17,052 research outputs found

    Perkembangan Feminisme Barat dari Abad Kedelapan Belas Hingga Postfeminisme: sebuah Tinjauan Teoretis

    Full text link
    Tulisan ini mengulas perkembangan feminisme barat dari abad ke delapan belas hingga abad ke dua puluh satu saat feminisme memasuki era postfeminisme untuk mengungkapkan Perubahan feminisme dari waktu ke waktu merupakan perkembangan yang menunjukkan kemampuan feminisme untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan situasi dan kondisi yang dialami perempuan. Dalam garis besar, feminisme dapat dibagi menjadi empat tonggak perkembangan, yakni feminisme awal, feminisme gelombang pertama, feminisme gelombang kedua, dan feminisme gelombang ketiga dan/atau postfeminisme. Secara umum keempatnya memiliki tujuan yang sama yakni untuk memperjuangkan subjektivitas perempuan Masing-masing gelombang memiliki penekanan perjuangan yang berbeda dan setiap gelombang berikutnya merupakan revisi dari gelombang sebelumnya. Dikotomi feminisme gelombang ketiga dan/atau postfeminisme merupakan perkembangan yang paling majemuk dan menimbulkan banyak kontroversi karena postfeminisme merupakan persinggungan antara feminisme dan postmodernisme yang berkembang menjelang pergantian milennium yang berpadu dengan kebutuhan internal dalam feminisme sendiri. Kemajemukan dalam perkembangan feminisme terakhir ini harus dipandang sebagai kekayaan dan kelebihan karena itu berarti feminisme semakin terbuka terhadap perbedaan dan Perubahan

    REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM “KU TUNGGU JANDAMU” (Studi Analisis Semiotika Representasi Feminisme melalui Tokoh Persik)

    Get PDF
    Penelitian ini didasarkan pada sebuah fenomena mengenai feminisme yang sedang menuai pro dan kontra di masyarakat. Film “Ku Tunggu Jandamu” merupakan film yang berani merekam gerakan emansipasi wanita, dan memproyeksikan melalui tokoh utama perempuannya yaitu Persik. Feminisme yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, telah ada dalam berbagai sisi kehidupan, termasuk dalam bidang dosmetik perempuan itu sendiri. Film adalah media komunikasi massa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana feminisme direpresentasikan dalam film. Perempuan dalam media massa sering digambarkan sebagai korban laki-laki dan sebagai sosok yang pasif. Feminisme menunjukkan bahwa perempuan dapat setara dengan laki-laki dan juga dapat memiliki kekuasaan terhadap laki-laki. Dimana perempuan yang memiliki kemampuan, keahlian, dan dapat menggali potensi diri dengan optimal, serta dapat menguasai dan tidak diremehkan oleh laki-laki dijadikan sebagai tolak ukur feminisme. Film sebagai komunikasi massa dan kontruksi realitas sosial, serta semiotika dalam film, kemudian konsep feminisme yang digunakan adalah feminisme liberal, feminisme marxis, feminisme radikal-kultural, feminisme sosialis, feminisme post modern, dan feminisme eksistensialis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode semiotik. Pendekatan semiotik yang dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce dengan Triangle Meaning dan analisis sinema televisi oleh John Fiske melalui level realitas, level representasi, dan level ideologi. Data dibagi tiga level yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Pada level realitas, dianalisis penandaan yang terdapat pada kostum, make up, setting, dan dialog. Sedangkan pada level representasi dianalisis penandaan yang terdapat pada kerja kamera, pencahayaan, dan penataan suara. Pada level ideologi dianalisis dengan menggunakan konsep yang melibatkan hubungan tanda (sign), obyek-obyek (object) dan interpretant, serta mengunakan ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol) yang menjadi penandaan terhadap representasi melalui tokoh Persik. Kesimpulan peneliti bahwa, terdapat enam representasi feminisme dalam penelitian antara lain feminisme liberal, feminisme marxis, feminisme radikalkultural, feminisme sosialis, feminisme post modern, dan feminisme eksistensialis tercemin melalui sosok Persik. Pada feminisme liberal, Persik sebagai sosok yang punya otonomi, dan berusaha mengkonstruksi ulang peran yang bersifat gender di masyarakat. Pada feminisme marxis, Persik sebagai sosok yang menolak bahwa penindasan perempuan adalah bagian yang esensial dari sistem kapitalis, dan xiv berusaha membebaskan perempuan dari keperluan pertukaran (exchange), yaitu laki-laki mengontrol produksi untuk pertukaran dan sebagai konsekuensinya mereka mondiminasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property. Pada feminisme radikal-kultural, Persik sebagai sosok yang menolak sistem patriarkhi, yang selalu bertindak subjek, dan punya hak untuk menentukan keputusan. Pada feminisme sosialis, Persik sebagai sosok yang mengkritik asumsi umum, yaitu meningkatnya partisipasi perempuan dalam ekonomi lebih berakibat pada peran antagonism seksual ketimbang status. Pada feminisme post modern, Persik sebagai sosok yang menolak perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang harus diterima dan dipelihara, gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial. Pada feminisme eksistensialis, Persik sebagai sosok yang menolak bahwa perempuan adalah makhluk yang tidak lengkap, dan tidak cukup kiranya perempuan dijadikan obyek laki-laki karena segi biologis yang selalu dianggap perempuan mempunyai keterbatasan biologis untuk bereksistensi sendiri. Konstruksi feminisme dalam film “Ku Tunggu Jandamu” ini adalah masih tergolong feminisme setengah jalan, karena pandangan feminismenya masih terangkai dalam bingkai pemikiran dan perspektif patriarkhi

