601 research outputs found
Kontribusi Terhadap Kuliah Perancangan Mesin Listrik Dalam Pendidikan Teknik Tenaga Listrik Di Indonesia
Dalam dunia industri, mesin tak serempak banyak digunakan sebagai penggerak utama. Selain itu, sebagai generator mesin ini memungkinkan pembangkitan energi listrik secara otonom di daerah-daerah terpencil. Mengingat pentingnya peran mesin ini, makalah ini dibuat untuk sedikit memberikan kontribusi dalam kuliah perancangan mesin listrik bagi mahasiswa teknik tenaga listrik pada khususnya. Kontribusi yang diberikan berupa tambahan pemahaman terhadap penerapan teori elektromaknitik dalam perhitungan induktansi bocor cincin ujung rotor sangkar saat perancangan mesin tak serempak. Akan ditunjukkan bagaimana beberapa anggapan penyederhanaan diambil agar memungkinkan proses perhitungan dengan menggunakan teori dasar elektromaknetika. Perhitungan analitik berdasarkan metoda bayangan, yang pada umumnya sudah dipelajari dalam kuliah dasar teori elektromaknitik, dibandingkan dengan perhitungan secara analitik-empirik serta dengan perhitungan menggunakan metoda numerik berdasarkan metode elemen terbatas. Dengan memanfaatkan metoda bayangan, induktansi diperoleh melalui penghitungan fluksi yang tercakup total menggunakan vektor potensial. Sebagai pembanding, induktansi juga telah diperoleh dengan menghitung impedansi cincin. Selanjutnya, perhitungan induktansi menggunakan perangkat lunak berdasarkan metoda elemen terbatas juga telah dilakukan melalui penghitungan energi maupun fluksi. Hasil perhitungan analitik menunjukkan adanya kesesuaian dengan hasil numerik, dengan keuntungan metode bayangan lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan dibandingkan dengan metode elemen terbatas yang hingga kini seringkali masih terbentur pada lama proses penghitungan serta keterbatasan daya hitung komputer.Kata-kata Kunci — Vektor potensial, Metode bayangan, Fungsi eliptik
Introduksi Rachonotus Scirpophagae (Hymenoptera: Braconidae) dari Yogyakarta ke Lampung Tengah. (The Introduction of Rachonotus Scirpophagae(Hymenoptera: Branconidae) From Yogyakarta to Central Lampung).
A larval parasitoid Rhaconotus scirpophagae on sugarcane top borer was introduced from Madukismo, Yogyakarta to Gunung Madu Plantations (GMP), Central Lampung Kabupaten in March 1990. There was no record during the first 5 months, but starting the sixth month parasitized larvae of the top borer were found in some localities. Four months later the parasitoid was recorded in most of the localities in GMP. Presently the parasitoid has established not only in GMP but also in two other sugarcane plantations i.e. Gula Putih Mataram (GPM) dan Bunga Mayang.
