58 research outputs found

    気候変化に伴う東シナ海および対馬暖流沿岸域の水温変動とその魚介類への影響

    Get PDF
    長崎大学学位論文 学位記番号:博(生)乙第10号学位授与年月日:平成19年9月12

    Evaluasi penerapan model kemitraan sosial dalam pemberdayaan nelayan untuk menanggulangi kemiskinan dan perlindungan kawasan konservasi laut.

    Get PDF
    Kemiskinan masih merupakan ancarnan kehidupan nelayan skala kecil. Hal ini karena asse5t dan akses nelayan terhadap modal dan cadangan ikan relative rendah. Berbagai program pemberdayaan telah dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan. Permasalahan penelitian ini adalah seberapa jauh peluang dan kendala pemberdayaan pendekatan Model Kemitraan Sosial dapat terlaksana penguatan kemandirian kelembagaan rurnahtangga nelayan dalam pengelolaan konservasi wilayah pesisir berbasis kesepakatan dan potensi internal masyarakat local. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan : (1) Melakukan evaluasi factor-faktor kritis dan kendala penerapan panduan pemberdayaan Model Kemitraan Sosial. (2) Menyusun program aksi, cara dan teknis operasional Model Kemitraan Sosial yang dapat dilakukan sebagai hasil evaluasi penerapan yang disepakati dalam mengelola konervasi wilayah pesisir secara berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode survei dan PRA (Participatory Rapid Appraisal). Data primer dikumpulkan dari responden rumahtangga nelayan menggunakan pendekatan Participatory Poverty Assessment (PPA) dan Sustainable Livelihoods Approach (SLA), Data kualitatif dikumpulkan dan dianalisis melalui pendekatan diskusi kelompok nelayan secara intensif (Focus Group Discussion, FGD). Hasil penelitian tahun sebelumnya (2010) telah tersusun panduan aturan local yang disepakati tentang penerapan Model Kemitraan Sosial tentang : (a) hak pemanfaatan, (b) kelembagaan pengelolaan konservasi wilayah pesisir, dan (c) aturan local untuk pengelolaan kawasan konservasi pesisir dan sumberdaya ikan secara berkelanjutan. Dari hasil evaluasi untuk penguatan peranserta masyarakat dalam pengelolaan konservasi wilayah pesisir terdapat beberapa factor kritis dalam penerapannya, yaitu (1) bertambahnya armada kapal kecil tanpa kendali/ tanpa ijin, (2) kesepakatan pilihan KKL, tipe VI, IUCN, dimana kegiatan pemanfaatan cadangan ikan tetap berlangsung dengan tetap adanya kewajiban nelayan untuk melindungi kawasan konservasi, (3) luas kawasan KKL yang haya sekitar 9,0 Ha, (4) agar pemerintah berperan sebagai fasilitator atas dasar prinsip co-management informatife, dan (5) dukungan PEMDA Kabupaten Pasuruan relative memerlukan penguatan. Untuk keperluan penyusunan program aksi dan teknis operasional Model kemitraan Sosial memerlukan dua tingkat rencana aksi pengelolaan konservasi kawasan pesisir Lekok, Kabupaten Pasuruan, yaitu : (1) Jangka pendek, PEMDA dan masyarakat memprioritaskan penyelesaian perencanaan sebagaimana diwajibkan dalam UU No. 27/2007 pasal 7, yaitu penyiapan dokumen : (a) perencanaan zonasi batas wilayah pengelolaan konservasi, (b) rencana pengelolaan dan (c) rencana aksi pengelolaan konservasi sumberdaya ikan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat local. (2) Jangka panjang, PEMDA dan masyarakat mempersiapkan dokumen kemungkinan penetapan Menteri DKP tentang wilayah Kawasan Konservasi Laut (KKL) Karang Kokop, Selat Madura, mengaci PP, No. 60/2007, pasal 16

    DESAIN DAN PEMASANGAN RUMAH IKAN SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN HASIL TANGKAPAN DI SENDANGBIRU KABUPATEN MALANG