    Representasi Feminisme dalam Film “Spy”

    Full text link
    Fenomena feminisme merupakan sebuah fenomena yang sudah beredar cukup lama dalam kalangan masyarakat luas. Bukan hanya dalam kalangan masyarakat saja, isu ini juga terdapat dalam dunia perfilman. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana representasi feminisme yang terdapat dalam film “Spy”. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode semiotika televisi John Fiske yang terdiri dari tiga level, yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Dengan menggunakan metode semiotika televisi John Fiske, peneliti menemukan empat kategori feminisme yaitu feminisme dalam pengambilan keputusan, feminisme dalam kepemimpinan, feminisme dalam intelektualitas dan feminisme dalam penampilan perempuan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana representasi feminisme melalui film “Spy”. Feminisme yang terdapat dalam film “Spy” merupakan feminisme aliran gelombang pertama dengan menggambarkan sosok perempuan yang memiliki intelektualitas dan juga dapat mengambil keputusan. Dalam aspek kepemimpinan perempuan digambarkan sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi. Selain itu dalam film ini representasi feminisme juga melalui perempuan bertubuh besar yang direpresentasikan sebagai sosok yang dapat bekerja di lapangan dan menyelesaikan misinya dengan baik

    Representasi Feminisme Dalam Film “Snow White and the Huntsman”

    Full text link
    “Snow White and the Huntsman” merupakan sebuah film adaptasi dari sebuah dongeng asal Jerman, yaitu “Snow White” yang disusun oleh Brothers Grimm. Film ini berbeda dari dongeng klasik. Film ini menyorot perempuan sebagai tokoh utama yang memiliki sisi tangguh. Rumusan masalah yang ingin dijawab adalah bagaimana representasi feminisme dalam film “Snow White and the Huntsman”. Penelitian ini menggunakan metode semiotika, khususnya kode-kode televisi John Fiske. Subtema yang digunakan untuk menganalisa yaitu feminisme dalam pengambilan keputusan, feminisme dalam kekuatan, dan feminisme dalam kepemimpinan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah film ini mengandung feminisme dalam pengambilan keputusan, feminisme dalam kekuatan, feminisme dalam kepemimpinan dan androgini. Di samping itu terdapat faktor eksternal dalam pencapaian feminism

    PENGARUH PEMIKIRAN WANITA-WANITA EROPA TERHADAP PEMIKIRAN KARTINI TENTANG PERAN DAN STATUS SOSIAL PEREMPUAN DI HINDIA BELANDA