Sejenis parasitoid ulat Rachonotus scirpphagae pada penggerek pucuk tebu, telah diintroduksikan dari Madukismo, Yogyakarta ke Perkebunan Gunung Madu, di Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Maret 1990. Tidak ada catatan yang diperoleh selama lima bulan pertamä, tetapi sejak bulan keenam ditemukan ulat penggerek pucuk yang terparasit.Empat bulan berikutnya parasitoid sersebut telah ditemukan di hampir semua lokasi dalam perkebunan tebu itu. Dewasa ini parasitoid itu tidak hanya mapan di Gunung Madu, tetapi juga dua perkebunan tebu di dekatnya, yakni Gula Putih Mataram (GPM) dan Bunga Mayang
Pembelajaran ips terpadu ( studi kasus smp negeri kabupaten pati )
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pembelajaran IPS Terpadu. Fokus penelitian ini mencakup: (1). Perencanaan pembelajaran IPS Terpadu; (2). Kegiatan pembelajaran IPS Terpadu; dan (3). Kendala pembelajaran IPS Terpadu
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri Pati. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus tunggal terpancang. Sumber data (1) Informan terdiri guru IPS, kepala sekolah dan peserta didik; (2) Tempat dan peristiwa berupa kegiatan pembelajaran guru di kelas; (3) dokumen berupa RPP. Tehnik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan analisis dokumen. Validitas data menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode. Analisis data menggunakan model interaktif yaitu interaksi pengumpilan data dengan 3 komponen (reduksi data, penyajian data dan verifikasi) secara siklus.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Dalam perencanaan pembelajaran, sebagian besar guru membuat perencanaan pembelajaran tetapi perencanaan pembelajaran hanya sebagai pelengkap administrasi dan tidak dijadikan sebagai pedoman dalam pembelajaran; (2) Dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar guru tidak konsisten dalam dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS Terpadu, meliputi penggunaan metode, sumber dan media pembelajaran.. Dalam kegiatan pendahuluan sebagian besar guru tidak menyampaikan tujuan dan cakupan materi yang akan dibahas. Kegiatan inti terdapat kelemahan baik dalam tahap eksplorasi, elaborasi maupun konfirmasi. Tahap eksplorasi, peserta didik kurang dilibatkan secara aktif dalam menggali informasi dari beberapa sumber. Tahap elaborasi guru kurang melatih peserta didik melakukan kegiatan menulis dan menyusun laporan serta kemampuan analisisnya. Pada kegiatan konfirmasi, guru hanya mengkonfirmasi tugas tugas peserta didik, Kegiatan penutup, guru jarang melibatkan peserta didik melakukan kegiatan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, kegiatan tindak lamjut hanya sebatas ulangan perbaikan belum menginjak kegiatan pembelajaran remidi dan pengayaan; (3). Kendala pembelajaran IPS Terpadu meliputi: Guru tidak memiliki pengetahuan IPS secara menyeluruh, kebijakan sekolah yang masih membagi tugas mengajar secara terpisah, sarana serta sumber belajar yang sangat kurang dan peserta didik menganggap IPS kurang penting karena tidak masuk sebagai mata pelajaran ujian nasional.
Kata kunci: Perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran , kendala dalam pelaksanaan pembelajaran
Aktualisasi Nilai-nilai Filsafat Pancasila Notonagoro.
Kata kunci: Pancasila - Notonagoro
Tinjauan Integrasi Timor Timur Menurut Hukum Internasional
Syarat berdirinya negara menurut Konvensi Montevedio 1933 adalah adanya penduduk yang permanen wilayah tertentu, pemerintah dan kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain. Negara sebagai subyek hukum internasional dapat menggunakan hak-haknya secara lebih sempurna apabila telah diperoleh pengakuan dari negara lain. Ini berarti tanpa pengakuan dari negara lain tidak mempengaruhi suatu negara sebagai subyek hukum internasional. ..
Important Protozoan Diseases of Animals in Indonesia (a Review)
An account on important protozoan diseases mostiy with obvious clinical symptoms are emphasized and their current status reviewed. Those diseases are surra, trichomonosis in catde, babesiosis, anaplasmosis, theileriosis, leucocyto-zoonosis in chicken, and coccidiosis. Toxoplasmosis, histomonosis, chicken malaria, balantidiosis and diseases caused by Giardia, Haemoproteus and Sarcocystis are not reviewed because significant problems caused by these parasites considered important economically do not appear in Indonesia
Landasan Aksiologis Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan
Perumusan sistem pendidikan nasional membutuhkan pemikiran yang mendalam, yaitu sampai ke pertimbangan landasan-landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Landasan aksiologis sistem pendidikan nasional penting sebagai dasar untuk menganalisis penerapan teori pendidikan yang berkaitan dengan tujuan pendidikan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai Pancasila. Fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan membentuk akhlak mulia dalam kaitannya dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai-nilai religius, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar dapat berpikir secara rasional, dan berakhlak mulia dalam kaitannya dengan nilainilai Pancasila, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keindahan, dan religius, serta konstruktif dan kreatif agar mampu bertanggung jawab untuk memajukan bangsa Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat modern didasarkan pada demokrasi dan keadilan
ALAT PENGERING (PENIRIS) SISTEM VAKUM PADA GORENGAN CERIPING UBI, PENGHEMAT PEMAKAIAN MINYAK GORENG UNTUK INDUSTRI KECIL PEDESAAN
The cassava chip industry "Berkah", in producing the chips as the products, often
gets difficulties especially in fastening the marketing delivery. Having been fried, the
cassava chips are to firstly be dried with conventional system for more than 24 hours and
48 hours for serondok snack, then they are made in plastic packages. The problem is that
the chips still take number of oil with them so that the product can be easily rancid and
moldy though they are already in the packages. It is difficult to make ,the oil in the chips
out and efforts taken may costmuch so that it is hard for the small-scale industry to have
such an act. Considering all the aspects revealed above, the servants wish to solve the
problem by means of voucher programs, to make a vakum system drayer for cassava
chips frying.