    Get PDF
    The objective of community service project activity is produce fish housing to be owned by local fishermen. This device will be jointly managed and supervised by fisherman membership-based community known as Mina Rukun and Duyung Maju. This activity was performed in order to increase the fishermen involvement and community engagement to produce environmentally friendly collecting fish tool known as fish housing. The program was implemented in several stages, the first stage is the agreement confirmation with the fishermen community targeted, the second stage is open sea survey area to find the potential location for the fish housing, the third is the design manufacture and installation of fish housing and the last is the workshop for the fishermen to give information on how to make logbook for their fishing capture that will be beneficial for future management. The program was conducted over seven months i.e. from April – November 2017

    Variasi Komunitas Plankton dan Parameter Oseanografi di Daerah Penangkapan Ikan Pelagis di Perairan Malang Selatan, Jawa Timur

    Full text link
    The South Malang water is a potential area as a fishing ground. The existence of various species of small pelagic fishes such as planktivores fishes are directly influenced by the growth of phytoplankton and zooplankton. Phytoplankton has an important role as the basis of the food chain in aquatic ecosystems, whereas zooplankton is its predator. The growth of phytoplankton and zooplankton is influenced by oceanography factors. This study aims to determine the variation of the plankton community and its relationship with oceanographic parameters, as well as the spatial distribution of plankton in the fishing ground at South Malang water. The purposive sampling method with zigzag technique at 10 sampling sites was used in data collection in this research. Sedwicgk rafter counting cells were used in plankton counting methods. The plankton samples were taken horizontally and vertically at depths of 1 and 15 m with a 20 μm planktonnet, while in situ oceanographic parameters were measured using aqua quality sensor AAQ type 1183 C. The results showed that phytoplankton abundance was 49.764 cells / m3, dominated by the genus Chaetoceros (Bacillariophyceae), and zooplankton abundance of 894 ind / m3, dominated by the genus Nauplius (Copepoda). The diversity index and uniformity index of phytoplankton and zooplankton could be categorized as the middle as 1.77-1.85 and 1.70-1.77; 0.58-0.59 and 0.77-0.79, respectively, while the dominance index was included in the low category that was 0.27-0.28 and 0.24-0,27, respectively. Principal Component Analysis (PCA) analysis showed that the most important major oceanographic parameters for plankton community variation were turbidity, chlorophyll-a, dissolved oxygen and phosphate. T test results show that the spatial distribution of phytoplankton abundance and zooplankton at depth of 1 m and 15 m are significantly different. This study provides important information on the plankton abundance and oceanography factors affected at fishing ground of South Malang water

    Fluks Co2 di Perairan Pesisir Timur Pulau Bintan, Propinsi Kepulauan Riau

    Get PDF
    Proses pertukaran CO2  yang terjadi antara permukaan air laut dengan atmosfer merupakan aspek yang penting terhadap siklus karbon di samudera. Wilayah pesisir memiliki kontribusi besar dalam proses ini, karena kompleksnya interaksi yang terjadi antara atmosfer, daratan dan lautan. Proses penting dalam dinamika gas CO2 antara atmosfer dan air laut diawali dengan fungsi daya larut CO2 dan kecepatan transfer gas CO2 di permukaan laut atau disebut fluks CO2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena fluks CO2  antara permukaan air laut dengan atmosfer di pesisir timur Pulau Bintan beserta komponen sink dan source-nya, serta mengetahui parameter yang paling dominan terhadap proses tersebut, meliputi parameter fisika-kimia oseanografi, serta parameter sistem CO2 pada kurun waktu 16-18 Maret 2013. Permodelan OCMIP digunakan untuk mengidentifikasi nilai pCO2 air laut dalam penentuan nilai fluks CO2. Hasil analisis menunjukkan secara kesuluruhan perairan pesisir timur Pulau Bintan berperan sebagai penyerap CO2 (sink) dengan  rata-rata  emisi  CO2   dari  atmosfer  yang  masuk  ke  wilayah  permukaan  laut  sebesar  -0,43mmolC/m2/hari.  Analisis  statistik  Principal  Component  Analysis  (PCA)  menunjukkan  parameter  yangdominan terhadap perubahan nilai fluks CO2 adalah salinitas, konsentrasi Dissolved Inorganic Carbon (DIC), pCO2 air laut, serta nilai selisih tekanan parsial CO2 antara air laut dengan atmosfer (ΔpCO2). Kondisi fluks CO2  di pesisir timur Pulau Bintan lebih dipengaruhi oleh variasi musim dan dinamika oseanografi perairan Natuna serta Laut Cina Selatan dibandingkan dengan pengaruh dari daratan

