184 research outputs found

    IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING MODEL TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PEMINDAH TENAGA OTOMOTIF SISWA KELAS XI JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF SMK N 2 YOGYAKARTA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan keaktifan dan hasil belajar perawatan dan perbaikan sistem pemindah tenaga otomotif siswa kelas XI Jurusan Teknik Otomotif SMK Negeri 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 melalui implementasi Coopeative Learning Model TPS (think pair share). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas XI TKR I yang berjumlah 36 peserta didik. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan dan satu kali tes akhir siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi pelaksanaan teknik think pair share dan tes. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan tes awal pada pembelajaran teori untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik selanjutnya pemberian materi dengan menggunakan teknik think pair share dengan siklus pembelajaran berkelanjutan setelah itu dilaksanakan postes di setiap akhir pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran perawatan dan perbaikan sistem pemindah tenaga otomotif pada program keahlian TKR kelas XI SMK N 2 Yogyakarta. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat dari hasil belajar tiap-tiap siklus. Pada pra siklus, nilai rata-rata adalah sebesar 7,12, pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 7,48, kemudian pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa sebesar 8,41, dengan demikian rata-rata tes pada siklus I meningkat 0,76 poin dibandingkan dengan pra tindakan, rata-rata tes pada siklus II meningkat 0,93 poin dibandingkan tes pada siklus I

    Pembelajaran Sains Berbasis Enam Dimensi Sains pada Anak Usia Dini

    Get PDF
    Science is everywhere and even we interact with science every day. Science is divided into six dimensions, namely concepts, applications of concept, processes, scientific attitudes, creativity and the nature of science. This study aimed to describe and analyze how science learning in early childhood is based on the six dimensions of science. This research is very important to do so that later it can be used as a reference in teaching science to early childhood as a whole, which includes six dimensions of science. This research is classified as descriptive qualitative research. The method used was literature review. Data analysis was performed using content analysis techniques. The results of the study stated that six-dimensional science-based learning can be carried out in early childhood but is still limited to concrete, contextual and fun concepts and only covers five of the six dimensions of science. The role of parents as primary and first educators is very vital in six-dimensional science-based learning in early childhood, namely as a motivator, facilitator and developer of science learning

    Media Sosial bagi Desa Wisata: Sebuah Kajian Konseptual

    Get PDF
    Social media is the application of information technology that has revolutionized the tourism business. The role of social media in the tourism business has been able to change the pattern of tourism businesses, even small to facilitate tourism industry to compete. However, this situation has not received an adequate response from the Indonesian tourism industry represented by the ICT readiness index is still low. This shows that the capability of human resources in the use of ICT including social media applications are still low. For that we need an approach that is able to increase literacy social media for the tourism industry, particularly small scale industries such as tourism village. Tourism Village has a unique characteristic among the tourism industry. Village tourism industry based on strong social capital among industry players tourist village. So that the process of improving the management capacity of rural tourism situation should be able to tune the social environment of rural tourism for the purpose of social media literacy peningkatana capacity can be achieved. The approach of participatory action research is considered in accordance with the characteristics of a tourist village. Involvement of researchers and research subjects in the process of improving literacy social media, especially during the process of mentoring and reflection are considered to help achieve the objectives of the study

    The Effectiveness of Songs for Teaching Speaking

    Get PDF
    The primary motive for comprehending language is to create a communication. Speaking becomes a difficult thing to do for Indonesian learner when the learner wants to increase the speaking ability to the learner.  Most learners are good in theory, yet bad in practice. Whereas speaking is the purpose of learning English. In this case, innovation in speaking skill must be innovative. Teaching speaking ability is not only delivering the material but also giving something different way to make learner interested.  The research subject was the fourth-semester students in the academic year of 2013/2014. The students would be in two classes, i.e., the experimental and control group. The classes started with pre-test. The post-test fourth-semester in the last meeting after treatment. The researcher obtained the data from a speaking test and continued to analyze by inferential analysis. The research findings showed that the research had a gap in the students’ speaking ability in the experimental group and the control group. From the data analysis, the scores in experimental and the control group increased.Moreover, the increase in the experimental group was better than the control group. In the experimental group has three categories, i.e., good (2 students), fair (18 students), and poor (1 student). Post-test mean (17.47) was higher than the pre-test (10.19). The control group had three different categories, i.e., fair (5 students), poor (12 students), and very poor (3 students). Post-test mean (13.85) was higher than the pre-test (10.05). The data showed that post-test mean in the experimental group (17.47) was higher than the post-test mean in the control group (13.85). Therefore, the hypothesis “It has a high score in learning to speak using a song for students in the experimental group” was accepted