The method used is making a vacuum system dryer within the specification as
follows: (1) the vacuum system dryer is a cylinder tube;.(2)it consists of two tubes; (3)
the lower tube is used to store the chips going to be dried and the upper one functions as
the sucker; (4) the diameter and the high of the lower tube are 450 mm and 750 mm, and
that of the upper one are 450 mm and 450 mm; (5) it is placed on the upper tube a fan
played with, 1850 rpm by means of. electric motor ~ HP; (6) the upper tube can be
moved for .180 degree by using switch placed to the holder. The chips, which are going
to be dried are put into the tube, then air is given and absorbing in done through pone of
the tip of the tube. The oil will be absorbed in two ways, by means of pressure
differences and air flow making the oj! out of the chips.
. The resultsof this practiceare as follows:(1) to dryserondoksnack,it is required2
hours; (2) the oil succeeded to chase in one process is about 50 to 60 cc; (3) the snacks
are to be standing-put in the tUbe; (4)time required for arranging the snacks in standing
position is about 20 minutes; (5) having worked for 2 hours, the machine should be
stopped;.,(6)th~ electricity used for the 2 hours is for about Rp 539; (7) for the tube with
the capacity of 1.5 kg; (8) time required for drying about 3 kg (2/3 of the tube) chips is
approximately 45 menutes, and the oil gained for each process is 15 cc. The cost for
drying the cassava chips is % hours is % X 0,8 KW X R-p337/KWh = Rp 187 for each
drying process
Hubungan Patron-Klien Di Lingkungan Perkebunan Tembakau Vortenlanden Klaten Jawa Tengah: Perspektif Sosiologis tentang Ketahanan Nasional. Patron-Client Relationship in Vorstenlanden Klaten Jawa Tengah: Perspektif Sosiol
ABSTRACTThis research tries to examine and describe the patron-client relationship in the society around Vorstenlanden tobacco plantation in Klaten regency, Central Java. The main issues are examined here as follow: 1) the mode of patron-client relationship since the Dutch colonization until nowdays2) the impact of ongoing strong patron-client relationship to the live condition and welfare of peasants and workers3) examine to some extent the relationship between patron-client relationship and exploitation over peasants and workers4) why do peasants and workers not feel to be exploited both by tobacco plantation company and cooperation system among the tobacco peasants.The research indicates that the patronage practise still exists among the people around the tobacco plantation company since its presence in the past until nowdays. The present patron-client relationship has strong ties with a patronage practise in the past. The patron is the plantation company supported by the local government (as state representation). And the client is peasant and worker. The patronage practise also developed on sub-communities. In the plantation company, the function hierarchy indicated the patron-client relationship. The workers are client of the staff officers acting as the patron. While in the field the peasants are a client of the mandor (supervisor) who acting as a patron. And finally, the peasants are also their clients who claim themselves as a peasant representation, such as a village government apparatus or a peasant organization.plantation has The patronage practise which still presents in the society around tobacco caused exploitation over workers and peasants until nowdays. This exploitation is not realized because it is done systematically and is praserved the unequally relationship between the plantation company and the peasants and between the plantation company and the worker (in the company) and peasants in the field.
Keywords: Patron-client relationship, Vorstenlands tobacco plantatio
- …