    KAJIAN PERTUMBUHAN Kappaphycus alvarezii HASIL KULTUR JARINGAN PADA PERLAKUAN SUHU YANG BERBEDA

    Get PDF
    Saat ini awal dan akhir periode budidaya rumput laut sudah tidak dapat dipastikan lagi karena mengalami pergeseran yang diduga akibat perubahan iklim global.  Hal tersebut mengakibatkan gagal panen dan rendahnya rendemen karaginan.  Salah satu cara untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) adalah dengan mengkaji parameter kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhannya yaitu suhu.  Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh temuan baru mengenai pengaruh suhu terhadap pertumbuhan rumput laut.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Kappaphycus alvarezii yang diberi perlakuan suhu 200C, 250C, 300C, 350C dan 400C tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap rata-rata pertumbuhan hariannya. Kata kunci: suhu, pertumbuhan, Kappaphycus alvarezi

    VARIAN GENETIK Sardinella lemuru DI PERAIRAN SELAT BALI

    Get PDF
    Sardinella lemuru merupakan salah satu spesies ikan yang mendominasi di perairan Selat Bali. Identifikasi Sardinella lemuru dengan sardinella lain di perairan Selat Bali hanya dibedakan berdasarkan secara morfologi, sedangkan identifikasi genetik belum pernah dilakukan dan variasi gentetik juga belum diketahui. Penelitian ini bertujuan memastikan jenis Sardinella lemuru di perairan Selat Bali dan mengetahui variasi genetik dan kekerabatannya berdasarkan  gen Cythocrome oxidase sub unit 1 (COI). Metode yang dilakukan adalah dengan mengisolasi DNA dari organ tubuh ikan lemuru dan hasilnya diamplifikasi dengan gen COI, kemudian dilakukan skuensing untuk mendapatkan sekuen data ikan  lemuru perairan Selat Bali dan urutan basa hasil skuensing dianalisis menggunakan program MEGA 5.2. Hasil menunjukan bahwa ikan lemuru di Selat Bali termasuk kedalam spesies Sardinella lemuru dengan tingkat kesamaan analisis BLAST adalah sebesar 98-100%. 11 sampel skuen ikan lemuru membentuk 2 kelompok besar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa spesies Sardinella lemuru dan Sardinella longiceps merupakan speies ikan yang berbeda dengan jarak genetik 0,019Kata Kunci: COI, Sardinella lemuru, Selat BaliGENETIC VARIANCE OF Sardinela lemuru IN THE BALI STRAIT WATERSSardinella lemuru is one of the fish species that dominate in the Bali Strait. identification Sardinella lemuru with the others Sardinella in the Strait of Bali is based on morphological characteristics, whereas genetic identification of Sardinella lemuru in bali strait has not been done and variations genetic also unknown. This research aims to ascertain the type of sardinella lemuru in the bali strait and Determine genetic variation and kinship based on cytochrome oxidase subunit  (COI)  gene. The method is performed by isolating DNA from fish organs and the results are amplified by the COI gene skuensing then performed to obtain the data sequence of Sardinella lemuru Bali Strait and analyzed using the program MEGA 5.2. Results showed that lemuru in Bali Strait is sardinella lemuru species with the degree of similarity BLAST analysis of 98-100%. 11 samples skuen lemuru forming two large clad. The results also showed that the species Sardinella lemuru and Sardinella longiceps  different speies with genetic distance 0,019.Keywords: COI, Sardinella lemuru, Bali Strait

    Pemantauan Perubahan Garis Pantai Jangka Panjang dengan Teknologi Geo-Spasial di Pesisir Bagian Barat Kabupaten Tuban, Jawa Timur