    Studi Konfigurasi Tipe Riser Terhadap KekuatanRiser (Studi Kasus : Spm FPSO Seagood 101)

    Get PDF
    Dewasa ini bangunan lepas pantai jenis apung lebih dikembangkan daripada bangunan terpancang karena lebih ekonomis dan kemudahannya untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Sehubungan dengan itu analisis tentang bangunan apung perlu dilakukan. Pada tugas akhir ini dibahas analisis kekuatan riser pada single point mooring FPSO “Seagood 101” dengan variasi konfigurasi riser, yaitu free hanging catenary, lazy-s, dan steep-s di perairan Belanak, Natuna. Tinjauan khusus dalam analisis bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku gerak FPSO “Seagood 101” dan buoy, untuk selanjutnya dapat diperoleh tension maksimum dari setiap mooring lines yang menambat buoy, sehingga akhirnya akan diketahui kekuatan riser di setiap konfigurasi. Analisis perilaku gerak dari FPSO dan buoy dilakukan dengan model matematis berbasis teori difraksi 3-dimensi. Untuk menganalisis tension tali tambat dan kekuatan riser digunakan perangkat simulasi beban kombinasi orde-2 dalam domain waktu. Hasil analisis perilaku gerak FPSO ”Seagood 101” dan buoy menunjukkan bahwa untuk gerakan translasi surge, sway, dan heave per satuan amplitude gelombang tidak terlalu besar, dengan nilai rata-rata 1,2 m/m. Sedangkan untuk gerakan rotational roll pada FPSO memiliki nilai yang tinggi, yaitu 9.39 deg/m. Untuk tension maksimum, arah pembebanan 00 pada Steep-S R1 memiliki nilai paling tinggi diantara riser yang lain, dengan tension maksimum sebesar 9.37 ton. =============================================================================================== Nowadays floating structures have been m o r e developed t h a n the fixed structures considering the economical problem and flexibility to be relocated from one site to another. In this relation analyses with regards to floating structures are necessary to be carried out. This final project discusses about the analysis of riser strength on the single buoy mooring of FPSO “Seagood 101”. The configuration of riser type are free hanging catenary, lazy-s, and steep-s at Belanak, Natuna. Special examination is aiming at identification of the motion behavior of the FPSO “Seagood 101” and the buoy, afterward to obtain the maximum tension of each mooring line that hold the buoy. Therefore finally it could be figured out the strength of variety configuration. Analysis of the FPSO and buoy motion behaviors are carried out by a mathematical model developed on the basis of the 3-dimensional diffraction theory, and to analyze the tension of mooring line and the riser strength is utilizing the software for simulating 2ndorder combination loads in time domain. Results of the analysis of FPSO “Seagood 101” and buoy motion behaviors exhibit for translational motion surge, sway, and heave per wave amplitude. Yield an average values of 1.2 m/m, whereas for rotational roll motion of the FPSO reaching a reasonably high value, that is 9.39 deg/m. Regarding to the maximum tension, load propagation at direction 0o on Steep-S R1 apparently has the largest value in comparison to the other riser configuration, amounted 9.37 ton

