135 research outputs found
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) INTERNASIONAL DI KOLEJ VOKASIONAL KLUANG Km 3, Jalan Mengkibol, 8600 Kluang, Johor Darul Takzim, Malaysia
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Internasional merupakan kegiatan
latihan merencanakan, latihan mengajar, dan mengevaluasi proses pembelajaran
teori dan pembelajaran laboratorium bersifat kurikuler yang dilaksanakan oleh
mahasiswa terpilih suatu Program Studi Kependidikan Fakultas Teknik (FT)
Universitas Negeri Yogyakarta, yang mencakup tugas – tugas keguruan vokasi
dan kependidikan dalam rangka memenuhi persyaratan pembentukan tenaga
kependidikan vokasi yang profesional berwawasan global. PPL Internasional ini
bertujuan Memberikan pengalaman mahasiswa FT UNY untuk mengajar teori
dan atau praktik pada bidang keahlian yang sesuai dengan program studi
mahasiswa, Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mengajar mahasiswa FT
UNY dalam mengelola pembelajaran vokasi, Memberikan wawasan dan konsep
pendidikan vokasi di Malaysia, dan Mengenalkan budaya dan pendidikan vokasi
di Malaysia.
Kegiatan pelaksanaan PPL Internasional di jurusan Teknologi Electronic
Kolej Vokasional Kluang Km 4, Jalan Mengkibol, 8600 Kluangm Johor Darul
Takzim, Malaysia dilaksanakan secara bertahap yaitu dimulai dari observasi
hingga pelaksanaan PPL Internasional. Setelah dilakukan observasi maka dapat
dibuat suatu perencanaan program kerja. Adapun program kerja yang
dilaksanakan oleh mahasiswa PPL Internasional di Jurusan Teknologi Electronik
Kolej Vokasional Kluang terbagi dalam program praktik mengajar dan praktik
manajemen persekolahan. Praktik mengajar selama PPL di Malaysia yaitu
mengajar 3 buah mata pelajaran yaitu 1) ETN 204 - Industrial automation, 2)
ETN 401 – Digital Electronic and Application 2, 3) ETN 402 – Power Electronic.
Adapun Program Praktik Manajemen persekolahan yaitu : 1 ) Administrasi Kelas,
2) Perhimpunan Minggu, 3) Mesyuarat Guru, 4) Hari Sukan Kejohanan Padang
dan Balapan. 5) Gotong Royong Asrama, 6) Ceramah Kerjaya Pelajar Tahun 3
dan 4, 7) Hari Gotong Royong 5S, 8) Hari Kokurikulum, 9) Pemecahan Rekod
MySilat MyFest 2015
Kegiatan pelaksanaan PPL Internasional di Jurusan Teknologi Electronic
Kolej Vokasinoal berlangsung selama kurang lebih 1 bulan dengan hasil program
administrasi kelas berupa penyusunan administrasi kerja guru dan rencana
mengajar versi Kolej Vokasional Kluang Malaysia. Hasil program manajemen
sekolah berupa pengalaman mahasiswa berkaitan dengan kegiatan – kegiatan
kolej vokasional Kluang yang bersifat kurikuler
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTIONS STUDENTS HAVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM KELAS VII A MTs AL-WAHHAB KRADENAN TAHUN AJARAN 2010/2011
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi pembelajaran kelas VIIA MTs Al-Wahhab Kradenan yang terdapat kelemahan, antara lain: kurangnya keaktifan siswa, pemahaman, motivasi, dan hasil belajar siswa rendah. Penelitian ini
bertujuan meningkatkan hasil belajar biologi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa kelas VIIA MT Al-Wahhab Kradenan tahun ajaran 2010/2011 dengan penerapan strategi pembelajaran Questions Students Have. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan analisis data
deskriptif kuantitatif. Sumber data diperoleh dari hasil belajar aspek kognitif mata pelajaran biologi, pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran (aspek afektif) dan keterampilan siswa dalam menggambar, membaca gambar, dan