    Get PDF
    Abstrak Pesisir Tuban bagian barat berpotensi mengalami perubahan garis pantai yang dipengaruhi oleh adanya pembangunan di wilayah pesisir berupa pelabuhan, permukiman, budidaya perikanan, dan reklamasi. Oleh karena itu perlu adanya pemantauan dinamika pesisir, kerusakan pesisir, dan perencanaan pembangunan pada kawasan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren perubahan garis pantai jangka panjang dalam kurun waktu 1973-2018 dan memprediksi garis pantai di Tuban bagian barat. Penelitian ini memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk pemantauan perubahan garis pantai di pantai dengan Citra Landsat tahun 1973, 1988, 1998, 2008, 2017, and U.S Army Map Service tahun 1964. Perhitungan perubahan garis pantai menggunakan aplikasi Digital Shoreline Analysis System (DSAS) dengan menggunakan metode Net Shoreline Movement (NSM) dan End Point Rate (EPR) untuk menganalisis perubahan garis pantai yang telah terjadi, sedangkan metode Linear Regression Rate (LRR) digunakan untuk memprediksi perubahan garis pantai pada 10 tahun mendatang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Pantai Tuban bagian barat akresi terbesar terjadi di Desa Remen yaitu sejauh 323 m dengan laju akresi sebesar 7,32 m/tahun. Sebaliknya abrasi tertinggi dialami oleh Desa Mentosa dengan rata-rata jarak abrasi sebesar 181,90 m dan rata-rata laju abrasi sejauh 4,11 m/tahun. Prediksi perubahan garis pantai untuk 10 tahun kedepan mengindikasikan terjadinya akresi di Desa Glodonggede dan abrasi di Desa Mentosa. Kata kunci: Garis Pantai, Akresi, Abrasi, Pemantauan, DSAS Abstract The western Tuban coast has the potential to experience shoreline changes influenced by the development in coastal areas in the form of ports, settlements, aquaculture and reclamation. Therefore, it is necessary to monitor coastal dynamics, coastal damage, and development planning in coastal areas. This study aims to determine the trend of long-term shoreline changes in the period 1973-2018 and predict coastlines in the western part of Tuban. This study uses remote sensing technology and Geographic Information System (GIS) to monitor changes in coastlines on the western coast of Tuban Regency with Landsat imagery in 1973, 1988, 1998, 2008, 2017, and US Army Map Service in 1964. Calculation of shoreline changes using Digital Shoreline Analysis System (DSAS) application using Net Shoreline Movement (NSM) and End Point Rate (EPR) methods to determine shoreline changes, while the Linear Regression Rate (LRR) method is used to predict shoreline changes in the next 10 years. The results showed that in the western part of Tuban Beach the largest accretion occurred in the village of Remen which was 323 m with an accretion rate of 7.32 m / year. Conversely, the highest abrasion was experienced by Mentosa Village with an average abrasion distance of 181.90 m and an average abrasion rate of 4.11 m / year. Predictions of shoreline changes for the next 10 years indicate the occurrence of accretion in Glodonggede Village and abrasion in Mentosa Village  Keywords: Shoreline, Accretion, Abrasion, Monitoring, DSA

    Analisis Strategi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Berbasis Resiliensi (Studi Kasus di Teluk Doreri, Kabupaten Manokwari)

