13 research outputs found

    Identifikasi Pohon Gonystylus dalam Menunjang Upaya Konservasi

    Full text link
    Penelitian bertujuan mengidentifikasi dan memberikan informasi ilmiah tentang keberadaan Gonystylus spp. di habitat alami dan upaya konservasinya. Penelitian dilaksanakan di dua lokasi tempat tumbuh alami Gonystylus yaitu kawasan hutan alam Bukit Pucung, Taman Nasional Kerinci Seblat, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu dan hutan konservasi flora fauna wilayah kerja PT Sari Bumi Kusuma, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.Metode yang digunakan dalam penelitian terdiri dari eksploratif, purposive sampling, dan identifikasi komparatif. Teridentifikasi tiga jenis Gonystylus, dua jenis tumbuh di hutan Bukit Pucung yaitu Gonystylus maingayi Hook.f (benban hitam) dan Gonystylus veluntinus Airy Shaw (kayu minyak), pada ketinggian 700 m dari permukaan laut (dpl.). Satu jenis tumbuh di hutan konservasi flora fauna PT Sari Bumi Kusuma yaitu Gonystylus brunnescens Airy Shaw (garu buaya), pada ketinggian 136 – 197 m dpl. Perbedaan ciri ketiga jenis meliputi: bentuk dan ukuran daun, bulu pada helai daun, tepi daun, pertulangan daun, dan panjang tangkai daun. Populasi ketiga sangat rendah, G. maingayi ditemukan satu pohon berdiameter batang 30 cm dengan permudaan relatif sedikit. Jenis G. velutinus ada dua pohon berdiameter 26 cm dan 49 cm, pohon berdiameter 49 cm berbuah masak dengan permudaan tingkat semai relatif banyak. Gonystylus brunnescens tercatat ada 12 individu permudaan tanpa pohon indu

    GAHARU TANDUK (GONYSTYLUS MACROPHYLLUS (MIQ.) AIRY SHAW) DI HUTAN CILEMOH, JASINGA DAN UPAYA KONSERVASINYA

    Get PDF
    Gaharu tanduk (Gonystylus macrophyllus (Miq.) Airy Shaw) merupakan salah satu spesies pohon bernilai komersial yang keberadaannya semakin langka. Spesies ini telah masuk dalam International of Union for the Conservation of Nature (IUCN) Red List Red List Data dengan kategori rawan (Vulnerable = VU). Eksplorasi untuk memperoleh data dan informasi ilmiah tentang keberadaan pohon gaharu tanduk telah dilakukan pada bulan Juli 2009 di hutan adat Cilemoh, Jasinga, Bogor, Jawa Barat. Pengumpulan data melalui pembuatan plot pengamatan berupa lingkaran dengan radius 7,32 m. Titik tengah lingkaran tersebut adalah pangkal batang pohon cuplikan. Di dalam plot pohon cuplikan dibuat pula 1 subplot lingkaran dengan titik tengahnya pada azimut 90° berjarak 3,66 m dari titik pusat plot dengan radius 2,07 m untuk tingkat pancang dan untuk pengamatan tingkat semai dibuat 3 subplot bujur sangkar 1m x 1m berjarak 4,57 m masing-masing azimut 30°, 150° dan 270° dari titik pusat plot. Hasil eksplorasi menunjukkan bahwa hanya diperoleh satu pohon berdiameter batang 85 cm, dengan tinggi total 31 m, tanpa permudaan alam. Oleh karena itu sebelum terjadi kepunahan, pohon gaharu tanduk perlu mendapat prioritas untuk dilindungi. Perlindungan yang dilakukan dapat berbentuk konservasi in-situ yaitu upaya melestarikan jenis di habitatnya atau konservasi ex-situ dengan melestarikan di luar habitatnya Kata kunci : gaharu tanduk, komersial, langka, konservas

    Autekologi Damar Asam Shorea Hopeifolia (F. Heim) Symington di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

    Full text link
    Penelitian autekologi damar asam (Shorea hopeifolia (F. Heim) Symington) telah dilakukan di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung pada bulan November 2014. Pengumpulan data menggunakan plot bujur sangkar ukuran 20 m x 20 m, jumlah satuan contoh yang dibuat tiga plot dan masing-masing plot dibuat 4 subplot dengan jarak antarsubplot 50 m, jarak antarplot 2.000 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa damar asam dijumpai pada ketinggian tempat di atas 260 m dpl, di pinggir bukit dengan topografi agak curam dan berkelompok. Vegetasi di sekitarnya yang dijumpai adalah kruing (Dipterocarpus kunstleri King.) dengan INP sebesar 28,89%, meranti merah (Shorea ovalis Blume) INP = 18,83%, dan Lithocarpus elegans Blume dengan INP = 15,06%. Lingkungan fisik suhu antara 25–35°C, kelembaban udara antara 52–76%, kemiringan lahan antara 15–65% dan ketinggian tempat dari permukaan laut antara 276 sampai 350 m. Jenis kruing (D. kunstleri King.) berasosiasi dengan damar asam paling kuat (mendekati 1) indeks Ochiai 0,81 diikuti meranti merah (S. ovalis Blume) indeks Ochiai 0,65 dan sempur Dillenia excelsa (Jack) Gilg. indeks Ochiai 0,52. Regenerasi alami dibantu oleh satwa liar terutama burung rangkong (Buceros rhinoceros) dan aliran air hujan