menjelaskan gambar (aspek psikomotorik). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar di setiap siklus. Rerata kelas hasil belajar aspek kognitif siklus I sebesar 71,30, siklus II sebesar 80,92, mencapai target 92,58%. Rerata kelas hasil belajar aspek afektif siklus I dengan skor nilai 3,25 kriteria cukup baik, siklus II dengan skor nilai 3,65 kriteria baik mencapai target 98,50%. Rerata kelas hasil belajar aspek psikomotorik siklus I dengan skor nilai 2,63 kriteria cukup baik, siklus II dengan nilai 3,59 kriteria baik mencapai target 96%. Peningkatan hasil belajar aspek kogntif siklus II sebesar 33,33% dari siklus I. Peningkatan hasil belajar aspek afektif siklus II sebesar 20,37% dari siklus I. Peningkatan hasil belajar aspek psikomotorik siklus II sebesar 32,40% dari siklus I. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran
Questions Students Have dapat meningkatkan hasil belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pokok bahasan ekosistem (biologi) siswa kelas VIIA MTs Al-Wahhab Kradenan tahun ajaran 2010/2011
Application of lipase technology for transesterification of fatty acid ester
We have reported the potency of microbial extracellular enzyme for synthesis of fatty acid ester. Further investigation was aimed to study capacity of the enzyme on bioprocess of crude palm oil by transesterification of saturated fatty acid to fatty acid ester. We have studied some lipases from culture filtrate of Candida rugosa FM-9301, Bacillus subtilis FM-9101 and Pseudomonas aerogenes FM-9201, which were preincubated in a medium containing olive oil as inducers, using a shaker under conditions that allowed for lipase production at pH 4.5-6.5 and room temperature for 5 days. Those strains shown different activities during the hydrolysis of substrates, which resulted in decreasing or increasing free fatty acids those, were liberated from media containing crude palm oil and organic solvents. The optimal transesterification condition was at temperature of 45-50ï‚°C and at pH 4.5 for C. rugosa and pH 6.0 to 7.0 for P. aerogenes and B. subtilis. Under the enzyme concentration of 50% (v/v), the transesterification was rapidly occurred, while at the concentration of 20% (v/v) the enzymatically biosynthesis required longer incubation period. The substrates incubated with C. rugosa lipase exhibited higher linoleic and linolenic acid (7.16 and 2.15%, respectively), than that of B. subtilis lipase (4.85% and 1.43%, respectively), while P. aerogenes lipase (3.73% and 1.11%, respectively)
Application of Bioprocessed SBE Based Biovigorant as Soil Enhancer
One of efforts to accelerate the process of restoring degraded agricultural lands is to use soil enhancer or soil conditioner in order to create an environment that is conducive to environmental protection, support plant growth and production, development of soil biota, and increase soil resistance to erosion, thus the soil enhancer must have the ability to facilitate optimal supply of nutrients, water and air. This study used a completely randomized design consisting of several treatments, respectively; Control (no soil enhancer), Zeolite (inorganic soil enhancer), and Biovigorant based bioprocessed spent bleaching earth (SBE, organic soil enhancer). The results showed that the biovigorant met the requirements of environmental quality standards based on government regulation and fulfills the technical quality requirements as a soil enhancer with special functions. Although the use of biovigorant may improve the soil chemical properties, however, it does not have a significant impact on agronomic factors. The use of biovigorant did not accumulate heavy metals, such as AS, Hg, Pb, Cd, Cr, Ni towards soil, water, and plants, but has a comparable effect with zeolite regarding with chemical properties and plant growth. As an organic soil enhancer, biovigorant meets all the minimum technical requirements. The use of biovigorant in agricultural crops, especially maize, did not contribute negatively to the accumulation of the heavy metals in the surrounding soil and water, and furthermore, based on mass balance analysis, the biovigorant did not provide the potential for accumulation in the next growing season.
