eJournal Badan Penelitan dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Not a member yet
    5504 research outputs found

    KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN GONAD DAN PEMIJAHAN IKAN TONGKOL KOMO BETINA (EUTHYNNUS AFFINIS (CANTOR, 1849)) YANG DIDARATKAN DI KEDONGANAN- BALI

    No full text
    Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia di Samudera Hindia dengan kode WPP-RI 572 dan 573 kaya akan potensi sumber daya ikan yang didominasi oleh ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis (Cantor, 1849). Pemanfaatan ikan Tongkol Komo telah melampaui batas optimal dengan tekanan penangkapan yang tinggi. Biologi reproduksi Tongkol Komo perlu diketahui untuk memastikan keberadaannya di alam. Tujuan dari penelitian ini adalah Tahap Kematangan Gonad (TKG) dan pemijahan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari, April, Juni hingga Desember 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kedonganan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive stratified sampling. Analisis histologi di Laboratorium Penelitian Perikanan Tuna, Denpasar. Hasil yang diperoleh bahwa pola pertumbuhan tuna komo didominasi oleh pola alometrik positif dengan sebaran panjang 20-65cmFL. Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) untuk betina 44,07 cmFL. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) pada klasifikasi makroskopis dan mikroskopis perkembangan gonad didominasi oleh ikan yang belum matang gonad. Musim pemijahan pada bulan Agustus dan Desember

    TRANSFORMASI KONSEP TATA KELOLA PENYELENGGARAAN KEAMANAN LAUT INDONESIA: SEBUAH TINJAUAN DARI PERSPEKTIF BADAN KEAMANAN LAUT

    No full text
    Keamanan maritim merupakan salah satu isu keamanan yang menonjol dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebagai negara kepulauan, Indonesia harus mampu mengakomodasi kepentingan internasional sehingga keamanan dan keselamatan di laut yang menjadi tuntutan masyarakat internasional dapat terpenuhi.Kepentingan nasional Indonesia sebagai negara maritim harus diturunkan menjadi kebijakan dan strategi maritim, dalam hal ini yaitu terkait dengan tata Kelola penyelenggaraan keamanan laut. Pertanyaanya, “apakah konsep dan sistem tata Kelola penyelenggaraan keamanan maritim saat ini telah berjalan dengan baik?”. Lalu, “bagaimana kosep tata Kelola penyelenggaraan keamanan maritim yang ideal dan mampu mewujudkan gagasan dan visi Pemerintah Indonesia di bidang kemaritiman secara keseluruhan?”Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Tinjauan literatur akan dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek yang menjadi pembahasan penting dalam penelitian ini. Studi komparatif akan digunakan untuk menemukan solusi dalam upaya memecahkan masalah penelitian. Analisis SWOT juga akan digunakan untuk mengidentifikasi faktor- faktor dan strategi, memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman, dalam upaya menghasilkan tata Kelola penyelenggaraan keamanan laut Indonesia yang lebih baik.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kondisi aktual dari tata Kelola penyelenggaraan keamanan laut Indonesia saat ini, beserta tantangan dan permasalahannya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi konsep tata Kelola penyelenggaraan keamanan maritim Indonesia yang ideal dan holistik melalui perspektif Bakamla yang memiliki kewenangan dalam penegakan hukum di laut. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menghasilkan konsep strategis yang bersifat adaptif dalam menghadapi potensi ancaman dan permasalahan di laut yang bersifat dinamis dan sulit untuk diprediksi

    IDENTIFIKASI POTENSI LAHAN GARAM DI KECAMATAN KAPETAKAN DAN SURANENGGALA KABUPATEN CIREBON DENGAN ALGORITMA MACHINE LEARNING RANDOM FOREST