    EVALUATION OF THE EXISTENCE OF Shorea platyclados Slooten ex Endert IN THE BUKIT DAUN PROTECTED FOREST

    Get PDF
    Study on the evaluation of the existence of Shorea platyclados Slooten ex Endert (meranti bukit, meranti gunung, meranti tenam) on its natural habitat was conducted on May 2014 in Bukit Daun Protection Forest, Central Bengkulu District, Bengkulu. Exploration and inventarisation were designed in a semi-permanent plot, in which S. platyclados is used as the center of circle plot for vegetation analysis. Results showed that the distribution of S. platyclados is clump on steep valley, with its altitude is in between 400 – 600 m asl. Shorea platyclados was a dominant species on tree stage with good regeneration in all stage with IVI = 88.00%. Pole stages were dominated by Lindera subumbelliflora (Blume) Kostermans with IVI =10.58%, and seedling stage was dominated by Syzygium cymosum DC. with IVI =7.48%. The existence of S. platyclados in Bukit Daun Protected Forest, Central Bengkulu District was not endangered

    AUTEKOLOGI Gonystylus macrophyllus (Miq.) Airy Shaw DAN G. velutinus Airy Shaw DI KELOMPOK HUTAN SUNGAI LIPAI-PELALAWAN, RIAU

    Get PDF
    A study on autecology of Gonystylus macrophyllus (Miq.) Airy Shaw and G. velutinus Airy Shaw was carried out in Lipai river forest group- Pelalawan, Riau in April 2019. This study aimed to determine the diversity, stand structure, regeneration, and association of G. macrophyllus and G. velutinus in the Lipai river forest group-Pelalawan , Riau. Data collection used a square plot of 100 x 100m (1 ha), divided into 25 sub-plots of 20 x 20m. The results showed that G. macrophyllus and G. velutinus were found at altitudes between 200-240 m above sea level, on hillsides with a rather steep topography of >10% and spread in groups. The vegetation composition around the G. macrophyllus and G. veutinus were comprised of Pentaspadon motleyii Hook.f. (Important Value Index/IVI = 21.2%), Nephelium lappaceum L. (IVI = 12.66%) and Ochanostahys amentacea Mast. (IVI = 11.42%). Pentaspadon motleyii associated with Gonystylus spp. was the strongest, this is indicated by the Ochiai index of 0.63; followed by Gironiera subaequalis Planch. (Ochiai index 0.55) and Trigoniastrum hypoleucum Miq. (Ochiai index 0.51). The natural regeneration of G. macrophyllus and G. velutinus in the research location was not normal, since no seedlings level were found, the level of saplings were greater than trees, and the presence of this species was difficult to find in the forest.Penelitian autekologi Gonystylus macrophyllus dan G. velutinus telah dilakukan di kelompok hutan Sungai Lipai-Sungai Pelalawan, Riau pada bulan April 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, struktur tegakan, regenerasi, dan asosiasi pohon G. macrophyllus dan G. velutinus di kelompok hutan Sungai Lipai-Sungai Pelalawan, Riau. Pengumpulan data menggunakan plot bujur sangkar ukuran 100 x 100m (1 ha), dibagi menjadi 25 sub plot ukuran 20 x 20m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa G. macrophyllus dan G. velutinus dijumpai pada ketinggian antara 200 – 240 m dpl., di lereng bukit dengan topografi agak curam pada >10%, dan berkelompok. Komposisi vegetasi di sekitar pohon Gonystylus spp. yaitu pelajau (Pentaspadon motleyii Hook.f.) (INP= 21,2%), rambutan hutan (Nephelium lappaceum L.) (INP= 12,66%) dan petatal (Ochanostahys amentacea Mast.) (INP= 11,42%). Jenis yang berasosiasi paling kuat dengan G. macrophyllus dan G. velutinus adalah Pentaspadon motleyii, yang ditunjukkan oleh indeks Ochiai sebesar 0,63; diikuti Gironiera subaequalis Planch. (indeks Ochiai 0,55) dan jenis Trigoniastrum hypoleucum Miq. (indeks Ochiai 0,51). Regenerasi alami G. macrophyllus dan G. velutinus di lokasi penelitian tidak normal dimana tingkat semai tidak dijumpai, tingkat belta/pancang lebih besar dari pohon, dan keberadaan jenis ini sulit dijumpai di hutan