    Get PDF
    Pengelolaan terumbu karang berbasis resiliensi merupakan paradigma baru dan telah menjadi konsep kunci untuk mendukung kemampuan sistem terumbu karang dalam menghadapi tekanan lokal dan dampak perubahan iklim. Pengelolaan berbasis resiliensi mencakup dua aspek penting, yaitu penilaian potensi resiliensi secara spasial dan perencanaan atau strategi pengelolaan yang sesuai dengan kondisi resiliensi sistem terumbu karang. Sejauh ini penelitian-penelitian untuk menentukan indikatorindikator penilaian resiliensi telah mengalami kemajuan yang berarti, namun masih terbatas dalam kerangka kerja untuk merumuskan strategi pengelolaan berdasarkan kondisi resiliensi ekosistem terumbu karang. Penelitian ini mengkombinasikan pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam penilaian resiliensi ekosistem terumbu karang, yaitu penilaian potensi rezime/status terumbu karang, penilaian potensi resiliensi dan penilaian potensi tekanan/stres dalam satu kerangka kerja (framework) untuk menentukan tindakan dan strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang di kawasan Teluk Doreri, Kabupaten Manokwari. Tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis status dan potensi rezim-rezim terumbu yang ada di ekosistem terumbu karang; 2) menganalisis potensi resiliensi ekologi terumbu karang; 3) menganalisis potensi tekanan aktivitas manusia terhadap terumbu karang; 4) memodelkan skenario perubahan tekanan terhadap resiliensi dan status terumbu karang; 5) merumuskan strategi pengelolaan yang mendukung resiliensi dan keberlanjutan ekosistem terumbu karang. Penelitian ini akan berkontribusi dalam mengisi kekosongan basis data terumbu karang, menyediakan informasi tentang kondisi terkini resiliensi ekosistem terumbu karang, serta berkontribusi dalam penyempurnaan kerangka kerja yang mengakomodir aspek penilaian resiliensi dalam perencanaan pengelolaan terumbu karang. Penelitian ini menerapkan metode deskriptif dengan observasi lapangan, studi dokumentasi, studi pustaka dan pemodelan statistik sebagai sumber datanya. Variabelvariabel yang digunakan dikelompokkan dalam 3 kelompok variabel, yaitu variabel proses, variabel tekanan dan variabel habitat bentik. Data dikumpulkan dengan menerapkan pendekatan lapangan (observasi dan wawancara), analisis laboratorium dan analisis spasial. Potensi rezim terumbu karang dinilai dengan menerapkan statistik deskriptif (mean±SE), analisis PSI (phase shift index), korelasi PCA, hierarchical cluster, dan K-means cluster. Pola spasial perubahan terumbu karang diperoleh melalui pemrosesan citra satelit Landsat multisensor dan multitemporal. Analisis potensi resiliensi relatif dan potensi tekanan mengikuti metode perhitungan menurut Maynard et al. (2015) yang meliputi proses kompilasi, normalisasi, pengaturan skala satu arah, perhitungan nilai rata-rata, perhitungan nilai potensi relatif dan penentuan ranking lokasi/site. Penentuan tindakan pengelolaan dilakukan melalui kueri nilai potensi resiliensi dan tekanan terhadap kriteria pengelolaan. Analisis persepsi masyarakat dilakukan melalui penerapan metode tabulasi yang didahului proses editing dan coding. Metode hybrid A’WOT diterapkan untuk analisis prioritas strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata persentase karang hidup di Teluk Doreri 46,75%, dimana tergolong cukup baik, namun demikian ada potensi perkembangan rezim abiotik dan alga yang diperkuat dengan pola spasial tren pengurangan tutupan karang hidup yang cukup tajam dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Potensi resiliensi ekosistem terumbu karang umumnya masih cukup baik berdasarkan indikator-indikator proses resiliensi, namun terdapat kelemahan pada aspek indikator biomassa dan kehadiran kelompok fungsional ikan herbivora. Hampir 50% lokasi yang disurvei menghadapi potensi tekanan atau stress yang tinggi, bahkan 70% lokasi mengalami tekanan tinggi khusus dalam bentuk tekanan penangkapan. Hasil queri terhadap kriteria-kriteria penentuan area target dan tindakan pengelolaan menunjukkan bahwa pengelolaan perikanan dan penegakan hukum adalah prioritas yang utama, disamping juga pemantauan pemutihan karang (bleaching) dan dukungan pemulihan. Prioritas strategi utama adalah meningkatkan keterpaduan antar sektor dan stakeholder dalam pengelolaan terumbu karang, membangun perilaku dan partisipasi aktif masyakat dalam pelestarian dan pengelolaan ekosistem terumbu karang, dan meningkatkan pemantauan kondisi terumbu karang dan efektifitas penegakan hukum. Berdasarkan hasil disarankan program pemantauan jangka panjang juga perlu dilakukan untuk memperoleh tren indikator-indikator proses resiliensi dan tantangan resiliensi. Disamping itu perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman, serta dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang mulai dari proses perencanaan sampai pengawasan dan evaluasi
    corecore