    PELAKSANAAN PEMBAYARAN UPAH MINIMUM PROVINSI PADA PT. DECO 100 DI KABUPATEN BATUBARA KECAMATAN AIR PUTIH

    Get PDF
    Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Berkaitan dengan pembangunan nasional tersebut dalam ketentuan Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Ketenagakerjaan ditentukan bahwa “Pembangunan Ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah”. Salah satu cara Pemerintah dalam ikut serta memakmurkan kesejahteraan pekerja/buruh adalah dengan menetapkan kebijakan pengupahan. Kebijakan pengupahan yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tidak selalu berjalan sesuai aturan yang berlaku. Adakalanya upah minimum yang ditetapkan oleh Gubernur tidak terlaksana dikubu perusahaan/pengusaha. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pelaksanan Pembayaran Upah Minimum Provinsi serta apa saja hambatan dan penanganan dalam pelaksanaannya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dimaksudkan untuk menjelaskan serta klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan yang terjadi dengan jalan menguraikan sejumlah data yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Adapun yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah PT. Deco 100 Supermarket yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman, kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara. Dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetaahui Pelaksanaan Pembayaran Upah Minimum Provinsi serta hambatan dan penanganan dalam pelaksanaannya. Selanjutnya hasil penelitian yang penulis dapatkan dilapangan dalam Pelaksanaan Pembayaran Upah Minimum Provinsi belum sesuai dengan semestinya, ini dikarenakan ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh PT. Deco 100 tentang kenapa pihak mereka tidak sepenuhnya memberikan upah kepeda pekerja/buruh sesuai dengan upah minimum yang telah ditetpakan oleh Pemerintah, dan penanganannya adalah berupa sanksi atministartif bagi perusahaan/pengusaha, yakni berupa pencabutan izin operasional Perusahaan. Agar tercapainya kesejahteraan pekerja/buruh dan terlaksananya tujuan PT. Deco 100, hedaklah PT. Deco 100 memberikan upah sesuai dengan ketetapan pemerintah tanpa ada alasan yang dikemukakan. Karena jika masih terjadi pengupahan dibawah uapah minimum, maka gagallah pemerintah dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur

    Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model CTL (Contextual Teaching And Learning) Mata Pelajaran IPA Pada Kelas IV Sd 6 Tanjungrejo.

    Get PDF
    Wisnu, Wijaya. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model CTL (Contextual Teaching And Learning) Mata Pelajaran IPA Pada Kelas IV Sd 6 Tanjungrejo. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muria Kudus. Pembimbing: (1) Drs. Masturi, MM., (2) Khamdun., M.Pd. Kata kunci: Prestasi Belajar Siswa, IPA, Model Contextual Teaching and Learning IPA merupakan konsep pembelajaran alam yang mempunyai hubungan luas dan terkait dengan kehidupan manusia diantarnya pemanfaatan alam dalam kehidupan sehari - hari. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi. pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam pembelajaran IPA tersebut siswa akan lebih baik mengalami sendiri materi itu karena akan membuat materi tertanam langsung kepada siswa.Diharapkan dalam proses pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru apabila ada kesulitan. Sehingga prestasi belajar siswa juga akan baik. Namun kenyataannya di SD 6 Tanjungrejo aktivitas pembelajaran yang ditunjukkan siswa masih rendah. Misalnya saja dalam proses pembelajaran, siswa hanya mendengarkan materi dari guru kemudian mencatatnya. Selain itu siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat,bertanya, serta menjawab pertanyaan. Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab. Aktivitas seperti itu dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar IPA melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning materi wujud dan sifat benda pada siswa kelas IV SD 6 Tanjungrejo. Penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran CTL dibagi menjadi dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan yang dibagi menjadi 4 tahap yakni perencanaa, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, dokumentasi dan catatan lapangan. Teknk analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar IPA secara signifikan. Sebelum melakukan penelitian mendapat nilai rata-rata 60,43 dengan persentase ketuntasan 39,13 %. Pada siklus pertama, skor rata-rata siswa 67,39 dengan persentase ketuntasan 9,56% dan siklus kedua skor rata-rata 75,86 dengan persentase ketuntasan 100%. Aktivitas belajar siswa di siklus pertama 2,34 dengan kriteria “cukup baik” meningkat di siklus kedua menjadi 3,03 dengan kriteria “baik”. Pengelolaan pembelajaran guru juga menngkat. Di siklus pertama 2,48 dengan kriteria “cukup baik” menjadi 3,30 pada siklus kedua dengan kriteria “sangat baik”. Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar IPA melaui model Contextual Teaching and Learnin materi wujud dan sifat benda pada siswa kelas IVSD 6 Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus tahun ajaran 2013/2014

