23 research outputs found
Analisis Pembelajaran Online Pada Awal Pandemi Covid-19
Abstrak: Surat Edaran Mendikbud RI nomor 3 tahun 2020 tentang pencegahan COVID-19 pada satuan pendidikan, mengubah kegiatan perkuliahan menjadi berbasis dalam jaringan/online. Perguruan tinggi diminta menerapkan pembelajaran via online dengan tujuan mencegah penularan COVID-19. Universitas Bhakti Kencana (UBK) menyiapkan pembelajaran berbasis tehnologi yaitu Learning Manajemen System (LMS) melalui e-study. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana evaluasi pelaksanaan pembelajaran online pada awal masa pandemi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif online survey. Populasinya mahasiswa Prodi S1 Kesmas Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) UBK yang mengikuti pembelajaran online dan bersedia mengisi google-form sejumlah 92 mahasiswa. Hasil penelitian adalah bahwa sebagian besar mahasiswa merasa tidak nyaman dengan pembelajaran online (65,2%), sebagian besar mahasiswa memilih pembelajaran dengan media non audio visual (54,3%), hampir sebagian mahasiswa memilih pembelajaran dengan media tatap layar atau online (31,5%) dan hampir sebagian mahasiswa menginginkan cara pembelajaran yang interaktif (31,5%).
Kata kunci: Pembelajaran online, mahasiswa, e-study, e-learning, COVID-1
Determinant of Smoking Behavior at Home as a Clean and Healthy Life Behavior Effort in Puskesmas Nanjungmekar in 2019
PHBS Household itself is an effort so that families know, want and be able to maintain their own health in the health sector so as to avoid various risks of disease. The purpose of this study was to determine the determinants of smoking behavior in the home as an effort to clean and healthy behavior in the household setting in the working area of Nanjungmekar Health Center. The study design uses descriptive correlational with Cross Sectional approach. Sampling used Multistage Sampling as many as 96 households. The measuring instrument is a questionnaire with Chi-square analysis. The results showed that the majority (54.2%) of family heads behaved in the house smoking. There is a relationship of knowledge, attitudes, and the role of cadres with smoking behavior and there is no relationship between motivation and smoking behavior. So it is necessary to disseminate PHBS evenly throughout the work area of the puskesmas through increasing the performance of cadres in order to be more competent in carrying out their duties in order to increase the coverage of household PHBS in the work area of the Nanjungmekar Puskesmas
Analisis Sanitasi Dasar Lingkungan Dengan Kejadian Diare Balita Di Kelurahan Babakansari Kecamatan Kiaracondong Bandung
The United Nations Children's Fund has recorded 5% of under-five deaths from diarrhea in the Southeast Asian region. The under-five mortality rate in Indonesia in 2014 was 8,600 under five, ranking 12 out of 15 countries with the highest under-five mortality rate in the world and the highest in Southeast Asia. Environmental basic sanitation systems such as clean water, use of latrines and garbage disposal are efforts to prevent diarrhea. The purpose of this study was to determine the relationship between basic environmental sanitation and the incidence of diarrhea in infants in Babakansari Village, Kiaracondong District, Bandung City. Kiaracondong District is the second highest sub-district with 3,644 cases of which 796 cases of diarrhea in children under five. This study uses a case control approach. The case population is underfives who experienced diarrhea in January-April 2019 canceling 31 people. While the control population is a family that has children under five and does not suffer from diarrhea in January-April 2019, residing in the Babakansari sub-district. The sampling technique was total sampling and purposive sampling for the control sample. The research sample was 31 cases and 62 controls. The instrument was in the form of an observation sheet. The results of the chi square test showed that there was no relationship between basic environmental sanitation and the incidence of diarrhea in children under five with the results of clean water sources (p = 0.712), healthy latrines (p = 0.420) and garbage disposal facilities (p = 1,000). In conclusion, there is no relationship between basic environmental sanitation and the incidence of diarrhea in children under five. Suggestions should be further observation to see other factors that cause diarrhea in children under five in Babakansari Village is quite high.Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama di kalangan balita. Ketersediaan sarana sanitasi dasar lingkungan seperti air bersih, pemanfaatan jamban dan pembuangan sampah merupakan upaya untuk mencegah meningkatnya kejadian penyakit diare. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sanitasi dasar lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Babakansari Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi kasus adalah balita yang menderita diare pada bulan Januari-April tahun 2019 yang tercatat di UPT Puskesmas Babakansari berjumlah 31 orang. Sedangkan populasi kontrol adalah semua keluarga yang memiliki balita dan tidak menderita diare pada bulan Januari-April tahun 2019 yang bertempat tinggal di kelurahan Babakansari. