5 research outputs found

    RANCANG BANGUN BURNER KOMPOR METHANOL DIAMETER BURNER 9.5 CM DENGAN VARIASI LUBANG 16.20.22 DIAMETER LUBANG 5 MM

    Get PDF
    Kompor dengan minyak tanah banyak digunakan dimasyarakat karena mudah dalam pengoperasiannya dan kompornya mudah didapat dan murah.Saat ini minyak tanah subsidinya dicabut pemerintah sehingga harganya menjadi mahal,maka perlu penggunaan bahan bakar alternatif yaitu methanol. Penelitian ini bertujun untuk mengetahui pengaruh jumlah lubang burner kompor methanol terhadap karakteristik pembakaran. Penelitian pada kompor methanol diawali dengan mengukur temperatur api,mengukur konsumsi bahan bakar selama 20 menit, kemudian dilanjutkan mengukur waktu pendidihan 1 liter air. Bahan burner menggunakan stanlis, model burner dibuat dengan 3 variasi jumlah lubang burner 16,20 dan 22. Karakteristik pembakaran yaitu dengan cara mengukur temperatur api yang dihasilkan melalui 4 titik, konsumsi bahan bakar selama 20 menit dan waktu pendidihan air Hasil penelitian diketahui bahwa variasi jumlah lubang burner berpengaruh terhadap karakteristik pembakaran.Temperatur api tertinggi diperoleh pada burner lubang 22 dengan temperatur rata- rata 5930C dan waktu pendidihan yang paling cepat diperoleh pada burner lubang 22 selama 15 menit.. Konsumsi bahan bakar yang paling hemat sampai air mendidih diperoleh pada burner lubang 16 sebanyak 38 ml, Kestabilan nyala api terbaik diperoleh pada burner lubang 20

    Efektivitas Ekstrak Daun Phaleria macrocarpa ( Scheff.) Boerl. sebagai Larvasida Aedes aegypti

    Get PDF
    Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue). Daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) memiliki efek larvasida karena mengandung saponin dan alkaloid yang bersifat toksik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun mahkota dewa sebagai larvasida Aedes aegypti, serta mengetahui Lethal Concentration (LC)50, LC90, LC95, Lethal Time (LT)50, LT90, dan LT95. Desain penelitian ini adalah eksperimental murni dengan subyek larva Aedes aegypti (540 larva), dibagi sembilan kelompok: kelompok kontrol negatif (akuades), kontrol positif (Temephos 1 ppm) dan tujuh kelompok perlakuan (2 ,5%, 2%, 1,5%, 1%, 0,5%, 0,25% dan 0,125%). Setiap kelompok terdiri atas 20 ekor dengan replikasi sebanyak tiga kali. Mortalitas larva dihitung setiap 4 jam selama 24 jam. Analisis probit digunakan untuk mengetahui LC50, LC90, LC95, LT50, LT90, dan LT95. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai LC50 = 1,175%, LC90 = 1,840%, LC95 = 2,029%, LT50 =0,811 jam, LT90 = 11,879 jam dan LT95 = 15,477 jam. Ekstrak daun mahkota dewa efektif sebagai larvasida Aedes aegypti. Analisis ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara ekstrak daun mahkota dewa 2,5% dan 2% dengan Temephos 1 ppm. Konsentrasi ekstrak 2,5%, 2%, 1,5%, 1%, dan 0 ,5% berbeda signifikan dengan kontrol negatif (akuades) sedangkan ekstrak 0,25%, dan 0,125% tidak berbeda signifikan dengan kontrol negatif. Ekstrak daun mahkota dewa konsentrasi 2,5% dan 2% sama efektifnya dengan Temephos 1 ppm terhadap larva Aedes aegypti.Aedes aegypti mosquito is the main vector of DHF (Dengue Hemorrhagic Fever). Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) leaf known to have larvicidal effect because content saponin and alkaloid which are toxic. The objective of this research is to determine the effectiveness of Mahkota dewa leaf extract as larvacide Aedes aegypti, as well as knowing Lethal Concentration (LC)50, LC90, LC95, Lethal Time (LT)50, LT90, and LT95. This research was performed by using posttest only control group design. The subject were 540 larvae of Aedes aegypti, divided into nine groups: negative control (aquades), positive control (Temephos 1 ppm) and seven concentration of leaf extract (2.5%, 2%, 1,5%, 1 %, 0,5%, 0,25%, dan 0,125%). Each group consist of 20 larvae with three times replication in every treatment. Larval mortality was calculated every four hours for 24 hours. Probit analysis is used to determine the LC50, LC90, LC95, LT50, LT90, and LT95. The results of this research show that LC50=Ā  0.230%, LC90= 0.286%, LC95= 0.302%, LT50= 0.987 hours, LT90= 12.547 hours, and LT95=Ā  15.827 hours. Anova analysis result show that there is no significantly differences between mahkota dewa leaf extract 2.5 % and 2% with Temephos 1 ppm (p0,05). Extract concentration 2,5%, 2%, 1,5%, 1%, 0,5% and 0,25% have significant differences to aquades (negative control) (p0,05). Mahkota dewa leaf extract concentration 0,25% and 0,125% have no significant differences to aquades extract concentration 2.5% and 2 %Ā  is as effective as Temephos 1 ppm to Aedes aegypti larvae

