29 research outputs found

    Komodifikasi Keagamaan Di Kalangan Pengemis Di Kampung Pengemis Kota Bandung

    Get PDF
    Dalam masyarakat terjadi perbedaan cara pandang tentang pengemis, menurut masyarakat pada umumnya menjadi pengemis adalah sebagai satu pekerjaan yang hina, maka mereka menyebutnya, sampah masyarakat. Di Kelurahan Sukabungah inilah terletak tempat yang sering disebut sebagai “Kampung Pengemis”, tepatnya terdapat di RW 04 dan di RW 11 (Cibarengkok). Penelitian ini mencari tahu bagaimana pengemis memanfaatkan agama sebagai komoditi.Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Pengemis juga mempunyai gaya hidup hedonis serba materi, agama hanya hayalan belaka. Ini sejalan dengan pemikiran Karl Marx, bahwa manusia merealisasikan diri hanya dalam khayalan agama, karena struktur masyarakat nyata tidak mengijinkan manusia merealisasikan diri dengan sungguh-sungguh. Para pengemis tidak benar-benar menghayati keagaman yang mereka anut, ritual yang dilakukan seperti shalat dan puasa tidak merubah pola pikir dan cara hidup mereka yang tetap memilih menjadi pengemis, sesudah kayapun mereka tetap saja mengemis, bahkan aktivitas itu ditularkan kepada keturunannya hingga empat generasi. Dikalangan pengemis, mereka melakukan modifikasi terhadap ajaran-ajaran agama sehingga mampu menghasilkan keuntungan secara ekonomi sesuai dengan keinginan dan harapan, mereka telah melakukan komodifikasi keagamaan. Barang-barang keagaman dikalangan pengemis muncul dalam berbagai bentuk, rupa, dan warna. Menghafal Al-Qur\u27an, Al-Qur\u27an itu sendiri, doa, jampi-jampi, berbagai jenis minyak pengasihan, rajah untuk mendapatkan kekuatan, sesaji, untuk manusia yang dianggap keramat, ini semua memiliki nilai pertukaran dan kegunaan. Barang-barang keagamaan tersebut memiliki satu sifat yakni ekonomi

    PERILAKU KEAGAMAAN PENGEMIS (Studi Kasus Pasar BandarJaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)

    Get PDF
    Kemiskinan diartikan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Seseorang yang mengalami kemiskinan akan melakukan apa saja untuk mendapatkan uang tak terkecuali menjadikan mengemis sebagai pekerjaan tetap. Lokasi pasar Bandar Jaya yang strategis membuat pasar ini cukup ramai dikujungi. Tempat-tempat yang ramai biasanya menjadi lokasi favorit pengemis. Untuk menarik simpati orang lain mereka menggunakan berbagai macam atribut seperti perpakaian lusuh dan kumal, membawa wadah bekas, menuntun orang yang buta, berpenampilan layaknya orang buta bahkan dengan sengaja memperlihatkan bagian anggota tubuh mereka yang cacat. Tak jarang pula simbol-simbol keagamaan pun digunakan sebagai atribut mengemis seperti peci, kerudung, maupun bersolawat. Penelitian ini berupaya untuk mendeskripsikan mengenai factor-faktor apa sajakah yang menyebabkan seseorang menjadi pengemis di Pasar Bandar Jaya dan bagaimana pengaruh pekerjaan mengemis terhadap perilaku keagamaannya. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif, dengan jenis penelitian lapangan (field research) dan desain penelitian studi kasus dengan mengeksplorasi secara mendalam aktifitas para pengemis di Pasar Bandar Jaya. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan analisis data Miles & Huberman yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang melakukan mengemis disebabkan oleh berbagai factor seperti, disabilitas fisik, tingkat pendidikan rendah, minimnya keterampilan, teman, dan adanya anggapan bahwa pengemis merupakan pekerjaan yang halal. Pengaruh kegiatan mengemis terhadap perilaku keagamaan pengemis seperti sholat, puasa, dan zakat tidak dilaksanakan, meskipun dalam praktik mengemis kerap memakai simbol-simbol keagamaan seperti peci, jilbab, membaca solawat namun dalam kehidupannya mereka tidak benar-benar menjalankan perilakunya sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut, simbol-simbol keagamaan yang dipakai tersebut akan menampilkan sosok pengemis religius, yang digunakan sebagai penarik simpati untuk mendapatkan sumbangan dari masyarakat. Kalangan pengemis memanfaatkan kedermawanan masyarakat dengan menjadikan mengemis sebagai suatu pekerjaan. Oleh sebab itu masyarakat harus lebih bijak lagi dalam memberikan sumbangan agar tidak terkecoh dengan sosok yang ditampilkan oleh pengemis