    No full text
    Kabupaten Cirebon berada di sepanjang pantai utara laut jawa dan memiliki potensi pengembangan usaha tambak garam dengan garis pantai sepanjang +77,97 km. Kesiapan lahan garam cukup luas yaitu sebesar 1.557,75 Ha. Potensi ini sesuai dengan program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yaitu Sentra Ekonomi Garam Rakyat (SEGAR). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi lahan garam di Kecamatan Kapetakan sebagai kecamatan yang diprioritaskan sebagai lokasi pengembangan SEGAR dan Kecamatan Suranenggala sebagai Kecamatan yang bersebelahan. Metode penelitian yang digunakan adalah Algoritma Machine Learning Random Forest dengan menggunakan aplikasi Google Earth Engine dan Citra Satelit Sentinel 2A. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi lahan garam di Kecamatan Kapetakan diperkirakan sebesar 2.002,44 ha atau 30% dari luas total kecamatan dan potensi lahan garam di Kecamatan Suranenggala diperkirakan sebesar 417,02 ha atau 16% dari luas total kecamatan. Hal lain yang mendukung potensi pengembangan garam di Kecamatan Kapetakan adalah adanya sejumlah gudang garam yang dikelola swasta dan masyarakat, kecocokan kesesuaian tata ruang dengan RTRW Kabupaten Cirebon, rata-rata petak lahan kepemilikan petambak garam lebih besar dari 5 ha sehingga memudahkan proses konsolidasi lahan dan aspek sosial masyarakat yang mendukung program pemerintah daerah, seperti masyarakat yang partisipatif, dan komunikatif

    Pengaruh Penambahan Larutan Kencur (Kaempferia galanga) Pada Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp)

    No full text
    Pada kegiatan budidaya penggunaan suplemen pakan sangat diperlukan untuk meningkatkan nutrisi pada pakan sehingga memberikan pertumbuhan yang maksimal. Salah satu tanaman herbal dari bahan rempahrempah yang cocok dijadikan suplemen dalam pakan adalah kencur. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui efektivitas larutan kencur pada pakan komersial sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan lele. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Pada penelitian ini perlakuan 3 memberikan hasil yang terbaik dengan pertumbuhan panjang mutlak sebesar 5,2 cm dan bobot mutlak sebesar 4,5 gram. Pada perlakuan kontrol didapatkan hasil terendah dengan nilai panjang mutlak sebesar 4,6 cm dan bobot mutlak sebesar 3,7 gram. Tingkat kelulushidupan benih ikan lele selama pemeliharaan dengan nilai sebesar 94.3%

    KARAKTERISTIK PERIKANAN JARING ARAD DAN SEBARAN PANJANG UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI PERAIRAN MEULABOH

    Get PDF
    Umumnya, para nelayan di wilayah Meulaboh dan juga sepanjang pantai di Aceh Barat memanfaatkan jaring arad atau mini trawl sebagai alat untuk dapat menangkap hasil laut seperti udang dan ikan demersal. Selama periode antara bulan Maret hingga Desember 2019, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk dapat memahami aspek perikanan yang terkait dengan penggunaan jaring arad di wilayah perairan Meulaboh, serta untuk meneliti udang dogol (Metapenaeus ensis) yang merupakan tangkapan hasil laut mayoritas pada saat menggunakan jaring arad. Penggunaan jaring arad saat beroperasi dilakukan pada kedalaman perairan antara 5 hingga 35 meter. Penangkapan dilaksanakan sebanyak 6-10 kali dalam satu perjalanan, dengan durasi trip kurang lebih yaitu selama 1-2 hari. Hasil operasi penangkapan yang dilakukan mencakup 26 jenis, termasuk 8 jenis udang, 4 jenis krustasea, 2 jenis cumi-cumi, dan 12 jenis ikan. Komposisi jenis didominasi udang cakrek (Harpisquilla harpax) 11,5%, petek (Equulites leuciscus) sebesar 9,7%, buntal (Thorguigner tubercullife) 8,2%, kepiting kecil (Charybdis affinis) 6,9%, udang dogol (Metapenaeus ensis) 6,8% ikan lidah (Cynoglossus sp) 6,1%, udang kelong (Fenneropenaeus indicus)6,0%, baronang (Siganus sp.) 5,1% bilis (Herklotsichthys dispilonotus) 4,8%, tetengkek (Megalopsis cordilla) 4,0% dan lainnya dibawah 4%. Nilai kelimpahan udang paling banyak pada Agustus sebesar 36,66 kg/trip dan paling sedikit terdapat pada bulan April sebanyak 29,13 kg/trip. Sedangkan kelimpahan udang jenis dogol paling banyak terdpat pada bulan Juni yaitu sebesar 4,38 kg/trip dan terendah pada Desember. 1,88 kg/trip. Lokasi penangkapan jaring arad terdapat di perairan Meulaboh, dengan dugaan bahwa puncak musim penangkapan terjadi pada bulan Maret hingga Oktober. Panjang udang jingga yang berhasil ditangkap menggunakan jaring arad bervariasi antara 14,0 hingga 31,9 mmCL, dengan panjang pertama kali tertangkap (Lc) mencapai 21,81 mm, dan panjang pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 23,04 mm

