939 research outputs found

    UNIVERSAL NASAL ASSIMILATIONS IN MONOMORPHEMIC AND POLYMORPHEMIC WORDS ACROSS LANGUAGES

    Get PDF
    There are universal aspects in language. Phonology, as the most universal languagecomponent, has many universal aspects including nasal assimilation. Nasal assimilation isthe systematic appearance of certain nasals instead of other nasals based on the context in monomorphemic or polymorphemic words. The nasal /n/ occurs successively with alveolarconsonants, the nasal /m/ with labials, the nasal /ɳ/ with velars, and the nasal /ɲ/ withpalatals. Nasal assimilation mostly occurs regressively. Regressively, nasal assimilationtends to occur in monomorphemic and polymorphemic words. In progressive assimilation, ittends to occur in a specific phrase structure. This phenomenon can happen acrosslanguages

    PENGEMBANGAN PAKET LATIHAN DAN PENILAIAN BERBANTUAN KOMPUTER STANDAR KOMPETENSI MENGUKUR DENGAN ALAT UKUR MEKANIK PRESISI(PLPBK-SKMAUMP)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk: (1) merumuskan langkah-langkah pengembangan PLPBK-SKMAUMP yang sesuai, (2) mendapatkan hasil PLPBK-SKMAUMP yang layak digunakan dalam pembelajaran, (3) mengetahui efektivitas PLPBK-SKMAUMP dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D) yang dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah studi pendahuluan yang meliputi studi pustaka, survei lapangan, identifikasi permasalahan pembelajaran, identifikasi tujuan pembuatan media, analisis kebutuhan, dan perencanaan (perumusan) desain produk. Tahap kedua adalah produksi, yaitu membuat flowchart view, storyboard, mengumpulkan bahan, perakitan (assembly), dan tes secara modular, sehingga didapatkan produk awal. Produk tersebut kemudian masuk dalam tahap ketiga yaitu evaluasi yang meliputi alpha test, beta test, dan evaluasi sumatif dengan pendekatan pretest dan posttest. Setelah dilakukan analisis dan revisi, maka produk akhir tersebut masuk pada tahap keempat yaitu diseminasi. Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) Langkah-langkah pengembangan PLPBK-SKMAUMP dilakukan melalui empat tahap, yaitu studi pendahuluan, produksi, evaluasi produk, dan diseminasi; (2) PLPBK-SKMAUMP yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran berdasarkan validasi ahli dan tanggapan siswa. Validasi oleh ahli materi memperoleh rerata skor 4,46 dengan kategori sangat baik/A; validasi oleh ahli evaluasi memperoleh rerata skor 4,41 dengan kategori sangat baik/A; dan validasi oleh ahli media memperoleh rerata skor 4,55 dengan kategori sangat baik/A. Rerata skor tanggapan siswa pada beta test adalah 4,06 dengan kategori baik/B. Sedangkan rerata skor tanggapan siswa pada evaluasi sumatif adalah 4,00 dengan kategori baik/B; (3) PLPBK-SKMAUMP efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan peningkatan rerata nilai kelas XMA (kelas eksperimen) dari rerata nilai pretest 59,84 naik menjadi 82,73 dalam posttest. Ketuntasan siswa kelas XMA pun meningkat dari 4 siswa (12,5%) menjadi 30 siswa (93,75%). Sedangkan kelas XMB (kelas kontrol) dari rerata nilai pretest 57,58 naik menjadi 73,28 dalam posttest. Ketuntasan siswa kelas XMB meningkat dari 5 siswa (15,625%) menjadi 21 siswa (65,625%). Hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa rerata nilai pretest antara siswa kelas XMA dan XMB tidak berbeda secara signifikan, sedangkan rerata nilai posttest-nya berbeda secara signifikan