    Perancangan Motion Infographic Gaya Hidup Dalam Menghadapi Perubahan Iklim

    Get PDF
    Bumi mengalami perubahan iklim berkali-kali, namun perubahan suhu global dan pola cuaca yang ekstrim baru terjadi lima puluh sampai enam puluh tahun terakhir yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Topik perubahan iklim penting untuk terus dibicarakan dan ditindak lanjuti sebelum temperatur global mencapai titik kritis dan kekacauan akan sulit diatasi. Perancangan ini bertujuan menyentuh aspek kognitif dan afektif penonton generasi muda. Model design thinking dari Tim Brown dipilih sebagai dasar metode perancangan. Enam tahap tersebut antara lain: Emphatize, Define, Ideate (Penetapan Ide dan Konsep), Prototype (Mengeksplorasi Purwarupa), Test (Pengujian) dan Implement (Pelaksanaan). Model komunikasi S - R (stimulus - respon) diterapkan pada unsur verbal (tempo narasi, bahasa yang dilebih-lebihkan) dan elemen visual (tone warna, ekspresi wajah pada foto, pencantuman sumber data yang dapat dipercaya) sebagai stimulus bagi penonton mendapatkan respon tertentu. Pada babak pertama, responden lebih tersentuh pada sisi kognisi sebanyak 70% -80%. Pada babak kedua, sisi kognisi masih mendominasi sebanyak 70% daripada afeksi 30%. Selanjutnya hasil kuesioner dari scene 5 yang berisi keterkaitan perubahan iklim dengan konflik, responden mulai tersentuh dari sisi afektif sebesar 60%, sedangkan dari kognitif sebesar 40%. Pada babak terakhir yang berisi komparasi kondisi terkini dengan dampak buruk perubahan iklim di masa depan, hasil kuesioner secara garis besar menunjukkan bahwa responden tersentuh dari sisi afektisi sebesar 70 %, lebih besar dibandingkan dari kognisi sebesar 30%. Dari hasil kuesioner pada tahap pengujian, membangun hubungan sebab akibat dan logika berpikir terkait dengan perubahan iklim penting untuk disampaikan terlebih dahulu sebelum menyentuh sisi emosional, ketakutan dan empati melalui stimulus verbal dan visual

    ANALISA DAN PERANCANGAN MECHANICAL BAR SCREEN PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM (Analysis and Design of Mechanical Bar Screen in Drinking Water Treatment Plants)

    Get PDF
    Abstract: Installation to process raw water into consumable water consists of processing units that have their respective functions. The selection of these units is based on parameters that must be set aside in accordance with the results of water quality checks. The final result of processing must meet the standards set by the government. In addition to technical aspects, which must be considered also in the determination of the unit on the installation of drinking woter is an economic aspect and the availability of human resources.One of the components contained in the installation of drinking water is a mechanical bar screen. Cleaning of garbage on the bar screen is mechanically intended for cleaning to take place effectively and is not limited by time or weather conditions around the drinking water installation. From the design results obtained motor power required 1226.936 watts while the tensile stress of the flexrake results from the design calculation of . in this design also used material stailess stell AISI 304.Keywords: Designing, Mechanical Bar Screen,Abstrak: Instalasi untuk mengolah air baku menjadi air yang dapat dikonsumsi terdiri dari unit-unit pengolahan yang memiliki fungsi masing-masing. Pemilihan unit-unit ini didasarkan pada parameter-parameter yang harus disisihkan sesuai dengan hasil pemeriksaan kualitas air. Hasil akhir dari pengolahan harus memenuhi bakumutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain dari segi teknis, yang harus diperhatikan juga dalam penentuan unit pada instalasi air minum adalah segi ekonomis dan ketersediaan sumber daya manusia.Salah satu komponen yang terdapat pada instalasi air minum adalah mechanical bar screen.  Pembersihan sampah pada bar screen secara mekanik dimaksudkan agar pembersihan dapat berlangsung secara efektif dan tidak dibatasi oleh waktu maupun kondisi cuaca di sekitar instalasi air minum. Dari hasil perancangan didapatkan daya motor yang dibutuhkan 1226.936 watt sedangkan tegangan tarik dari pada flexrake hasil dari perhitungan perancangan sebesar  . pada perancangan ini juga digunakan material stailess stell AISI 304.Kata Kunci : Perancangan, Mechanical Bar Screen
    • …
    corecore