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling dan purposive sampling untuk sampel kontrol. Sampel penelitian yaitu 31 kasus dan 62 kontrol. Instrumen penelitian berupa lembar observasi. Hasil dari uji chi square penelitian ini tidak ditemukan hubungan sanitasi dasar lingkungan dengan kejadian diare pada balita dengan hasil sumber air bersih (p= 0,712), jamban sehat (p= 0,420) dan sarana pembuangan sampah (p= 1,000). Simpulan tidak ada hubungan antara sanitasi dasar lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Babakansari Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung tahun 2019. Saran perlu adanya observasi lebih lanjut untuk melihat apa yang menjadi faktor lain yang menyebabkan diare pada balita di Kelurahan Babakansari cukup tinggi
Epidemiological Determinants and Trend Analysis of Dengue Fever Disease
Bandung City is an endemic area for dengue fever, with 4,424 cases and 14 deaths. This research aims to analyze the epidemiological determinants and see the trend analysis to forecast dengue hemorrhagic fever cases. This research used a case-control design. The case population was those who suffered from dengue hemorrhagic fever, while the control population was those who did not suffer from dengue hemorrhagic fever. A sample of 510 respondents was taken. Sampling using a purposive sampling technique. Epidemiological determinants were analyzed using the chi-square test and logistic regression, while disease trends used exponential smooth analysis. The related results were education (p=0.036), presence of mosquito larvae (p=0.000), container material (p=0.002), water container (p=0.025), mosquito wire (p=0.010), presence of solid waste (p=0.002), mosquito repellent plants (p=0.041), mobility (p=0.004). The most dominant epidemiological determinant was the presence of mosquito larvae (OR=3.2). The incidence trend of dengue fever is increasing over the next 5 years. The research concluded that the epidemiological determinants of dengue fever were education, the presence of mosquito larvae, container materials, water collection objects, mosquito wires, the presence of solid waste, and mosquito repellent plants. The presence of mosquito larvae was the dominant factor. There is an increase in dengue fever cases over the next 5 years. It is recommended to increase the larva-free rate by optimizing Jumantik cadres and conducting epidemiological surveillance
OPTIMALISASI PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBAGAI AGENT OF CHANGE MENCEGAH PENULARAN COVID-19 MELALUI MEDIA VIDEO
Abstrak: Laporan United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF), 80 juta anak dan remaja di Indonesia mengalami dampak sekunder akibat pandemi, yaitu pembelajaran, kesehatan, gizi, dan ketahanan ekonomi. Angka kejadian COVID-19 anak usia sekolah (6-18 tahun) di Jawa Barat tercatat 6,8% dari jumlah kejadian positif (143.043 kasus per 18 Agustus 2020) menurun setelah pemerintah menerapkan belajar daring menjadi 42.330 kasus. Kasus COVID-19 pada anak naik kembali 15% per Agustus 2021. Anak dan remaja beresiko terpapar dari anggota keluarga yang terkonfirmasi, lingkungan dekat ataupun di luar rumah dimana anak dan remaja melakukan kegiatan. Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa, pada masa ini seorang individu belum mampu bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor resiko kejadian COVID-19 pada anak dan remaja terus meningkat. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja masjid Mathla'ul Huda melalui pendidikan kesehatan dengan media video dalam upaya pencegahan COVID-19. Pengabdian masyarakat diikuti oleh 36 remaja masjid Mathla'ul Huda yang diharapkan dapat menjadi agent of change pencegahan COVID-19.Abstract: Reports from the United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF), 80 million children and adolescents in Indonesia are experiencing secondary impacts due to the pandemic, namely learning, health, nutrition, and economic resilience. The incidence of COVID-19 for school-age children (6-18 years) in West Java was recorded at 6.8% of the number of positive cases (143,043 cases as of August 18, 2020) which decreased after the government implemented online learning to 42,330 cases. COVID-19 cases in children rose again by 15% as of August 2021. Children and adolescents are at risk of exposure from confirmed family members, close environments or outside the home where children and adolescents carry out activities. Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood, at this time an individual has not been able to be responsible, both to himself and to society. This is one of the risk factors for the increasing incidence of COVID-19 in children and adolescents. The purpose of this community service is to increase the knowledge and attitudes of the youth of the Mathla'ul Huda mosque through health education with video media in an effort to prevent COVID-19. The community service was attended by 36 teenagers from the Mathla'ul Huda mosque who were expected to become agents of change in preventing COVID-19.
