Analisa Sentimen Destinasi Wisata Labuan Bajo pada Instagram

Oleh: Vegeterrikin Gousander Labuan Bajo menjadi tempat destinasi wisata premium yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing dan wisatawan lokal. Wisatawan yang pernah berkunjung ke Labuan Bajo tentu pernah berfoto atau video, kemudian mengunggah ke media sosial seperti Instagram yang disertakan teks berupa caption, hashtag, mention dan lain-lain. Secara tidak sadar bahwa teks caption yang ditulis oleh user dapat memberikan suatu feedback dan mengungkapkan sesuatu apakah si user tersebut merasa puas, kecewa, atau sedih, sehingga pemberian tanggapan terhadap sesuatu ulasan tidaklah selalu bersifat positif, tetapi ulasan dapat di klasifikasi menjadi 3 kategori yaitu positif, netral dan negatif. Data-data yang diperoleh dari Instagram, dikelola berupa feeds yang di publikasi secara umum oleh pengguna di Instagram. Data-data tersebut dalam bentuk teks yang dikelola analisis sentimen dengan pendekatan Lexicon-based menggunakan model VADER sentiment, dan dilakukan analisa terhadap penggunaan hashtag untuk mengetahui destinasi yang sering di posting. Hasil penelitian menyatakan bahwa metode sentimen lexicon-based menggunakan VADER sentiment memberikan nilai akurasi 72%. Informasi yang diperoleh bahwa destinasi wisata Labuan Bajo memberikan hasil sentimen yang baik dengan jumlah label positif sebanyak 1.962 dari 3.351 data atau 58.5% termasuk positif. Dengan lokasi yang paling populer yang dikunjungi oleh wisatawan lokal atau wisatawan mancanegara yaitu: pulau Komodo, pulau Padar, pantai Pink, pulau Kelor, pulau Rinca, pulau Kanawa dan Desa Waerebo

Communication Through Hashtags in Social Movements: A Systematic Literature Review

The hashtag #MeToo was launched by activist Tarana Burke in 2006 to create "empowerment through empathy," expressed on Twitter in response to various allegations of sexual harassment. The use of hashtags in social movements is an approach to initiate connecting actions. This research aimed to examine the development and interconnectedness of communication through hashtags in social movements. The methodology employed was a literature review following the Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA) guidelines across sixty selected journals. The findings of this study indicate that hashtags have become a significant means of communication in various social movements, discussing a wide range of topics and fields. The research from 60 selected journals emphasizes the crucial role of hashtags in modern social movements, enabling communication and expression on social media platforms. Hashtags empower support, protests, and discussions on various social issues, exemplified by trends like #MeTooInceste, encouraging survivors to share traumatic experiences. The study recognizes the internet's dual role in criminology, serving as a space for crimes and supportive communities for victims. Notably, the research highlights decentralized information dissemination, centralized data collection, and hashtag activism's global influence. Despite their limitations, social media platforms facilitate critical conversations and social actions. Ultimately, hashtag activism legitimizes social media, underscoring its vital role in contemporary social movements

Representasi Gaya Hidup oleh Pengguna Media Sosial Instagram yang Ditampilkan Melalui Unggahan Foto Tagar #Hitskekinian

Instagram adalah media sosial berbasis foto yang menduduki peringkat satu di Indonesia dan Dunia. Di dalam Instagram juga terdapat fasilitas Hashtags (selanjutnya disebut Tagar) yang berfungsi sebagai alat untuk mempermudah foto untuk ditemukan oleh orang lain yang menggunakan Instagram atau untuk membantu fungsi SEO (Search Engine Optimization). Fungsi tagar sudah berkembang menjadi sebuah pesan, menampilkan bagaimana sebuah identitas ditunjukkan dengan sebuah tagar. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa orang sengaja memanipulasi sebuah foto untuk menampilkan sebuah identitas ideal yang ingin ditunjukkan kepada khalayak. Tagar #hitskekinian adalah tagar yang memiliki unggahan terbanyak yang mewakili kata kekinian dan hits yang sering diucapkan oleh masyarakat. Data dianalisis menggunakan semiotika Roland Barthes dan ditemukan bahwa orang yang mengunggah foto dengan tagar #hitskekinian memiliki orientasi gaya hidup fashion yang rebel dan mengikuti budaya dari luar negeri, selain itu konsumsi dan kepemilikan kendaraan mahal serta berwisata ke alam bebas juga menjadi indikator gaya hidup hits dan kekinian yang ditampilkan dalam unggahan tagar #Hitskekinian. Kata Kunci: Semiotika, Gaya Hidup, Instagram, Tagar, Hitskekinian

Hashtags on Instagram: Self-created or Mediated by Best Practices and Tools?

Social media enables conversations mediated through documents as texts, audio, images, or videos. Likewise, hashtags became an essential medium for social media communication. Instagram is well-known as one of the current platforms for hashtagging. This exploratory study investigates how hashtags used on Instagram became established in respect of self-creation and best practices or tools. The analysis is based on data obtained from an online survey (N = 1,006) of Instagram users. 55.7% of the respondents use hashtags on Instagram. Only self-created hashtags are assigned by 41.4%, whereas 58.6% are (sometimes) inspired by others. Best practices and tools based on friends/other users or Instagram functions are more frequently used in contrast to offers from influencers or third-parties (e.g. guides, hashtag-sets). Furthermore, the majority does not intentionally use false hashtags. This study enables a first overview of the Instagram users’ hashtagging creation behavior and selection process

The impact of product tagging on trust and purchase intention:A cross-cultural perspective in visual e-commerce

