Teknologi peleburan besi dan pengetahuan logam sudah ada semenjak nenek moyang bangsa Indonesia
datang, membawa teknologi peleburan besi. Besi dipakai sebagai senjata atau alat pertanian, pertukangan
guna menujang kehidupannya. Keris pada zaman dahulu adalah senjata, tercipta dari buah akal budi
manusia, digunakan untuk berbagai kepentingan di masyarakatnya. Keris adalah produk seni tempa pamor
atau tosan aji, yang mempunyai nilai estetika sangat tinggi. Empu keris dizaman dahulu membuat sendiri
bahan baku besi, dan pamornya, secara tradisional dengan peralatan sederhana. Sebelum abad XVIII besi
yang ada dipulau Jawa dibuat secara mandiri dari bahan baku lokal, bukan didatangkan dari daerah jauh.
Bahan baku keris diperkirakan dibuat dari bahan baku lokal berasal dari pasir besi. Pasir besi didapatkan dari
material vulkanik maupun tektonik yang banyak terdapat di Jawa. Pamor keris dapat dibuat dari pasir besi
erupsi vulkanik gunung Merapi diambil dari alur sungai yang berhulu di gunung Merapi. Pasir besi
Bengawan Sala yang berhulu daerah tektonik, dapat dijadikanbahan besi keris.
Bangsa Barat datang ke Jawa, membawa serta bahan besi dan baja didatangkan dari Eropa, merupakan
hasil pabrik yang berdiri setelah revolusi industri tahun1800. Besi dan baja didatangkan untuk keperluan
bangunan, tranportasi, konstruksi, peralatan, melalui jalur perdagangan Belanda. Empu keris kemudian lebih
lebih memilih bahan besi, baja, dan pamor, dari Eropa, dari pada membuat bahan besi dan pamor, secara
tradisional berbahan lokal. Pengetahuan tentang bahan besi pelikan Jawi sebagai bahan baku tradisional
keris, sudah hilang semenjak pemerintahan Paku Buawana X. Di masa sekarang ini sudah tidak ada literatur,
maupun orang yang mengenalnya. Kehilangan pengetahuan tradisional tentang bahan keris, sangatlah sulit
dicari jejaknya, sangat disayangkan sekali. Diperlukan rekonstruksi cara pemahaman, teknik pembuatan, uji
materi bahan baku keris berbahan tradisional dimasa lalu
Biji besi yang ada dunia ini selalu berbentuk sebagai besi oksida yang harus diolah dengan cara dilebur
dengan tungku peleburan. Bahan baku bijih besi di zaman kuno telah dibuat semenjak 1200 SM, dilebur
dengan tungku peleburan kuno atau iron bloomery furnance. Hasil peleburan berupa bongkahan besi kasar
yang disebut iron bloom. Cara mengolah iron bloom bengawan Sala menjadi besi keris menggunakan teknik
ditapih. Cara ini dilakukan dengan memasukkan besi kasar kedalam selongsong kemudian ditempa secara
bersamaan kemudian di wasuh ditempa untuk membersihkan kotorannya. Pembuatan pamor keris dari pasir
besi gunung Merapi juga dibuat dengan cara yang sama seperti besi Bengawan Sala. Dari dua bahan lokal
tersebut, hasilnya dapat ditempa untuk dijadikan menjadi bilah keris yang berpamor.
Uji materi yang dilakukan dari keris yang telah dibuat dari bahan lokal, kemudian dipindai dengan Xray
florosence material senyawa kimia besi keris bengawan Sala mengadung besi atau Fe 94,77 % dan
kandungan senyawa lain adalah 6%. Pamor Merapi Fe hanya mengandung besi 44,70%, kandungannya
lebih besar adalah logam lainnyadan unsur oksida dari pada besinya. Namun setelah keduanya digabung
untu mejadi keris Fe hanya 44 5% sedang yang lain adalah unsur senyawa logam lainnya. Kekerasan besi
bengawan Sala pada konversi HB adalah 146,6 cukup keras untuk berfungsi sebagai senjata.Uji materi keris
besi Bengawan Sala pamor merapi, dapat dibandingkan dengan persenjataan lama berupa tombak buatan
zaman Kartasura sebagai pembandinya. Dari hasil pembandingan tersebut hasil keduanya materinya sangat
mirip. Hal ini dikuatkan oleh amatan visual, para ahli keris yang mempunyai kompetensi dalam keahliannya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kemungkinan besar zaman dahulu, para empu keris membuat keris dan
persenjataan lainnya menggunakan bahan baku lokal.
Kata Kunci : Budaya, Bahan baku besi keris, Pasir besi Bengawan Sala dan pasir besi Merapi sebagai
bahan keri