Sharing, Liking, Commenting, and Distressed? The Pathway Between Facebook Interaction and Psychological Distress

Studies on the mental health implications of social media have generated mixed results. Drawing on a survey of college students (N=513), this research uses structural equation modeling to assess the relationship between Facebook interaction and psychological distress and two underlying mechanisms: communication overload and self-esteem. It is the first study, to our knowledge, that examines how communication overload mediates the mental health implications of social media. Frequent Facebook interaction is associated with greater distress directly and indirectly via a two-step pathway that increases communication overload and reduces self-esteem. The research sheds light on new directions for understanding psychological well-being in an increasingly mediated social world as users share, like, and comment more and more.Radio-Television-Fil

Pengaruh Regulasi Emosi terhadap Harga Diri Siswa Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta

Harga diri menjadi unsur penting bagi siswa untuk menunjang perkembangannya secara optimal. Akan tetapi berbagai macam masalah terkait rendahnya tingkat harga diri siswa yang dialami siswa, misalnya siswa menunjukkan berbagai kegiatan dan masalahnya di media sosial. Salah satu variabel yang berpengaruh terhadap harga diri adalah regulasi emosi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh regulasi emosi dengan harga diri siswa. Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 612 siswa yang dipilih secara acak. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara regulasi emosi dengan harga diri siswa. Penelitian ini merekomendasikan sebuah program layanan konseling untuk meningkatkan harga diri siswa dengan melibatkan variabel regulasi emosi

Improving Privacy Settings for Facebook by Using Interpersonal Distance as Criterion

The possibility to define custom privacy settings in Facebook has been improved over the last years. Still,numerous users do not know how to change those settings or do not use the settings because they are cumbersome to use. Within this paper a new method for defining the privacy settings in online social networks is presented that uses the social distance between users as setting criterion. This approach was tested as a paper prototype in a first user study with 10 participants. Results show that the number of errors was significantly decreased and that the subjective evaluation of the interface was promising

Subjective Well-Being dan Kecenderungan Narsisme Pada Individu Dewasa

This research aims to know the relationship between subjective well-being with the tendency of narcissism in adulthood. The hypothesis proposed in this study was that there was a negative link between subjective well-being with a tendency to narcissism. It means that the higher subjective well-being one then the lower the tendency of Narcissism. The population in this research is an adult who has a social media account. While the sample in this study amounted to 94 adult respondents aged between 20-40 years. The sampling technique is carried out in a purposive sample. The method of collecting data in this study used a tendency scale of narcissism and a subjective well-being scale. The method of analysis used is the correlation technique of Spearman rho. Data analysis results show the magnitude of the correlation coefficient between the subjective well-being variable with the tendency variable narcissism of -0.283 and P = 0.006 (P ? 0.05). The results showed a significant and negative relationship between subjective well-being with the tendency of narcissism in adults with a percentage of 6,7% in subjective well-being while the remaining of 93,3% was influenced by variables other.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara subjective well-being dengan kecenderungan narsisme pada individu dewasa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara subjective well-being dengan kecenderungan narsisme. Artinya semakin tingginsubjective well-being seseorang maka akan semakin rendah kecenderungannnarsismenya. Populasi dalam penelitian ini adalah individu dewasa yang memiliki akun media sosial. Sedangkan sample dalam penelitian ini berjumlah 94 responden individu dewasa berusia antara 20-40 tahun. Teknik pengambilan sample dilakukan dengan cara purposive sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kecenderungan narsisme dan skala subjective well-being. Metode analisis yang digunakan ialahnteknik korelasi spearman rho. Hasil analisa data menunjukkan besarnya koefisien korelasi antara variabel subjective well-being dengan variabel kecenderungan narsisme sebesar -0,283 dan p= 0,006 (p?0,05). Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang negatif dannsignifikan antara subjective well-being dengan kecenderungan narsisme pada individu dewasa dengan prosentase sebesar 6,7% pada subjective well-being sedangkan sisanya sebesar 93,3% dipengaruhi oleh variabel lain.  Kata kunci: subjective well-being, kecenderungan narsisme

Społeczny ekshibicjonizm w Internecie jako nowe ryzykowne zachowanie polskiej młodzieży