    Strategi Ekonomi Islam dan Kontribusi Pemerintah dalam Menanggulangi Pengemis di Banda Aceh

    Get PDF
    Masalah utama dalam penelitian ini adalah tentang bagaimanakah mengemis dijadikan sebagai suatu pekerjaan ditinjau dari aspek hukum Islam dan Strategi ekonomi Islam. Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, meliputi rangkaian kegiatan yang sistematik untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang diajukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pemerintah dan Strategi ekonomi Islam dalam menanggulangi pengemis di Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan Etnografi. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala bidang rehabilitasi sosial, kepala seksi rehabilitasi tuna sosial dan perdagangan orang dinas sosial Banda Aceh, dosen ekonomi UIN Ar-Raniry dan Unsyiah, mahasiswa ekonomi dan Masyarakat. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah “Purposive Sampling”. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui obsevasi, wawancara dan analisis dokumen. Hasilnya implementasi kebijakan pemerintah sudah cukup baik namun masih perlu campur tangan masyarakat, dan pembuatan kebijakan berbentuk undang-undang tentang sanksi bagi pengemis. dalam menanggulanginya. Frikatisasi ekonomi Islam juga tidak kalah pentingnya dalam mengatasi masalah ini, seperti meminimalisir urbanisasi, menghindari krisis dengan mendukung tumbuh kembang perbankan syariah dan merubah paradigma konsumsi, walaupun belum maksimal

    Strategi penanaman religiusitas pada penerima manfaat di Balai Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Sidoarjo Jawa Timur

    Get PDF
    Pengemis, gelandangan, dan psikotik merupakan orang-orang dengan permasalahan perilaku sosial, sehingga diperlukan penanaman nilai religiusitas untuk mengubah perilakunya. Maka diperlukan strategi penanaman nilai religiusitas pada penerima manfaat di Balai Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Sidoarjo, Jawa Timur yang bertujuan untuk mengetahui apa saja strategi yang dilakukan dalam menanamkan nilai religiusitas pada penerima manfaat. Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi yang mementingkan penjelasan deskripsi, narasi, atau gambaran dari informan serta keadaan lapangan mengenai fenomena yang diteliti. Untuk menganalisis hasil penelitian mengenai strategi penanaman religiusitas pada penerima manfaat ini menggunakan teori pertukaran atau pertukaran sosial dari George Homans. Strategi-strategi yang dilakukan semuanya terdapat unsur pertukaran yang menguntungkan bagi kedua pihak (penerima manfaat dengan pekerja sosial atau instruktur). Analisis temuan dengan teori pertukaran sosial ini memberikan perubahan bagi perilaku sosial para penerima manfaat, yang awalnya tidak terbiasa dengan aturan, bertingkah laku menyimpang mulai memperbaiki perilakunya karena faktor lingkungan yang suportif untuk memupuk perubahan. Ketika terjadi pengulangan dari perilaku-perilaku positif yang dilakukan penerima manfaat terkait implementasi aspek religiusitas dalam tindakan sosial, akan terjadi suatu penguatan (reinforcement) dan bisa terjadi suatu perubahan perilaku sosial positif pada penerima manfaat ke depannya. Sejalan dengan tujuan dari adanya balai ini sebagai instansi untuk proses rehabilitasi pada orang-orang dengan permasalahan perilaku sosial