PENGARUH ACTIVE STRETCHING DAN HAND EXERCISE TERHADAP PENURUNAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEMETIK TEH PTPN VIII MALABAR
Angka Penyakit Akibat Kerja (PAK) dari tahun ke tahun terus meningkat, salah satu PAK yang sering terjadi yaitu Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Pekerja pemetik teh berisiko tinggi mengalami keluhan CTS akibat gerakan berulang pada bagian pergelangan tangan. Pengendalian CTS diketahui dapat dilakukan praktik konservatif untuk menurunkan keluhan subjektif diantaranya dengan active stretching dan hand exercise. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh intervensi active stretching dan hand exercise terhadap penurunan keluhan CTS. Jenis penelitian ekperimen dengan desain penelitian quasi eksperiment, rancang bangun penelitian two group design pre and post test. Populasi dalam penelitian yaitu seluruh pekerja pemetik teh PTPN VIII Malabar unit Kertamanah berjumlah 87 orang. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 18 pekerja untuk kelompok A (intervensi active stretching) dan 18 pekerja untuk kelompok B (intervensi hand exercise), teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengukuran keluhan subjektif CTS menggunakan Boston Carpal Tunnel Syndrome (BCTQ). Analisi data menggunakan uji non-parametrik wilcoxon dan mann-whitney. Hasil penelitian menunjukan pada kelompok intervensi dengan active stretching, p-value 0,002 (p>0,05), dan hand exercise p-value 0,000 (p>0,05), artinya terdapat perbedaan signifikan keluhan CTS sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Uji efektivitas menunjukkan nilai p-value 0,001 (p>0,05), artinya terdapat perbedaan yang signifikan penurunan keluhan CTS pada masing-masing kelompok intervensi, dengan intervensi hand exercise lebih efektif. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada skor rata-rata keluhan CTS sebelum dan sesudah diberikan masing-masing perlakuan, dengan hand exercise diketahui lebih efektif untuk menurunkan keluhan CTS
The Correlation between Physical Environmental Factors and the Occurrence of Leptospirosis
Leptospirosis is a disease caused by a bacteria called Leptospira. Environmental risk factors for leptospirosis include biological, social, and physical (river or bodies of water, ditches, puddles, and the distance between the settlement area with garbage disposal area).This research aimed to determine the correlation between the physical environmental factors with the evidence of leptospirosis in Sukahaji Village, Babakan Ciparay District of Bandung City in 2017. The design of this research is a survey with cross-sectional approach. We used 100 population samples in this research. The Technique of obtaining data with observation sheet is using sheet checklist. We did univariate and multivariate data analysis using Chi square.The results showed that most of the population experienced leptrospirosis, and most of the physical environment such as rivers or bodies of water, ditches, puddles, and the distance between settlement area with the garbage disposal area are the risk factors of leptospirosis
HUBUNGAN STATUS IMUNISASI DAN RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA: STUDI RETROSPEKTIF
Pendahuluan: Permasalahan gizi pada balita balita masih menjadi nomor satu di wilayah dunia, sepertihalnya stunting. Stunting dipengaruhi secara langsung oleh penyakit infeksi dan imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang supaya tidak terkena penyakit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status imunisasi dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting. Metode:Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan desain kasus-kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang ada diwilayah kerja Puskesmas Citarip Kota Bandung. Jumlah sampel kasus sebanyak 45 responden dan sampel kontrol sebanyak 90 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan kriteria balita stunting dari golongan umur 24-59. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, dimana data tersebut dikumpulkan oleh pemegang program gizi pada saat penimbangan balita di seluruh posyandu. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil:Variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah riwayat penyakit infeksi (p = 0,000), OR = 7,073 (3,174-15,758), dan variabel yang tidak berhubungan adalah status imunisasi (p = 0,056). Kesimpulan:Tidak ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi dengan kejadian stunting pada balita. Ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting pada balita
Risk Assessment, Risk Management, and Risk Communication at Drug Industries PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
There have been many accidents and occupational diseases caused by weak risk management efforts. Risk management can be carried out by starting with a risk assessment. Risk assessment is an important aspect of occupational health and safety. The pharmaceutical industry has a high risk of occupational health and safety. This study aims to identify the level of occupational health and safety risks and provide control recommendations. This research is descriptively using the Job Safety Analysis (JSA) method. The results of the identification show that from 19 work steps 10 of which include high risk, 8 including moderate risk and 1 low risk. The hazards identified include chemical, physical, ergonomic and fire hazards. High risks include hazards originating from chemicals as raw materials for making drugs. Several control measures have been taken, but to ensure worker health and safety, additional efforts should be made such as noise suppression personal protective equipment, special masks for use in chemical hazards and work accident emergency response procedures. Risk communication at the drug company is going well
PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI TINJAU DARI STATUS SOSIODEMOGRAFI
Latar Belakang: Kejadian demam berdarah di Kota Bandung tidak hanya mengalami peningkatan, tetapi juga menyebabkan kematian. Salah satu penyebab tingginya kasus adalah masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan status sosiodemografi terhadap pengetahuan tentang demam berdarah. Metode: Penelitian ini menggunakan desain scoss-sectional. Populasi adalah semua masyarakat, sampel diambil secara sistematik random sampling. Jumlah sampel sebanyak 559 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil dan Pembahasan: Berdasarkan hasil uji statistik status sosiodemografi yang berhubungan dengan pengetahuan tentang demam berdarah adalah umur (0,000), pendidikan (0,000), pekerjaan (0,000), pendapatan (0,000), dan pengalaman sakit DBD (0,000). Sedangkan jenis kelamin (0,057) dan suku (0,993) tidak berhubungan dengan pengetahuan tentang demam berdarah. Kesimpulan: Pengetahuan tentang demam berdarah dapat dipengaruhi oleh status sosiodemografi seperti umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan pengalaman sakit demam berdarah