 
DEVELOPMENT OF PURE CULTURE STARTER FOR KECAP, AN INDONESIAN SOY SAUCE [Pengembangan Ragi Kecap Khas Indonesia Dengan Biakan Murni]
In order to prevent aflatoxin contamination during the production of kecap, an Indonesian soy sauce, a white-spored mutant K-IA strain induced from an aflatoxin-negative koji mold was applied to koji making process of kecap. While kecap koji making process took 9 days by conventional method without inoculum, the use of K-IA strain as a starter shortened the process to 3 days at room temperature. The koji prepared with this starter contained 2.3 x 107 cfu/g of Aspergillus sp. K-IA as the dominant speciesand some contaminants from the environment such as other species of Aspergillus (2.0 x 10 cfu/g) and Mucorales (1.4 x 10s cfu/g). The mash prepared with kecap koji inoculated with this starter contained higher formol nitrogen (FN) and water-soluble nitrogen (WN) than those prepared with koji inoculated without any starter.These results demonstrated that the use of this starter did not only contribute to the prevention of aflatoxin contamination but also improved the conventional kecap fermentation process
PELEBURAN TRADISIONAL PASIR BESI BENGAWAN SOLO DAN PASIR BESI MERAPI UNTUK BAHAN BAKU BESI KERIS DAN PAMOR KERIS: PENELITIAN HIBAH BERSAING
Teknologi peleburan besi dan pengetahuan logam sudah ada semenjak nenek moyang bangsa Indonesia
datang, membawa teknologi peleburan besi. Besi dipakai sebagai senjata atau alat pertanian, pertukangan
guna menujang kehidupannya. Keris pada zaman dahulu adalah senjata, tercipta dari buah akal budi
manusia, digunakan untuk berbagai kepentingan di masyarakatnya. Keris adalah produk seni tempa pamor
atau tosan aji, yang mempunyai nilai estetika sangat tinggi. Empu keris dizaman dahulu membuat sendiri
bahan baku besi, dan pamornya, secara tradisional dengan peralatan sederhana. Sebelum abad XVIII besi
yang ada dipulau Jawa dibuat secara mandiri dari bahan baku lokal, bukan didatangkan dari daerah jauh.
Bahan baku keris diperkirakan dibuat dari bahan baku lokal berasal dari pasir besi. Pasir besi didapatkan dari
material vulkanik maupun tektonik yang banyak terdapat di Jawa. Pamor keris dapat dibuat dari pasir besi
erupsi vulkanik gunung Merapi diambil dari alur sungai yang berhulu di gunung Merapi. Pasir besi
Bengawan Sala yang berhulu daerah tektonik, dapat dijadikanbahan besi keris.
Bangsa Barat datang ke Jawa, membawa serta bahan besi dan baja didatangkan dari Eropa, merupakan
hasil pabrik yang berdiri setelah revolusi industri tahun1800. Besi dan baja didatangkan untuk keperluan
bangunan, tranportasi, konstruksi, peralatan, melalui jalur perdagangan Belanda. Empu keris kemudian lebih
lebih memilih bahan besi, baja, dan pamor, dari Eropa, dari pada membuat bahan besi dan pamor, secara
tradisional berbahan lokal. Pengetahuan tentang bahan besi pelikan Jawi sebagai bahan baku tradisional
keris, sudah hilang semenjak pemerintahan Paku Buawana X. Di masa sekarang ini sudah tidak ada literatur,
maupun orang yang mengenalnya. Kehilangan pengetahuan tradisional tentang bahan keris, sangatlah sulit
dicari jejaknya, sangat disayangkan sekali. Diperlukan rekonstruksi cara pemahaman, teknik pembuatan, uji
materi bahan baku keris berbahan tradisional dimasa lalu
Biji besi yang ada dunia ini selalu berbentuk sebagai besi oksida yang harus diolah dengan cara dilebur
dengan tungku peleburan. Bahan baku bijih besi di zaman kuno telah dibuat semenjak 1200 SM, dilebur
dengan tungku peleburan kuno atau iron bloomery furnance. Hasil peleburan berupa bongkahan besi kasar
yang disebut iron bloom. Cara mengolah iron bloom bengawan Sala menjadi besi keris menggunakan teknik
ditapih. Cara ini dilakukan dengan memasukkan besi kasar kedalam selongsong kemudian ditempa secara
bersamaan kemudian di wasuh ditempa untuk membersihkan kotorannya. Pembuatan pamor keris dari pasir
besi gunung Merapi juga dibuat dengan cara yang sama seperti besi Bengawan Sala. Dari dua bahan lokal
tersebut, hasilnya dapat ditempa untuk dijadikan menjadi bilah keris yang berpamor.