    Jantra jurnal sejarah dan budaya Vol.VII No.2

    Get PDF
    1. Musik dan lagu pada pengamen anak jalanan di Bandung 2. Bersalawat bersama Habib : transformasi baru relasi audiens muslim NU di Indonesia 3. Kesenian rebana (musik dan lagu tradisional islami) 4. Kesenian tradisional kenthongan wahana remaja dan pemuda Purbalingga mencintai kesenia rakyat 5. Musik cengklung : dari tanah lapang kepanggung hiburan 6. Makna filosofis "Temabang ilir-ilir" karya Sunan Kalijaga 7. Melagukan masa lalu, melantunkan identitas : peran kapata dalam studi sejarah budaya di Maluku 8. Kesenian Madihin, perpaduan antara musik, lagu dan kecerdasan linguistik etnis Banjar 9. Makna filosofis dalam lagu-lagu dolanan Jawa : Kajian serat karya rarya saraya 10. Upaya pelestarian kesenian daerah : musik dan lag

    Fenomena pedagang stiker ayat al-qur’an di Kota Palangka Raya

    Get PDF
    Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat, karena dalam setiap pemenuhan kebutuhannya masyarakat tidak bisa berpaling untuk meninggalkan akad ini. Seiring perkembangan zaman praktik jual beli pun dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan praktik jual beli dengan harga seikhlasnya. Di kota Palangka Raya banyak sekali ditemukan beberapa kelompok penjual yang menawarkan stiker dengan harga seikhlasnya. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: mekanisme jual beli pedagang stiker ayat al-qur’an dan strategi penjualan pedagang stiker ayat ayat al-qur’an. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Adapun subjek penelitian ini adalah 4 orang penjual stiker ayat al-qur’an, dan 4 orang pembeli sebagai informan tambahan. Teknik pengumpulan data yakni dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan, untuk menganalisis data adalah dengan menggunakan model menurut Bungin yaitu: (1) pengumpulan data, (2) pengolahan data, (3) penyajian data dan (4) penarikan kesimpulan/verifikasi. Adapun untuk pengabsahan data dilakukan dengan Triangulasi sumber yakni mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber dan Triangulasi teori yakni membandingkan beberapa teori yang terkait secara langsung dengan data penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme jual beli stiker ayat al-qur’an sesuai dengan syarat dan rukun jual beli, akan tetapi tidak pada syarat shihahnya yaitu mengandung salah satu enam unsur yang merusaknya, yakni: jihalah (ketidakjelasan). Di dalam strategi penjualan pada pedagang stiker ayat al-qur’an terdapat komodifikasi agama di dalamnya sehingga pembeli tersentuh emosionalnya untuk membeli. ABSTRACT Buying and selling is a contract that is commonly used by the community, because in every fulfillment of their needs the community cannot turn away from leaving this contract. Along with the times, the practice of buying and selling is carried out in various ways, one of which is the practice of buying and selling at sincere prices. In the city of Palangka Raya, there are many groups of sellers who offer stickers at sincere prices. This study aims to determine: the mechanism of buying and selling stickers for verses of the Qur'an and the sales strategy of stickers traders for verses of the Qur'an. This research is a field research using descriptive qualitative research methods. The subjects of this study were 4 sellers of al-Qur'an verse stickers, and 4 buyers as additional informants. Data collection techniques are by observation, interviews and documentation. Meanwhile, to analyze the data is to use the model according to Bungin, namely: (1) data collection, (2) data processing, (3) data presentation and (4) drawing conclusions/verification. As for the validation of the data, it is done by source triangulation, namely collecting similar data from several sources and theoretical triangulation, namely comparing several theories that are directly related to the research data. The results of this study indicate that the mechanism of buying and selling stickers on the verses of the Qur'an is in accordance with the terms and conditions of buying and selling, but not on the terms of shihah, which is that it contains one of the six elements that damage it, namely: jihalah (obscurity). In the sales strategy of the al-Qur'an verse sticker seller there is a commodification of religion in it so that buyers are emotionally touched to buy

    Komodifikasi agama dalam PILKADA: studi netnografi terhadap GNPF-MUI dan tim pemenangan pasangan calon di PILKADA DKI Jakarta 2017

