8 research outputs found

    Pembuatan Model Geologi Bawah Permukaan dengan Metode Geolistrik Dan Studi Stratigrafi pada Rembesan Gas DiJatilawang, Banyumas

    Get PDF
    Banyumas basin is oneof sedimentary basin inIndonesia whichhasn’t proven yet its economical hydrocarbonreserves, although there are several oil and gas seeps in this area which is indicate mature source rocks had been migrated. One of itsgas seep is located on Karanglewas village, Jatilawang, Banyumas which hadbeen flowing its gases since tens years ago. Geoelectrical method and Stratigraphic studyare the methods usedin this research to built a geological subsurface model of Jatilawang’s gas seep.Geoelectrical method isintent to finding the distribution of gas seep over the area and also to finding the direction of fault structure which can be act asa path for gases to flowing up. Stratigraphic study comprise of lithology description, strike and dip measurement, and study of other secondary geological data. Interpreted subsurfacegeological model showing that sandstone dominated bed of Halang Formation is filled by gases and become gas pockets near the surface. Fault direction also interpreted from correlation of these gas pockets and resulting directionof N 115° E and dip of fault plane is45°.Gas flowing through fault and probably the source comes from gas cap of Jatilawang’s anticline. Predicted location of gas cap is about 610 meters to the south, and depthabout 620 meters

    POSISI ARTEFAK BATUAN PADA TERAS SUNGAI KLAWING DI DAERAH BOBOTSARI, KABUPATEN PURBALINGGGA, JAWA TENGAH

    Get PDF
    Aliran Sungai Klawing berada di daerah Purbalingga, bagian dari Cekungan Banyumas-Jawa Tengah. Alur sungai ini memotong batuan Tersier di Pegunungan Serayu Utara, yang meliputi Formasi Halang, Kumbang dan Tapak serta batuan vulkanik Kuarter Gunung Slamet. Di daerah ini dijumpai batuan yang digunakan oleh manusia pra sejarah sebagai alat bantu kehidupan mereka atau disebut artefak. Posisi batuan ini pada susunan endapat Sungai Klawing menjadi masalah yang akan dikaji pada penelitian ini. Aliran sungai Klawing membentuk dataran allluvial di sekitar sungai. Dataran aluvial ini membentuk undak-undak di sekitar sungai Klawing. Paling tidak berkembang tiga undak sungai di sekitar daerah penelitian. Artefak manusia prasejarah berupa pisau batu, sisa pembuatan perhiasan, kapak batu, dan lain-lain dijumpai pada undak bagian tengah. Artefak yang diduga berumur 3000 hingga 1000 tahun yang lalu ini, pada beberapa tempat dijumpai pada endapan aluvial berukuran lempung  yang menumpang di atas lava basalt

    Struktur Geologi Daerah Longsor di Gunung Pawinihan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah

    Get PDF
    Fenomena longsor dapat terjadi dengan berbagai faktor pengontrol. Permasalahan yang di kaji dalam penelitian ini terutama adalah untuk mengetahui hubungan struktural antar lapisan batuan di daerah penelitian. Kondisi struktur dapat menjadi pemicu bagi fenomena longsor. Metode penelitian dilakukan dengan pengamatan dan pemetaan lapangan. Pengukuran struktur geologi berupa kedudukan lapisan batuan dan penentuan hubungan stratigrafis antar batuan dilakukan dilapangan. Pengukuran kelerengan topografi dilakukan di peta dan dilapangan. Daerah penelitian tersusun atas batu lempung dengan sisipan pasir karbonatan sebagai batuan yang tua dan juga tersusun atas breksi sebagai yang lebih muda. Batu lempung sebagai batuan yang mudah tererosi baik secara kimia maupun fisika. Erosi aktif pada batulempung memicu pergerakan masa breksi diatasnya. Hadirnya mata air pada kontak lempung-breksi juga memicu terjadinya longsor. Dengan demikian longsor di daerah penelitian dipicu oleh adanya kontak ketidakselarasan antara batuan breksi segar dan lapuk dengan batulempung di bawahnya