    Get PDF
    Abstrak   Surat menyurat merupakan proses hegemoni pemikiran Eropa melalui wanita-wanita Eropa terhadap pemikiran Kartini. Pemikiran wanita-wanita Eropa yang mempengaruhi Kartini adalah pemikiran feminisme. Pemikiran feminisme wanita- wanita Eropa merupakan perjuangan tuntutan mereka. Wanita-wanita Eropa tersebut adalah Estella H. Zeehandelaar dan R.M. Abendanon-Mandri. Tuntutan yang diperjuangkan Estella H. Zeehandelaar dikategorikan sebagai bentuk gerakan feminisme radikal, sedangkan gerakan R.M. Abendanon-Mandri dikategorikan sebagai feminisme liberal. Pengkategorian tersebut berdasar atas kajian surat-surat Kartini, sehingga perjuangan atau gerakan Kartini adalah feminisme liberal.   Kata Kunci: Wanita-wanita Eropa, Pemikiran Feminisme, Kartin

    Tantangan Peran Wanita dalam Demokrasi di Masa Sekarang dan Yang Akan Datang

    Get PDF
    Sekarang masalah feminisme banyak bermunculan, baik di media maupun melalui seminar-seminar membahas isu-isu perempuan dan gender seperti hubungan yang setara, kesehatan reproduksi, hingga ketimpangan gender di berbagai sektor. Sehingga penulis merasa penting untuk mengambil tema ini sebagai pilihan pembahasan yang dituangkan dalam sebuah penelitian. Perselisihan gerakan feminisme dan anti-feminsme menuntut hak perempuan dalam persamaan tersebar luas dibanyak negara di dunia termasuk Indonesia dan Jerman. Feminisme adalah gerakan yang berfokus pada perjuangan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender. Feminisme adalah serangkaian gerakan sosial, politik, dan ideologi yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mencapai kesetaraan gender di berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, pribadi, dan sosial. Gerakan ini berangkat dari pemahaman bahwa masyarakat cenderung memprioritaskan perspektif laki-laki dan bahwa perempuan seringkali diperlakukan secara tidak adil dalam masyarakat tersebut. Penelitian ini membahas gerakan anti feminisme, yang muncul sebagai tanggapan terhadap perkembangan gerakan feminisme di Indonesia dan Jerman dalam beberapa dekade terakhir. Studi penelitian memilih negara Inonesia dan Jerman, karena gerakan anti feminism di Indonesia mewakili dari kaum muslim, dan Jerman mewakili dari kaum liberal. Gerakan anti feminisme mengkritik gagasan-gagasan feminis dan berusaha untuk menentang perubahan sosial yang diusulkan oleh gerakan feminisme. Ketidaksetujuan mereka bukan tanpa alasan, karena konsep feminisme dianggap sebagai hal yang kontroversial dan melanggar hubungan alami antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini akan mengeksplorasi akar penyebab gerakan anti-feminisme, argumen-argumen yang dikemukan oleh para pendukungnya, tantangan yang dihadapi oleh gerakan feminism, serta implikasi sosial dan politik dari gerakan anti-feminisme

    Feminisme Dalam Novel Burned Alive Karya Souad

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kajian feminisme yang terdapat dalam novel Burned Alive karya Souad. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif berupa kalimat tertulis atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati. Jenis penelitian yang digunakan dalam peelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang datanya dikumpulkan dari hasil bacaan dan catatan peneliti. Hasil penelitian dalam novel Burned Alive karya Souad diperoleh dua jenis aliran feminisme yaitu feminisme liberal dan feminisme radikal. Pada feminisme radikal diperoleh dua belas data yang digambarkan oleh tokoh cerita  dalam novel Burned Alive. Sedangkan pada feminisme liberal diperoleh tiga belas data yang digambarkan oleh tokoh cerita dalam novel Burned Alive. Sehingga dapat disimpulkan kajian feminisme yang terdapat dalam novel Burned Alive melalui penggambaran perilaku yang dialami oleh tokoh utama berupa feminisme liberal dan radikal

    FEMINISME DALAM PESANTREN KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS DALAM NOVEL DUA BARISTA KARYA NAJHATY SHARMA