The technological progress and unlimited access to media create new possibilities of self-presentation in the public domain nowadays, especially for the young generation. The article presents a part of a broader research project which was aimed at defining the characteristics of behaviors shown in cyberspace by Polish students of upper-secondary schools and also at determining potential social and health consequences of such behaviors. The chosen fragment of the study mainly focuses on those actions that were considered as a sign of social exhibitionism on the Internet, such as uploading photos and videos, sharing private information about oneself and informing about current activity. The research was conducted in accordance with a quantity paradigm. It was of diagnostic and verification nature and a method of diagnostic survey with the use of questionnaires was applied

Hubungan Self-esteem dengan Selfpresentation Pada Remaja Pengguna Instagram

Instagram menjadi salah satu media sosial yang banyak digunakan oleh remaja untuk menunjukan eksistensinya demi mendapatkan pengakuan dari orang lain dengan cara membagikan sesuatu di Instagram. Permasalahan yang timbul dari terlalu banyak berbagi di Instagram dan terlalu banyak mempresentasikan diri adalah kebocoran data yang dapat menyebabkan kerugian bagi individu tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi presentasi diri adalah harga diri, dimana presentasi diri dapat naik atau turun karena harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan harga diri dengan presentasi diri pada remaja pengguna Instagram. adapun teknik sampling yang digunakan yaitu probability simple random sampling dengan sampel penelitian sebanyak 110 subjek. Hasil penelitian menunjukan nilai koefisien korelasi antara harga diri dengan presentasi diri sebesar r= -0,565** dan p= 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara harga diri dengan presentasi diri. Semakin tinggi harga diri maka semakin rendah presentasi diri begitupun sebaliknya, semakin rendah harga diri maka semakin tinggi presentasi diri. Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor lain yang memiliki hubungan dengan presentasi diri remaja di media sosial Instagram seperti faktor body image dan faktor popularita

Hubungan antara Self Esteem dengan Self Disclosure Siswa SMA Pengguna Instagram di Surakarta pada Masa Pandemi Covid 19

This research aims to find out the relationship between self esteem and self disclosure in High School Students Instagram Users In Surakarta During the Covid-19 Pandemic. The subjects in this study were Instagram High School Students In Surakata During the Covid-19 Pandemic which numbered 106 people. Sampling technique using puposive random sampling. The data collection tools used in this study are self disclosure scale (JSDQ) and self esteem scale (CSEI). Data analysis is done by analyzing product moment correlation using SPSS 16.0 for windows assistive program. Based on data analysis between self esteem and self disclosure variables obtained a coefficient value (rxy) of 0.269 and sig. (p) by 0.005 (p < 0.05), which indicates there is a significant relationship between self esteem and self disclosure in high school students

Pengembangan dan Validasi Alat Ukur Perilaku Narsistik pada Mahasiswa di Papua menggunakan Pemodelan Rasch

Usia dewasa muda merupalan usia yang rentan terhadap stress, terlebih pada individu dengan gangguan kepribadian narsistik. Meskipun demikian, alat ukur yang digunakan untuk mengukur kepribadian narsistik pada mahasiswa di Papua belum dikembangkan dengan maksimal. Penelitian ini bertujuan mengembangkan alat ukur untuk mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian narsistik pada mahasiswa di Papua. Analisis pemodelan Rasch digunakan untuk mengukur validitas konstrak. Analisis menghasilkan satu aitem yang dieliminasi dengan noise pengukuran outfit MNSQ sebesar 1.65 logit dari total 60 aitem. Analisis dimensi instrumen menunjukkan bahwa aitem memiliki dependensi pada konstruk lain. Hasil pengukuran pada 60 aitem menunjukkan tingkat ketelitian aitem yang baik karena berada pada range logit 0.07 – 0.08 (M = 0.07, SD = 0.00, SD &lt; 0.50). Selain itu, aitem memiliki kemampuan mengukur yang baik yang ditunjukkan dengan nilai logit pada range 0.02 – 0.063 (M = 0.00, SD = 0.33, SD &gt; 0.5

Social and Linguistic Behavior and its Correlation to Trait Empathy

A growing body of research exploits social media behaviors to gauge psychological character- istics, though trait empathy has received little attention. Because of its intimate link to the abil- ity to relate to others, our research aims to predict participants’ levels of empathy, given their textual and friending behaviors on Facebook. Using Poisson regression, we compared the vari- ance explained in Davis’ Interpersonal Reactivity Index (IRI) scores on four constructs (em- pathic concern, personal distress, fantasy, perspective taking), by two classes of variables: 1) post content and 2) linguistic style. Our study lays the groundwork for a greater understanding of empathy’s role in facilitating interactions on social media