    GEOLOGI DAN KEMOSTRATIGRAFI UNSUR PADA BATUAN SEDIMEN LAUT DALAM FORMASI TOTOGAN, KECAMATAN SADANG, JAWA TENGAH

    Get PDF
    Dijumpainya pengkayaan unsur Logam Tanah Jarang (LTJ) dan Ytrrium (Y) pada endapan lempung sedimen laut dalam di daerah Pulau Minamitorishima, Jepang melatarbelakangi penelitian ini dengan menerapkan hipotesis yang sama kepada endapan sedimen laut dalam yang sudah terlithifikasi dan tersingkap ke permukaan sebagai batuan. Salah satu lokasi dijumpainya batuan sedimen laut dalam yaitu pada Formasi Totogan di Desa Seboro, Kecamatan Sadang, Kebumen, Jawa Tengah, terendapkan sebagai endapan olisostrom melange sedimenter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi daerah Seboro dan sekitarnya, serta meneliti trend kandungan unsur batuan berupa unsur utama, unsur jejak, unsur LTJ & Y, kemudian dilakukan pembagian zona korelasi kemostratigrafi (unit kemozone) untuk mengidentifikasi potensi serta karakteristik unsur-unsur tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemetaan geologi dan korelasi kemostratigrafi yang sebelumnya dilakukan evaluasi kemostratigrafi berupa analisis kandungan unsur, analisis faktor pengkayaan (FP), analisis multivariat, dan analisis kurva silang dari data konsentrasi unsur hasil analisis geokimia anorganik X-Ray Fluoresence (XRF) dari 15 sampel batuan yang diambil pada lintasan Pengukuran Penampang Stratigrafi (PPS) jalur K.Sogan, Formasi Totogan dengan jarak terukur berkisar 625 m, interval pengambilan sampel 25-30 m. Hasil analisis menunjukan ketidaksesuaian dengan hipotesis awal, yaitu tidak dijumpainya konsentrasi unsur LTJ pada sampel batuan, namun dijumpai unsur Ytrrium (Y) dan Scandium (Sc) yang disetarakan dengan unsur LTJ. Rekonstruksi sejarah geologi dilakukan dari hasil analisis kondisi morfologi, struktur geologi, dan stratigrafi, kemudian korelasi kemostratigrafi  yang telah dilakukan  menghasilkan  5  unit  kemozone  yang  memiliki  karakteristik grafik konsentrasi unsur yang berbeda tiap unitnya.The discovery of enrichment in Rare Earth Metals (LTJ) and Yttrium (Y) elements in deep-sea sedimentary clay deposits in the Minamitorishima Island area, Japan is the background for this research by applying the same hypothesis to deep-sea sedimentary deposits that have been lithified and exposed to the surface as rocks. One of the locations where deep-sea sedimentary rocks were found is in the Totogan Formation in Seboro Village, Sadang District, Kebumen, Central Java, deposited as sedimentary melange olisostrom deposits. This research aims to determine the geological conditions of the Seboro area and its surroundings, as well as examine trends in the content of rock elements in the form of main elements, trace elements, REE & Y elements, then divide the chemostratigraphic correlation zones (chemozone units) to identify the potential and characteristics of these elements. The method used in this research is geological mapping and chemostratigraphic correlation which previously carried out chemostratigraphic evaluation in the form of element content analysis, enrichment factor (FP) analysis, multivariate analysis, and bivariate analysis of element concentration data resulting from inorganic X-ray fluorescence (XRF) geochemical analysis. ) from 15 rock samples taken on the K.Sogan Cross-Section Stratigraphic Measurement (PPS) route, Totogan Formation with a measured distance of around 625 m and, a sampling interval of 25-30 m. The results of the analysis showed a discrepancy with the initial hypothesis, namely that there were no concentrations of REE elements found in the rock samples, but Yttrium (Y) and Scandium (Sc) elements were found which were equivalent to REE elements. Reconstruction of geological history was carried out from the results of analysis of morphological conditions, geological structure, and stratigraphy, then the chemostratigraphy correlation that was carried out resulted in 5 chemozone units which have different element concentration graph characteristics for each unit

    SESAR NAIK KALI JEBUG SEBAGAI INDIKASI PENGONTROL NAIKNYA BATUAN PRATERSIER DI KARANGSAMBUNG, KABUPATEN KEBUMEN-JAWA TENGAH

