor post kortisol. Untuk pre kortisol dan pre EPDS menjadi tidak bermakna terhadap post kortisol dan post EPDS. Kata kunci : paritas, pekerjaan, pendidikan, dukungan sosial, Guided Imagery and Music (GIM) Postpartum blues (PPB) or Maternity Baby blues known as a mild syndrome disorder effects that sometime appears in the first week after delivery and peaked on third or fifth day, and the symptom occur in the span of 14 days after delivery. Based on number of postpartum mothers who experienced post partum blues, there need a study to identify the effectiveness of Guided Imagery and Music (GIM) toward cortisol hormone levels of postpartum blues mother in the city of Semarang. The study used Quasi Experimental or quasi-experimental research design with pre and post-test with control group design. the research conducted in the city of Semarang, on December 2015 to June 2016. The research samples are postpartum mothers both primiparous and multiparous who experienced postpartum blues in BPM Region Semarang and divided into 3 groups, namely a control group, a group of natural music, and music groups Kenny G. Each group consists of 12 respondents with 36 respondents totaly. The results of the study was analyzed using one-way anova test and multiple linear regression analysis. The results showed that there was no difference in parity (p value = 0.441), education (p value = 0.586), occupation (p value = 0.837), and social support (p value = 0.877) between the intervention group music GIM (Guided Imagey and Music ) in BPM Region Semarang. The GIM - Kenny G Music therapy was the most effective lowering cortisol hormone level. The GIM – Kenny G can lowered EPDS score of 2.37 and lowered cortisol post a score of 28.95 compared with the control group. While every increasing of 1 point EPDS score will increase post EPDS score of 0.53. Moreover, any increasing in of 1 point of pre cortisol will increase cortisol post score of 0.75. The pre cortisol and pre EPDS is meaningless towads post cortisol and post EPDS. Keywords : parity, employment, education, social support, Guided Imagery and Music (GIM
    • …
    corecore