    PENGARUH PEMBERIAN ANALGESIK KOMBINASI PARASETAMOL DAN TRAMADOL TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR

    Get PDF
    Latar Belakang : Kombinasi analgesik parasetamol dan tramadol sering digunakan untuk menangani nyeri sedang hingga berat. Kombinasi tersebut memiliki efek sinergisme sehingga efektif dalam menangani nyeri. Penggunaan kombinasi parasetamol dan tramadol dapat menurunkan risiko kerusakan hepar. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian kombinasi analgesik parasetamol dan tramadol terhadap kadar SGOT tikus wistar. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain Post-Test Only Control Group Design. Sampel adalah 20 ekor tikus wistar jantan dengan kriteria tertentu, dibagi secara acak menjadi 4 kelompok. Kelompok I merupakan kelompok kontrol, Kelompok II diberi parasetamol dosis 9 mg, Kelompok III diberi tramadol 0,9 mg, dan Kelompok IV diberi kombinasi parasetamol dosis 9 mg dan tramadol dosis 0,9 mg. Pemberian dilakukan secara oral dengan sonde lambung 3 kali sehari selama 14 hari. Hari ke 15 tiap tikus dibius dan diambil darahnya melalui pembuluh darah retroorbita untuk diukur kadar SGOT nya. Data yang didapatkan di analisa menggunakan uji One-Way ANOVA dan uji Post-Hoc. Hasil : Pada uji One-Way ANOVA didapatkan perbedaan yang signifikan (p=0,02) antara semua kelompok. Pada uji Post-Hoc tidak didapatkan perbedaan yang signifikan pada kontrol terhadap perlakuan parasetamol (p=0,980), kontrol terhadap perlakuan tramadol (p=0,910), kontrol terhadap perlakuan kombinasi (p=0,614), dan perlakuan tramadol terhadap perlakuan kombinasi (p=0,218).Namun, terdapat perbedaan yang signifikan pada perlakuan parasetamol terhadap perlakuan tramadol (p=0,003), dan perlakuan parasetamol terhadap perlakuan kombinasi (p=0,037). Simpulan : Tidak terdapat perbedaan kadar SGOT yang bermakna antara pemberian kombinasi parasetamol dan tramadol dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kata kunci : Parasetamol, tramadol, nyeri, kadar SGO

    Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Menggunakan Es Kering dengan Penambahan Campuran Silika Gel

    Get PDF
    Proses pendinginan dengan menggunakan es basah sebagai media pendinginanĀ  hanya bertahan dalam waktu singkat (35 jam). PenambahanĀ  campuran silica gelĀ  merupakan salah satu alternatif bahan refrigerant (pendingin). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lama waktu yang dicapai alat pendingin dengan penambahan uap es kering dan campuran silika gel . Sistem pendingin ini dirancang dengan menggunakan cool box pertama sebagai tempat ikan dengan es basah dan coolbox kedua sebagai tempat es kering dan campuran silika gel tersebut . Uap dingin yang keluar dari es kering dan campuran silica gel dialirkan ke kotak yang pertama dengan menggunakan blower. Silika gelĀ  mampu mempertahankan suhu rendah dalam waktu yang lama akan tetapi kurang stabil. Suhu terendah (-2Ā°C) dicapai pada menit ke-1950 hingga menit ke-2610, dengan rentang waktu pendinginan total adalah 8310 menit atau setara dengan ( 138 jam 30 menit)

    Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Menggunakan Es Kering dengan Penambahan Campuran Silika Gel

    No full text
    Proses pendinginan dengan menggunakan es basah sebagai media pendinginanĀ  hanya bertahan dalam waktu singkat (35 jam). PenambahanĀ  campuran silica gelĀ  merupakan salah satu alternatif bahan refrigerant (pendingin). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lama waktu yang dicapai alat pendingin dengan penambahan uap es kering dan campuran silika gel . Sistem pendingin ini dirancang dengan menggunakan cool box pertama sebagai tempat ikan dengan es basah dan coolbox kedua sebagai tempat es kering dan campuran silika gel tersebut . Uap dingin yang keluar dari es kering dan campuran silica gel dialirkan ke kotak yang pertama dengan menggunakan blower. Silika gelĀ  mampu mempertahankan suhu rendah dalam waktu yang lama akan tetapi kurang stabil. Suhu terendah (-2Ā°C) dicapai pada menit ke-1950 hingga menit ke-2610, dengan rentang waktu pendinginan total adalah 8310 menit atau setara dengan ( 138 jam 30 menit).</p
    corecore