    Get PDF
    Kemunculan komplek batuan melang berumur pra-tersier di daerah Karangsambung, Jawa Tengah merupakan hal yang masih menjadi perdebatan dan telah melahirkan berbagai pendapat yang menjelaskannya. Struktur lipatanantiklin, sesar naik dan sesar mendatar yang dijumpai di sekitar daerah ini dapat menjadi penyebab kemunculan batuan tertua di Pulau Jawa ini. Penelitian ini dilakukan guna menjelaskan kontrol struktur geologi tertentu yang menyebabkan kemunculan batuan berumur Pra-Tersied di sekitar batuan berumur Tersier di Karangsambung. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan kajian struktur geologi pada batas selatan batuan Pra-Tersier. Pemetaansebaran batuan Pra-Tersier dan Tersier serta pengukuran unsur struktur sesar dilakukan pada batas ini. Analisis dilakukan dengan membuat penampang geologi, analisis stereografis data sesar dan lipatan. Sesar Naik Kali Jebugdengan kedudukan N250E/40N pitch 70 ke arah NE telah mengontrol kemunculan batuan Pra-Tersier di Karangsambung. Sesar naik miring ke utara ini menjadi batas batuan Pra-Tersier dan Batuan Formasi Karangsambung yang berumur Eosen di selatan. Sesar ini dihasilkan oleh gaya utama berarah Utara-Selatan yang bekerja pada batuan dasar dan mengasilkan antiklin dan sinklin di daerah Karangsambung

    Sesar Purworejo Sebagai Batas Timur Pegunungan Serayu Selatan

    Get PDF
    Struktur ekstensional Purworejo berada di bagian timur Pegunungan Serayu Selatan. Struktur ini adalah batas Pegunungan Serayu Selatan di bagian timur. Bagaimana pengaruh struktur ini dalam hubungan geologis Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan Kulon Progo merupakan permasalahan penting, untuk itu menjelaskan kondisi geologis daerah ini perlu dilakukan. Penelitian dilakukan dengan meninjau data lapangan tentang struktur dan litologi yang berkembang di daerah sekitar patahan Purworejo. Distribusi batuan Gunung Gajah Barat merupakan indikasi keberadaan struktur patahan ekstensional Purworejo. Distribusi facies-medial Gunung Gajah Barat terpotong dan menjadi sempit di barat, sedangkan ke utara sangat luas. Fasies medial Gunung Gajah Barat terdiri dari lava andesit, breksi andesit dan batupasir tufaana. Di sebelah barat, patahan normal Purworejo ditemukan batuan yang berbeda dalam bentuk breksi polimik dengan fragmen batuan andesit, blok breksi andesit, blok batu pasir karbonatan, dan blok napal. Hasil analisis gores-garis pada garis patahan ini menunjukkan gaya kompresional minimum (T3) berarah barat ke barat laut yang telah bekerja untuk membuat patahan normal Utara-Selatan (N-S). Kehadiran gaya ini dengan kompresi utama / area Kompresi (T1) secara vertikal telah bekerja untuk membuat sesar normal dengan kemiringan ke bara

    Tectonostratigraphy of Banyumas Basin and Its Correlation to Petroleum Potential

    No full text
    Objective of this research is to understand tectonic event and stratigraphy in order to know better about petroleum potential of this area. Method used in this research is taking primary field data and combine with secondary data to interpret the results. The primary data of 841 shear fractures had been measured from the field in Banyumas basin, from various lithological formation such as Karangsambung Formation as the oldest, then Gabon Formation, Halang Formation, Kumbang Formation and Tapak Formation. The result is, there are 3 (three) paleostress from after Eocene to Pliocene age: (1) Paleostress NW-SE with transpressive or compressional strike-slip regime at after Eocene to Late Oligocene, (2) Paleostress NNW-SSE with pure strike-slip regime in Miocene and (3) Paleostress NNE-SSW with pure compressional regime in Pliocene. Generally, the paleostress is rotating clockwise, and stratigraphy of every tectonic events show an opportunity to the petroleum potential of this basin. Keywords: Tectonostratigraphy, Banyumas basin, Petroleum potentia
    corecore