    Ecological aspects of meranti kunyit (Shorea macroptera Dyer) in Rantau Bertuah Forest, Siak Regency, Riau Province and the implication for forest management and conservation

    Get PDF
    Sumatra’s lowland tropical rainforest is in the third place after Kalimantan and Papua in terms of Indonesia’s plant species diversity. Shorea macroptera is one of the species from the Dipterocarpaceae family, known as an important commercial timber tree species. In September 2019, the study was conducted in Rantau Bertuah Forest, Siak Regency, Riau Province, Sumatra, with a total sample plot area of 1 ha. The data were analyzed to show the vegetation quantitative structure and composition on the study site using the Important Value Index, and the association of S. macroptera using the Ochiai index. The results recorded 55 plant species belong to 33 families on this study site. Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, and Fabaceae have the most abundant species, encompassed 51 species ≥10 cm in diameter with a total of 624 individuals. The result showed that the top three dominant species in this area, namely Callophyllum macrocarpum Hook.f. (IVI = 27.88%), Shorea parvifolia Dyer (IVI = 21.98%) and Gironniera nervosa Planch. (IVI = 19.99%). C. macrocarpum dominated all the regeneration levels: tree, sapling and seedling with IVI of 27.88%, 49.57% and 86.31%, respectively. S. macroptera has the strongest association with C. macrocarpum (Ochiai index of 0.73), followed by the S. parvifolia (Ochiai index of 0.61) and G. nervosa species (Ochiai index of 0.51). S. macroptera is widely used for industrial timber purposes and has limited distribution. Therefore, it is necessary to increase the efforts to manage it sustainably, especially in production forests

    IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA POTENSIAL BERKHASIAT OBAT DARI KULIT BATANG Shorea ovalis (Korth.) Blume MENGGUNAKAN ANALISIS GAS KROMATOGRAFI

    Get PDF
    Shorea spp. adalah jenis-jenis tanaman hutan yang populer dan menjadi primadona dari suku Dipterocarpaceae dengan nama perdagangan meranti. Beberapa jenis meranti masuk dalam kategori terancam punah dan masuk daftar merah International Union on Conservation of Nature (IUCN). Salah satu jenis yang masuk dalam daftar merah IUCN adalah Shorea ovalis (Korth) Blume. Untuk mendorong konservasi jenis S.ovalis, maka penelitian potensi hasil non kayu perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong masyarakat agar mendukung upaya pelestarian jenis S.ovalis. Kulit batang S.ovalis berpotensi sebagai bahan obat. Studi ini bertujuan untuk mengetahui potensi senyawa kimia yang terkandung dalam kulit batang S.ovalis menggunakan analisis kromatografi. Sampel kulit batang S.ovalis dari 5 pohon diuji kandungan fitokimianya dan dianalisis senyawa kimianya menggunakan GCMS Pyrolisis. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa kulit batang S.ovalis mengandung senyawa fenol, triterpena dan alkaloid. Senyawa fenol mendominasi ekstrak kulit batang S.ovalis. Analisis GCMS menunjukkan senyawa 2-methoxy-4-methylphenol terkandung pada seluruh kulit batang S.ovalis yang dianalisis dengan konsentrasi berkisar 4-5%

    Biomasa dan Kandungan Karbon Kayu Afrika (Maesopsis Emenii Engl.) di Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk membuat persamaan alometri dan menduga kandungan karbon pada tegakan hutan tanaman kayu afrika (Maesopsis emenii Engl.) umur delapan tahun. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2014 di Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode destructive sampling melalui pemilihan pohon contoh, dari 450 pohon dipilih 10 pohon yang dapat mewakili tegakan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat kering oven rata-rata bagian kayu afrika berturut-turut adalah bagian batang 122,54 kg, akar 42,94 kg, cabang & ranting 7,15 kg dan bagian daun 6,03 kg. Persamaan alometri antara berat kering bagian atas tanah kayu afrika dengan diameter ialah Y = 0,0363x2,5131 (R² = 0,96), batang kayu afrika dengan diameter ialah Y = 0,0347x2,4926 (R² = 0,95), akar kayu afrika dengan diameter ialah Y = 0,0205x2,3267 (R² = 0,90) dan antara berat kering total kayu afrika dengan diameter ialah Y = 0,0559x2,464 (R² = 0,97). Kandungan karbon kayu afrika paling tinggi diperoleh pada bagian batang yaitu sebanyak 61,23 ton C/ha, berturut-turut bagian akar sebanyak 21,47 ton/ha, cabang & ranting 3,57 ton/ha dan bagian daun sebanyak 3,01 ton/ha. Total kandungan karbon pada tegakan kayu afrika sebesar 89,95 ton C/ha
    corecore