Uji materi yang dilakukan dari keris yang telah dibuat dari bahan lokal, kemudian dipindai dengan Xray
florosence material senyawa kimia besi keris bengawan Sala mengadung besi atau Fe 94,77 % dan
kandungan senyawa lain adalah 6%. Pamor Merapi Fe hanya mengandung besi 44,70%, kandungannya
lebih besar adalah logam lainnyadan unsur oksida dari pada besinya. Namun setelah keduanya digabung
untu mejadi keris Fe hanya 44 5% sedang yang lain adalah unsur senyawa logam lainnya. Kekerasan besi
bengawan Sala pada konversi HB adalah 146,6 cukup keras untuk berfungsi sebagai senjata.Uji materi keris
besi Bengawan Sala pamor merapi, dapat dibandingkan dengan persenjataan lama berupa tombak buatan
zaman Kartasura sebagai pembandinya. Dari hasil pembandingan tersebut hasil keduanya materinya sangat
mirip. Hal ini dikuatkan oleh amatan visual, para ahli keris yang mempunyai kompetensi dalam keahliannya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kemungkinan besar zaman dahulu, para empu keris membuat keris dan
persenjataan lainnya menggunakan bahan baku lokal.
Kata Kunci : Budaya, Bahan baku besi keris, Pasir besi Bengawan Sala dan pasir besi Merapi sebagai
bahan keri
PELEBURAN TRADISIONAL PASIR BESI BENGAWAN SALA DESA TAWANGSARI DAN PASIR BESI LUWU SULAWESI SELATAN UNTUK BAHAN BAKU BESI KERIS DAN PAMOR KERIS PENELITIAN HIBAH BERSAING
Teknologi peleburan besi dan pengetahuan logam sudah ada semenjak nenek moyang bangsa
Indonesia. Besi dipakai sebagai bahan senjata atau alat pertanian, pertukangan guna menunjang
kehidupannya. Keris adalah senjata dari produk seni tempa pamor atau tosan aji, yang mempunyai
nilai estetika sangat tinggi. Empu keris di zaman dahulu membuat sendiri bahan baku besi, dan
pamornya, secara tradisional dengan peralatan sederhana. Sebelum abad XVIII besi yang ada di pulau
Jawa dibuat secara mandiri dari bahan baku lokal. Pada penelitian tahap pertama berhasil membuat
keris dengan bahan baku pasir besi bengawan Sala desa Butuh Klaten dan pasir besi erupsi vulkanik
Merapi sebagai bahan baku pamor sanak. Selain itu diterangkan di manukrip pamor dapat dibuat
dari pamor Luwu selain itu juga dibuat dari pamor meteor. Groneman meneliti keris pada tahun 1900
di Puro Pakualaman Yogyakarta, sudah berusaha mencari pamor Luwu walau dibantu oleh Residen
Makasar, namun tidak berhasil mendapatkannya. Pamor Luwu sudah hilang dari pasar Makasar, empu
keris sudah tidak mengetahui cara pembuatannya. Karakteristik pamor Luwu hanya diketahui dari
kisah para empu jauh sebelumnya. Pamor Luwu seperti dipaparkan oleh I Groneman telah hilang
lama sebelum tahun 1900. Saat itu empu keris hanya memakai pamor meteor, nikel untuk industri,
serta barang rongsokan seperti peleg roda sepeda. I Groneman mempertanyakan kelebihan pamor
Luwu dibandingkan pamor lainnya. Pertanyaan berumur satu abad semenjak Groneman meneliti keris
sampai sekarang belum dapat terjawab. Saat itu pamor Luwu menjadi teka teki mengapa pamor
dulunya biasa dibuat bahan keris kemudian hilang dari masyarakat.
