1,326 research outputs found

    Gambaran Motivasi Intrinsik Dan Ekstrinsik Masyarakat Dalam Pemakaian Gigi Tiruan Di Desa Muara Bahan Kabupaten Kuantan Singingi

    Get PDF
    Dalam pengambilan keputusanuntuk menggunakan gigi tiruan, faktor motivasi  memegang peranan yang sangat besar. Sebagian masyarakatmemakai gigi tiruan disebabkan motivasi ekstrinsik dan sebagian lagi disebabkan motivasi instristik.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk diketahuinya gambaran motivasi masyarakat dalam pemakaian gigi tiruan di Desa Muara Bahan Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2018. Jenis penelitian ini kuantitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian dilaksanakan di desa muara Bahan Kabupaten Kuantan Singingi pada bulam Februari-Agustus2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Dusun III Desa Muara Bahan Kabupaten Kuantan Singingi dengan jumlah populasi 2936 orangdengansampel 97 responden. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified sampling (proportional sampling). Hasilpenelitianmenunjukanmayoritas responden yang menggunakan gigi tiruan yaitu sebanyak 58 responden (59,9%) sedangkan responden yang pernah menggunakan gigi tiruan sebanyak 39 responden (40,2%), mayoritas kebutuhan responden dalam pemakaian gigi tiruan tinggi yaitu berjumlah 82 responden (84,5%) sedangkan responden yang berkebutuhan rendah berjumlah 15 responden (15,5%). mayoritas berpersepsi positif yaitu berjumlah 93 responden (95,9%) sedangkan responden yang berpersepsi negatif berjumlah 4 responden (4,1%).mayoritas berpengetahuan tinggi yaitu berjumlah 88 responden (90,7%) sedangkan responden yang berpengetahuan rendah berjumlah 9 responden (9,3%).mayoritas mengatakan tidak ada pelayanan pembuatan gigi tiruan yang lengkap yaitu berjumlah 96 responden (99,0%) sedangkan responden yang mengatakan ada pelayanan pembuatan gigi tiruan yang memiliki fasilitas lengkap  berjumlah 1 responden (1,0%) Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memakai gigi tiruan, berpresepsi positif dan berpengetahuan tinggi. Diharapkan pengguna gigi tiruan menjaga kesehatan gigi dan mulut dan dapat  memperhatikan dampak dari kehilangan gigi.   Referensi         : 18(2005-2016) Kata Kuncu     : Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Masyarakat, Pemakaian Gigi Tirua

    PENYULUHAN DAN PRAKTEK SADARI UNTUK DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA REMAJA PUTRI DI PANTI ASUHAN AL-AKBAR PEKANBARU

    Get PDF
    Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood, where there is dynamic and rapid growth and development in physical, psychological, intellectual, social, sexual behavior associated with the onset of puberty. Problems related to adolescent reproductive health include breast cancer and cervical/cervical cancer. Cancer is one of the biggest causes of death in the world. Based on data from the Global Burden of Cancer (GLOBACAN) released by the World Health Organization (WHO) states that the number of cases and deaths from cancer until 2018 was 18.1 million cases and 9.6 million deaths in 2018. Cancer deaths is estimated to continue to increase to more than 13.1 million in 2030. According to the Ministry of Health (2019), the incidence of breast cancer is 42.1/100,000 population with an average death rate of 17/100,000. Meanwhile, according to the Basic Health Research (Riskesdas) in 2018, the prevalence of cancer in Indonesia reached 1.79/1000. This service aims to determine the description and early detection of breast cancer in adolescents. The method used in the service is to conduct counseling and practice BSE on young women at the Al Akbar Orphanage Pekanbaru. It is hoped that with this BSE counseling and practice, the knowledge level of young women will increase and make them more concerned about their health condition. The results of this service will be published in the community service proceedings.   Keywords: Early detection, breast cancer, young wome

    HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI DESA BANGUN SARI

    Get PDF
    Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat keburukan fisik dan energy zat – zat gizi yang diperoleh dari ragam makanan yang berdampak fisiknya diukur secara antropometri. Kehilangan gigi pada lansia menimbulkan kurangnya kenyamanan atau munculnya rasa sakit saat mengunyah makanan. Hal ini mengakibatkan terganggunya kemampuan lansia dalam mengkonsumsi makanan dengan tekstur keras, sedangkan makanan dengan tekstur lunak biasanya kurang mengandung vitamin, vitamin C dan serat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap kehilangan gigi pada lansia. Berdasarkan survey awal pada 25 lansia terdapat 15 lansia mengalami kehilangan sebagian gigi dan 10 lansia mengalami kehilangan seluruh gigi sedangkan status gizi terdapat 9 lansia dengan status gizi seimbang, 16 lansia status gizi yang tidak seimbang. Jenis penelitian adalah kuantitatif analitik crosssectional. Populasi penelitian adalah lansia di Desa Bangun Sari Kecamatan Kampar Kiri Hilir sebanyak 229 orang dan sampel penelitian ini adalah 70 orang. Teknik pengambilan sampel Consecutive sampling.  Hasil penelitian terdapat analisis univariat menunjukkan bahwa 37 % responden lansia kehilangan seluruh gigi dan analisis bivariat pada 3 variabel berhubungan signifikan dengan kehilangan gigi yaitu variabel asupan energi yang kurang sebanyak 54,8 % dengan p-value sebesar 4,048; POR= 1,449-11,306; variabel asupan protein 39 responden yang kurang asupan protein sebanyak 52,8 %  dengan p-value sebesar 4,311; POR= 1,497-12,417 dan variabel index massa tubuh  dari  29 responden  index massa tubuh tidak seimbang sebanyak 62,1% dengan p-value sebesar 6,3750; POR= 2,300-19,811. Disarankan pada lansia yang kehilangan gigi untuk melakukan penggantian gigi tiruan sehingga tidak kesulitan dalam mengunyah makanan dan asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh tetap seimbang. &nbsp

    The Ideal Cardinal and the Role of the Papacy in Dell’uffizio del cardinale (1599) by Giovanni Botero

    Get PDF
    The paper aims to highlight the principal topics of Giovanni Botero\u2019s speech Dell\u2019uffizio del cardinale (1599), the first part of it being dedicated to show what cardinals could do to improve Catholicism in the Reformation world, and the second one, known as Discorso intorno allo Stato della Chiesa, is based on the analysis of the papacy as an independent state: a state that was regional but with universal pretensions

    Novel Solutions to Mitigate the Switching Noise in Power Circuit Applications

    Get PDF
    L'abstract è presente nell'allegato / the abstract is in the attachmen

    «At the Royal sevice of his Majesty»: the cardenal Maurizio of Savoy between Turín and Roma, Madrid and Paris

    Full text link
    Prince Maurizio of Savoy (1593-1657) was the sixth son of Charles Emmanuel I duke of Savoy and of the Infanta Catalina Micaela of Habsburgs. Since he was a kid, his father decided him to become a cardenal, to have a member of the family directly linked to the Papacy and to increase the dinastic power of Savoy and its image in Rome too. So the young Maurizio started to follow the paternal politics very soon, supporting the duke and the brothers Victor Amadeus and Thomas during the first war of Monferrato and playing the role of confident of their sisters and the French ambassadors in Turin. His diplomatic career continued in Paris, where he negociated the wedding between Victor Amadeus and the sister of Louis XII Cristina of Bourbon (1619), and in Rome, where he became famous as a maecenas too. Nevertheless, as he was educated in the Spanish style, his attitude was not only francophile, but also very favorable to the Catholic monarchy. Through the examination of his large correspondence, this paper aims to stress the changing positions of Maurizio during his life, with particular attention to his baroque ability in mainteining good relationships with Paris and Madrid. A demonstration that, considering the influence of Rome too, a multiplex loyalty was possibleEl Príncipe Mauricio de Saboya (1593-1657) fue el sexto hijo de Carlos Emmanuel I duque de Saboya y de la Infanta Catalina Micaela de Austria. Desde que fuera un niño, su padre decidió que se convertiría en cardenal, para tener un miembro de la familia directamente ligado al Papado y aumentar el poder dinástico de Saboya y su posición en Roma. Así, el joven Mauricio comenzó a seguir las políticas paternas muy pronto, apoyando al duque y a sus hermanos Víctor Amadeo y Tomás durante la primera guerra del Monferrato y jugando el papel de confidente de sus hermanas y de los embajadores franceses en Turín. Su carrera diplomática continuó en París, donde negoció la boda de Víctor Amadeo y la hija de Luis XII Cristina de Borbón (1619), y en Roma, donde alcanzó también la fama como mecenas. Sin embargo, al ser educado al estilo español, su actitud no sólo fue francófila, sino también muy favorable a la Monarquía Católica. A través del estudio de su prolija correspondencia, este artículo pretende subrayar las cambiantes posiciones de Mauricio a lo largo de su vida, con particular atención a su barroca habilidad para mantener buenas relaciones con París y Madrid. Una demostración ésta, considerando también la influencia de Roma, de que una múltiple lealtad era posible
    • …
    corecore