    SOLIDARITAS (VOUS)DALAM BAHASA JAWA SEBAGAI WUJUD KEARIFAN LOKAL

    Get PDF
    Bahasa merupakan cerminan masyarakat. Bahasa dapat menunjukkan kepribadian dan perilaku penuturnya yang dapat terbentuk secara komunal yang kemudian menjadi norma masyarakat. Norma itu bisa dibentuk melalui konsep solidaritas (itu-kowe) dan kesopanan (vous-panjengan).Bahasa Jawa memiliki banyak wujud kearifan lokal yang salah satunya terkait solidaritas dan kesopanan. Namun, perkembangan jaman bisa mempengaruhi pergeseran norma tersebut. Pemakaian bentuk bahasa dengan pola hubungan resiprokal tu, resiprokal vous, atau nonresiprokal T – V dapat digunakan untuk melihat pergeseran norma itu. Saat ini di masyarakat Jawa telah terjadi pergeseran penggunaan bentuk bahasa yang terkait dengan pola hubungan antarindividu (dyads). Hal ini menunjukkan adanya pergeseran nilai kesopanan dalam berinteraksi di masyarakat. Fenomena ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya perkembangan jaman dan perubahan status dan kelas sosial masyarakat. Untuk mengatasinya, perlu diupayakan agar hal tersebut tidak lebih parah. Upaya tersebut dapat dilakukan secara terus-menerus dengan memakai bentuk-bentuk bahasa yang terkait dengan solidaritas dan kesopanan dengan benar secara kontekstual

    PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MACROMEDIA FLASH PADA KOMPETENSI MENGELAS DENGAN OKSI ASITILEN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media pembelajaran Macromedia Flash yang tepat untuk mendukung pembelajaran Las Gas Oksi Asitilen, dan menghasilkan produk software pembelajaran Macromedia Flash untuk mata pelajaran Pekerjaan Las Dasar yang dikembangkan memiliki kualitas baik sebagai sumber belajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan (Research and Development). Tempat penelitian adalah SMK Muhammadiyah Prambanan yang berlokasi Gatak, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Prosedur yang digunakan dalam pengembangan produk media adalah menetapkan mata pelajaran yang akan dikembangkan medianya, melakukan analisis kebutuhan pada guru dan siswa, melakukan penelitian pendahuluan yang meliputi (identifikasi tujuan pembelajaran, mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran), pembuatan desain software, mengembangkan bentuk produk, validasi oleh ahli media dan ahli materi, analisis, revisi I/revisi produk awal, evaluasi kelompok kecil, analisis hasil evaluasi kelompok kecil, revisi II, uji coba lapangan, analisis hasl uji coba lapangan, revisi III/mengembangkan produk akhir, mengaplikasikan produk. Subjek Penelitian adalah siswa kelas X Teknik Pemesinan. Terdiri dari data responden ahli materi (1 dosen), ahli media (1 dosen), uji coba kelompok kecil (6 siswa), dan uji coba lapangan (23 siswa). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner). Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan dikonversikan menjadi data kualitatif untuk mengetahui kriteria penilaian media dan kelayakan media yang sedang dikembangkan. Hasil validasi ahli materi ditinjau dari aspek pembelajaran dan aspek isi materi menyatakan “sangat baik” dengan nilai rata-rata sebesar 4,33, ahli media ditinjau dari aspek tampilan dan aspek pemrograman menyatakan “baik” dengan nilai rata-rata sebesar 3,78. Uji coba kelompok kecil mencakup aspek tampilan nilai rata-rata sebesar 4,06 dengan kriteria “baik”, aspek materi nilai rata-rata sebesar 4,07 dengan kriteria “baik”, dan aspek kemanfaatan nilai rata-rata sebesar 4,50 dengan kriteria “sangat baik”. Uji coba lapangan mencakup aspek tampilan nilai rata-rata sebesar 3,67 dengan kriteria “baik”, aspek materi nilai rata-rata sebesar 3,91 dengan kriteria “baik”, dan aspek kemanfaatan nilai rata-rata sebesar 4,63 dengan kriteria “sangat baik”

    CULTURAL CONTENT IN ENGLISH TEXTBOOK FOR DEAF STUDENTS AT DISABLE SENIOR HIGH SCHOOL

    Get PDF
    This study explores the cultural content represented in the English Textbook used by the deaf students at disable senior high school or SMALB (Tuna Rungu). This book was published by Kemendikbud of Indonesia in 2016. This study was categorized as Descriptive qualitative research. The method used in this study is textbook content analysis. To collect the data, the writers selected the text, pictures and activities presented in each unit of the textbooks. Meanwhile, to analyze the data, the writers adapted two different frameworks. The first framework was used to explore what cultures are represented in the textbook (types of culture). The second framework was used to explore how the cultures were represented in the textbook (sense of culture). There are 157 cultural contents found in the Tunarungu Bahasa Inggris SMALB Grade XI 2016 book. By Type of Culture, the 157 cultural contents were divided into 60 Source Culture, 94 Target Culture and 3 International culture. Meanwhile, in terms of Sense of Culture, the 157 cultural contents were divided into 5 Aesthetic Senses, 3 Sociological Senses, 59 Semantic Senses and 90 Pragmatic Senses.