    Get PDF
    PILKADA DKI Jakarta 2017 merepresentasikan adanya gejala sosial politik yang menjadikan agama sebagai komoditas publik demi terpenuhinya kepentingan politik dan kekuasaan ekonomi yang dilakukan oleh GNPF-MUI dan tim pemenangan pasangan calon di PILKADA DKI Jakarta 2017. Secara teknis, disertasi ini menjawab dua problematika utama dalam PILKADA DKI 2017 tersebut, yaitu: Bagaimana GNPF-MUI dan tim pemenangan pasangan calon melakukan komodifikasi agama dalam PILKADA DKI 2017? Mengapa serta apa motif mereka melakukan komodifikasi agama dalam PILKADA DKI Jakarta 2017?. Penelitian ini menerapkan studi netnografi sebagai cara melacak, mengamati dan memahami data serta informasi tentang dua kelompok utama; GNPF MUI dan tim pemenangan pasangan calonnya di PILKADA DKI Jakarta 20017 yang terekam dan tersebar di dunia maya seperti website, Instagram, dan Youtube. Dalam analisisnya, penelitian ini menggunakan pendekatan political economy, dengan meminjam dua landasan teori utama; teori speech-act dalam tindakan komunikatif dan tindakan kolektif. Disertasi ini mempunyai kesimpulan: Pertama, komodifikasi agama di PILKADA DKI Jakarta 2017 terjadi melalui tiga fase; fase friksi, fase penguatan dan fase bangkit dengan dua bentuk komodifikasi agama dari GNPF-MUI dan tim pemenangan pasangan calonnya. Bentuk pertama lahir dari GNPF-MUI melalui penggunaan sejumlah ayat al-Qur’an yang tematik dengan ideologi anti pemimpin kafir, penggunaan masjid sebagai ruang dakwah politik, gerakan subuh berjema’ah sebagai pembanding serangan fajar dari tim sukses calon, khotbah jum’at, tamasya al-maidah dan spanduk fatwa penolakan shalat jenazah bagi pendukung Ahok. Bentuk kedua lahir dari tim pemenangan pasangan calonnya melalui penampilan-diri secara simbolis dengan pakaian baju putih dan peci hitam, serta melalui penampilan-diri secara ekspresif dengan branding personal sebagai pemimpin soleh, pemimpin muslim dan pemimpin bela agama Islam. Kedua, komodifikasi agama di PILKADA DKI Jakarta 2017 mempunyai makna GNPF-MUI mereproduksi komoditas politik dalam agama yang berorientasikan keberhasilan pemahaman dakwah Islam politik dan makna tim pemenangan pasangan calonnya adalah reproduksi komoditas agama dalam politik yang berorientasikan keberhasilan tujuan politik elektoral. Tindakan komodifikasi agama tersebut memiliki motif konflik ideologi, rasionalitas moral politik, mitigasi politik, motif hegemoni politik ulama 212 dan motif insentif ekonomi sehingga motif-motif tersebut memunculkan implikasi secara ekonomi politik yaitu islamic political engagement dan new-market disruption dengan 212 market

    Kebudayaan Indonesia : Lestarikan apa yang hendak Dilestarikan ?

    Get PDF
    Sebagai karya tulis ilmiah, gaya bahasa yang digunakan pun juga gaya bahasa ilmiah, lengkap dengan pembahasan dan analisis dengan menggunakan teori-teori sosial tertentu. Dengan demikian tentu tidak semua kalangan dapat memahami pesan yang ingin disampaikan dalam karya tulis- karya tulis ilmiah tersebut. Agar pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia, informasi tentang peranan dan perkembangan kebudayaan tersebut perlu disampaikan melalui karya tulis-karya tulis yang bersifat semi populer, dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat

    Dinamika pengalaman keagamaan umat Islam Melayu di Asia Tenggara

    Get PDF
    Konferensi ini secara khusus mendorong interaksi para peneliti dengan para akademisi sewilayah Asia Tenggara yang mendalami kajian bangsa Melayu dari berbagai perspektif. Hal ini penting bagi semua yang terlibat dalam mempresentasikan dan mendiskusikan karya mereka. Kontribusi mereka membantu menjadikan konferensi ini luar biasa seperti yang sudah diadakan sebelum-sebelumnya
    corecore