    Get PDF
    Artikel ini membahas kajian kritik sastra feminis dalam sebuah karya sastra novel Dua Barista karya Najhaty Sharma. Novel Dua Barista sebagai karya sastra yang lahir dari penulis dari pesantren menjadi sebuah instrumen untuk menyanpaikan sebuah kritik sosial terhadap fenomena yang terjadi di pesantren dan memicu lahirnya penindasan perempuan. Kajian ini akan fokus melihat aliran feminisme yang ada dalam novel dan nilai-nilai feminisme di pesantren dalam novel Dua Barista. Tujuan peneltian ini adalah mendiskripsikan aliran feminisme dan nilai-nilai feminisme yang berkembang di pesantren dalam Novel Dua Barista. Metode penelitian yang digunakan adalah diskriptif kualitatif, pendekatan feminisme dan pisau analisis kritik sastra feminis. Hasil dari penelitian ini bahwa aliran feminisme yang terdapat dalam novel ini adalah aliran feminisme sosialis dan nilai-nilai feminisme yang berkembang di lingkungan pesantren dalam novel Dua Barista tergambar melalui citra perempuan kuat dan dukungan-dukungan monogami yang dibungkus dengan sebuah kisah oleh Najhaty Sharma sebagai penulis

    Jangan Main-main dengan Kelaminmu: antara Wacana Seksualitas dan Feminisme

    Full text link
    Karya sastra berunsur seks menjadi sajian yang kuat dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main dengan Kelaminmu karya Djenar Maesa Ayu. Kumpulan cerpen ini seperti menawarkan wacana seksualitas yang vulgar bagi pembaca awam. Namun, dibalik wacana seks yang vulgar ini ada corak feminisme di dalam kumpulan cerpen tersebut. Oleh karena itu, tulisan ini mengeksplorasi corak feminisme menurut Djenar Maesa Ayu dalam Jangan Main-Main dengan Kelaminmu sebagai seorang wanita pengarang ketika menggambarkan tokoh perempuan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran wanita pengarang tersebut dalam memunculkan citra tokoh perempuan dalam perspektif feminisme. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi dokumenter. Dalam tulisan ini secara khusus digunakan pendekatan ginokritik dalam teori sastra feminisme dan teori strukturalisme-semiotik dalam membedah kumpulan cerpen ini. Unsur-unsur yang berkaitan dengan feminisme yang terdapat dalam Jangan Main-Main dengan Kelaminmu ditelaah berdasarkan watak-watak perempuan yang ada dalam karya-karya tersebut. Hasilnya, dalam perspektif feminisme kumpulan cerpen Jangan Main-Main dengan Kelaminmu merupakan wujud pemberontakan seorang perempuan mengenai posisi dan kedudukannya sebagai perempuan di antara banyak lelaki. Teks yang menampilkan seksualitas menunjukkan pemberontakan Djenar Maesa Ayu sebagai wanita pengarang terhadap penempatan kaum perempuan. Dapat dikatakan secara feminisme Djenar Maesa Ayu memberontak karena kaum perempuan ditempatkan hanya dalam ranah domestik

    Persepsi Mahasiswa Mengenai Feminisme (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fispol Universitas Sam Ratulangi Manado)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa mengenai feminisme, dan apakah masih ada mahasiswa yang berpikir bahwa perempuan sebaiknya mengikuti ketentuan konstruksi sosial. Ketimpangan gender dimasa lalu yang telah menjadi budaya dikalangan masyarakat menyebabkan timbulnya patriarki. Patriarki yang merupakan sistem sosial yang memprioritaskan laki-laki inilah yang akhirnya melahirkan gerakan feminisme dikalangan perempuan. Dengan adanya gerakan ini, banyak perempuan merasakan dampak positif dari feminisme bagi hidup mereka. Dahulu perempuan masih harus menunjukkan eksistensinya untuk mendapatkan posisi yang setara dengan laki-laki disektor publik. Berbeda dengan dewasa ini, dimana kaum perempuan sudah bisa mencapai berbagai posisi diberbagai bidang berkat feminisme. Perempuan masa kini hanya perlu meningkatkan nilai yang ada dalam diri mereka. Namun terkadang ada pemikiran yang membuat feminisme memiliki kesan yang negatif dikalangan masyarakat, terlebih bagi mereka yang kurang memahami konsep feminisme. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang diwawancarai memahami konsep feminisme meski secara akademik mereka tidak mempelajari feminisme. Bagi mahasiswa Fispol Unsrat, sistem patriarki dinilai sebagai hal kuno yang harus ditepis. Kata Kunci: Persepsi Mahasiswa, Feminism
    • …
    corecore