.Penelitian dari OXIS yang dilakukan pada tahun 1999 sedikitnya mulai menguak tentang
misteri keberadaan pamor Luwu di daerah mana saja yang menghasilkan pamor Luwu. Pengusahaan
peleburan bijih nikel dari di suatu tempat seperti Sorowako, dan daerah dekat Matano semenjak abad
ke 12 dan 13. Jejak bekas peleburan besi mentah telah ditemukan pada situs penelitian tersebut. Selain
itu juga telah ada industri besi bahan pamor abad 14th, memanfaatkan Limbong, Malili, Pattimang
tua sebagai tempat pusatnya pembuatan pamor Luwu telah terkenal atara abat 14th dan 16. Dari
penelitian OXIS kemudian berbagai usaha untuk memunculkan kembali pamor Luwu semakin
mendekati kenyataan, beberapa percobaan mengenai peleburan besi mulai dilakukan Dari
Percobaan tersebut memberikan arah untuk mengungkap tentang pamor Luwu.
Besi Luwu adalah besi ussu merujuk asalnya dari Matano, selain itu menurut peta geologi ada di
danau Tiwoti sampai di Poso, dahulunya tercakup daerah Luwu. Sangat luar biasa bila menelusur
jalan dari danau Tiwoti dan Matano menyusur sampai di kota Malili, kemungkinan jalur itu merupakan
jalur tradisional perdangangan nikel ore dari pusatnya menuju tempat peleburan di Malili. Pamor
Luwu berupa nikel ore yang banyak terdapat didaerah tersebut. Pengambilan sampel dilakukan untuk
membuat pemor Luwu yang telah hilang lebih dari satu abad.
Pelebur dilakukan sehingga batu nikel tersebut dapat digunakan sebagai bahan pamor.
Selain itu juga dilakukan peleburan pasir besi bengawan Sala desa Tawangsari untuk bahan
baku besi keris yang akan dibuat. Setelah dilakukan penempaan maka jadilah keris dengan
bahan besi bengawan Sala desa Tawangsari bahan pamornya adalah pamor Luwu. Dari keris
tersebut bahanya dapatdilakukan uji materi sampelnya sudah disediakan. Untuk penelitian
tahap ke tiga akan dilakukan uji materi dari bahan baku pasir besi dan batu nikel sehingga
menjadi keris
Characterization of virgin coconut oil fermented using starter culture prepared with probiotic bacterial strain
Fermented Coconut Oil (FCO) stands out as a unique form of pure coconut oil, processed through fermentation with a starter culture. Primarily composed of medium-chain saturated fatty acids, it inherits the biological properties of coconut oil, extensively studied for its remarkable antibacterial potential. The high concentration of medium-chain fatty acids, particularly lauric acid and its monoglyceride derivative, monolaurin. endows FCO with potent antibacterial properties. This enables FCO to combat a range of pathogenic microorganisms effectively. This study investigated the antibacterial activity of FCO against cultured pathogens, including Listeria monocitogenes, Bacillus cereus and Salmonella typhimurium. The results revealed the ability of FCO to inhibit the growth of these pathogens. Regarding in vivo testing with mice, parameters such as weight gain, blood sugar, cholesterol. and triglyceride levels were assessed in blood serum. Histopathological examination of the spleen, liver, kidneys, and intestines did not reveal any adverse changes. However, mice infected with Escherichia coli and simultaneously given FCO showed focal necrosis in the liver due to E. coli infection. Observation of kidney tissue showed glomerular swelling and renal tubular epithelial necrosis in some groups, but did not appear in the control group. In particular, the group infected with E. coli and given FCO showed glomerular swelling and renal tubular epithelial cell necrosis. This shows the potential of FCO in reducing bacterial infections and highlights its impact on kidney health by preventing inflammation and necrosis in the kidneys
- …