The present study aims to examine the opportunity of in-app shopping, more specifically, analyzing the influence of product tags and cultural background on consumers’ trust and purchase intention. For this purpose, a comparison was made between European and South American female consumers from two cultures: the Netherlands and Paraguay. A total of 225 subjects, 143 from the Dutch background and 82 from the Paraguayan background, participated in an experimental survey where they judged an Instagram product page (product tag: present vs. absent). The analysis of the results revealed that the Paraguayans had higher purchase intentions than the Dutch. Additionally, the presence of a text appeal in the visual product presentation had a direct positive effect on consumers’ purchase intentions and perceived trust in the shopping environment, for both the Dutch and Paraguayan cultural groups. In virtual web shops, perceiving trust is a decisive point for purchase intentions. This study contributes to the fast-growing investigations on social media effectiveness and visual marketing as an informative and persuasive tool. The findings pinpoint the synergic value of visual and textual cues of product presentation online in the atmospheric trust of in-app shopping. O presente estudo tem como objetivo examinar a oportunidade de compras no aplicativo, mais especificamente, analisando a influência das marcas do produto e da formação cultural na confiança e na intenção de compra dos consumidores. Para tanto, foi feita uma comparação entre consumidoras europeias e sul-americanas de duas culturas: Holanda e Paraguai. Um total de 225 indivíduos, 143 de origem holandesa e 82 de origem paraguaia, participaram de uma pesquisa experimental em que julgaram uma página de produto do Instagram (tag do produto: presente vs. ausente). A análise dos resultados revelou que os paraguaios tinham maior intenção de compra do que os holandeses. Além disso, a presença de um apelo de texto na apresentação visual do produto teve um efeito positivo direto nas intenções de compra dos consumidores e na percepção de confiança no ambiente de compras, tanto para grupos culturais holandeses quanto paraguaios. Nas lojas virtuais da Web, perceber a confiança é um ponto decisivo para as intenções de compra. Este estudo contribui para o rápido crescimento das investigações sobre a eficácia da mídia social e o marketing visual como uma ferramenta informativa e persuasiva. As descobertas apontam o valor sinérgico das dicas visuais e textuais da apresentação do produto online na confiança atmosférica das compras no aplicativo

Unmasking the Sentiments of Labuan Bajo: An Instagram-based Analysis for Tourism Insights through VADER Sentiment Analysis

Labuan Bajo merupakan tujuan utama wisata yang terkenal, menarik banyak wisatawan asing dan lokal yang dengan antusias membagikan pengalaman mereka melalui foto dan video di Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi umpan balik dari wisatawan lokal dan asing yang telah mengunjungi Labuan Bajo, serta mengidentifikasi tujuan wisata paling populer di daerah tersebut. Data penelitian dikumpulkan dari Instagram dengan menggunakan tagar "labuanbajo". Metode analisis sentimen berbasis leksikon VADER digunakan untuk mengukur polaritas sentimen. Temuan eksperimental menunjukkan tingkat akurasi yang impresif, yaitu 72%, dengan metode sentimen leksikon VADER. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tujuan wisata Labuan Bajo cenderung membangkitkan sentimen positif, dengan 58,55% dari 3.351 data yang dikumpulkan dikategorikan sebagai positif, mencapai total 1.962 kali. Destinasi populer yang sering dikunjungi wisatawan antara lain Pulau Komodo, Pulau Padar, Pink Beach, Pulau Kelor, Pulau Rinca, Pulau Kanawa, dan Desa Waerebo

Disinformation and hashtivism: denialism of the Argentine dictatorship on Instagram

Este artículo estudia el material engañoso de las publicaciones que acompañan al hashtivismo negacionista #nofueron30000 y #nofueron30mil. Se llevó a cabo un análisis de contenido complementado por un análisis cualitativo de un corpus compuesto por los posts desinformativos más populares (n=52) publicados en Instagram desde el 6/02/2020 hasta el 6/02/2022. Los resultados muestran que los contenidos visuales engañosos que difunden estos hashtags: 1) no necesariamente están en relación con la memoria histórica, 2) priorizan los videos y los memes para 3) ridiculizar a los opositores, pero con una alta carga de incivilidad que derivan, incluso, en discursos de odio. Además 4) usan la manipulación hiperpartidista como estrategia desinformativa y 5) realizan una apropiación de los hashtags de los movimientos contrarios para crear narrativas desinformativas.This article studies the hoaxes that accompany the denialist hashtags #nofueron30000 and #nofueron30mil in Argentina. A quantitative content analysis of 223 disinformative posts published on Instagram from February 6, 2020, to February 6, 2022 was carried out, complementing the examination using a qualitative technique on the most popular posts (n=52). The results show that misleading visual content about historical memory is not the one that receives the most interaction. As a strategy of disinformation, hyperpartisan manipulation is used and videos and “memes” are exploited for ridiculing its critics, with a high level of incivility that contributes to polarization. Finally, they appropriate hashtags from opposition movements to produce disinformation narratives.Fil: Tarullo, Maria Raquel. Consejo Nacional de Investigaciones Científicas y Técnicas. Centro de Investigaciones y Transferencia del Noroeste de la Provincia de Buenos Aires. Universidad Nacional del Noroeste de la Provincia de Buenos Aires. Centro de Investigaciones y Transferencia del Noroeste de la Provincia de Buenos Aires; ArgentinaFil: Frezzotti, Yanina. Consejo Nacional de Investigaciones Científicas y Técnicas. Centro de Investigaciones y Transferencia del Noroeste de la Provincia de Buenos Aires. Universidad Nacional del Noroeste de la Provincia de Buenos Aires. Centro de Investigaciones y Transferencia del Noroeste de la Provincia de Buenos Aires; Argentin