    PENGENALAN DAN PENGKABELAN KABEL SERAT OPTIK (FO) SEBAGAI MEDIA TRANSMISI TELEKOMUNIKASI BAGI SISWA SMK NEGERI 8 SEMARANG

    Get PDF
    Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) “Pengenalan dan pengkabelan kabel serat optic ( FO) sebagai media transmisi komunikasi data bagi mahasiswa SMK N 8 Semarang” melibatkan mitra Sekolah wilayah kota semarang. Berdasarkan wawancara dengan mitra ternyata untuk pengetahuan tentang kabel serat optic masih sangat kurang apalagi dalam praktikumnya dan dengan keterampilan tentang jaringan fiber optik yang saat ini masih terkesan sebagai hadware jaringan yang sulit di jumpai, maka dengan alasan tersebut diperlukan pengetahuan tentang kabel serat optik sejak masih sekolah menengah khususnya sekolah menengah kejuruan.Dalam kegiatan ini, mitra akan diberikan pelatihan tentang kabel serat optik,berbagai teori tentang kabel serat optik serta pemanfaatan kabel serat optik dari cara pengupasan ,penyambungan (Splicing), peralatan peralatan yang dibutuhkan dalam penyambungan serta peralatan pendukung lainya ,karena kabel serat optic sangat berbeda dengan kabel UPT pada umumnyaTujuan dari pengabdian ini adalah peningkatan kemampuan para murid murid jurusan Teknologi Komputer Jaringan di SMK N 8 Semarang dalam memanfaatkan kabel serat optik sebagai media tranmisi komunikasi data Kata kunci: Pengabdian SMKN 8 ,Teknologi jaringan,kabel serat opti

    HUBUNGAN PEMBERDAYAAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH : Suatu Studi Deskriptif Analitik pada Sekolah lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung

    Get PDF
    Sekolah sebagai suatu sistem terbuka, sangat dipengaruhi oleh masyarakat dan oleh karena itu terjadi hubungan interdependensi antara pendidikan di sekolah dengan masyarakat. Sekolah sebagai suatu sistem menghasilkan output yang dibutuhkan masyarakat baik secara moral maupun untuk kepentingan ekonomi. Kepentingan moral berkaitan dengan perilaku lulusan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat, bahkan lebih dari itu dapat membangun masyarakatnya. Sedangkan yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi, berkaitan dengan investasi jangka panjang bagi proses produksi dunia usaha. Salah satu bentuk peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan adalah dalam bentuk pembiayaan pendidikan di sekolah. Namun peranserta tersebut tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa ada upaya pemberdayaan dari pihak sekolah sebagai pengelola pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara : (1) pemberdayaan dengan pembiayaan pendidikan di sekolah; (2) pemberdayaan dengan peranserta masyarakat dalam pembiayaan pendidikan di sekolah; (3) peranserta masyarakat dengan pembiayaan pendidikan di sekolah; serta (4) secara bersama-sama antara pemberdayaan dan peranserta masyarakat dengan pembiayaan pendiJ'Kan cn sekolah. Implik isi iya hasil penelitian ini dapat dijadikan model atar kajian dalam upaya peningkatan pemberdayaan di sekolah sejenis dengan berdasarkan prinsip transparansi. Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut, maka direkomendasikan : (1) Manajemen sekolah seyogyanya dapat menyusun program yang berbasis pada kehendak masyarakat (community based participatory management). Hal ini dimaksudkan untuk mendapat kepercayaan masyarakat dan penigkatan partisipasi yang nyata; (2) Mengembangkan akses masyarakat dalam posisi menentukan terhadap proses dan hasil pendidikan. Masyarakat dengan demikian dapat memberikan saran dalam berbagai hal untuk menciptakan pendidikan yang diharapkan terma dk dalam hal pengembangan kurikulum, pola pembiayaan, model-model evaluasi serta pemanfaatar lulusan, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih- tinggi maupui untuk hidup mandiri di masyarakat; (3) Manajemen sekolah seyogyanya meningkatkan hubungan dengan masyarakat, baik melalui hubungan-hubungan formal maupun informal sebagai impementasi dari konsep pelayanan prima, dan (4) Manajemen sekolah sebaiknya memperluas jaringan informasi sebagai sarana transparansi dan akuntabilitas pengelolaan anggaran sekolah
    corecore