    FISHING GROUND DAN POLA DISTRIBUSI SPASIAL TEMPORAL IKAN PELAGIS KECIL DI JMF TRIANGLE

    No full text
    Potensi perikanan pelagis di JMF triangle (Java sea-Makassar strait-Flores sea) salah satu yang terbesar di Indonesia, untuk itu perlu didukung informasi akurat mengenai lokasi fishing ground dan pola distribusinya agar stakeholder perikanan dapat mengelola dan memanfaatkan lebih baik. Penelitian ini bertujuan memetakan fishing ground dan pola distribusi ikan pelagis kecil di JMF triangle. Data yang digunakan: 1) hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan Pekalongan, Paotere dan Batu Licin; 2) citra satelit AQUA-MODIS dan SNPP-VIIRS. Analisis klorofil-a dan SPL menggunakan ArcGis, uji korelasi dan regresi sederhana untuk mengetahui hubungan sebaran ikan pelagis kecil dengan SPL dan klorofil-a, selanjutnya dipertajam dengan teknik overlay untuk menentukan pola sebaran. Informasi disajikan dalam peta tematik spasial-temporal dan info grafis. Hasil penelitian menunjukkan tangkapan ikan pelagis kecil menurut jumlahnya adalah Layang dengan total 77.288,16 ton (54,48 %), Lemuru 32.612,77 ton (22,99 %), Banyar 25.339,36 ton (17,86 %), dan Bentong 6.619,22 ton (4,67 %). Pola distribusi pada Musim Barat menunjukkan ikan pelagis kecil tersebar dengan konsentrasi tinggi di Lumu-lumu, Matasiri dan Aura yang didominasi Layang dan Lemuru, pada Musim Peralihan I masih tersebar dengan konsentrasi tinggi di Lumu-lumu dan Aura yang didominasi Lemuru, pada Musim Timur tersebar dengan konsentrasi tinggi di Matasiri yang didominasi Layang, dan pada Musim Peralihan II masih tersebar dengan konsentrasi tinggi di Matasiri dengan dominasi Layang. Lokasi fishing ground di JMF triangle tergambar dari lokasi yang paling tinggi sebaran ikan dan yang paling dominan menghasilkan tangkapan, yaitu Matasiri, Lumu-lumu dan Aura

    EFEK SUPLEMENTASI ARANG AKTIF PADA PAKAN TERHADAP PROFIL HISTOLOGI USUS IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SETELAH TERPAPAR INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT

    Get PDF
    Paparan dan efek merusak residu pestisida yang berasal dari aktifitas pertanian pada sistem budidaya air tawar telah banyak diteliti. Salah satu jenis pestisida yaitu insektisida memiliki efek kronis berbahaya bagi ikan budidaya air tawar dan jika terakumulasi dapat merusak kesehatan manusia yang mengkonsumsi ikan tersebut. Salah satu upaya mengeliminir efek residu tersebut adalah melalui penggunaan adsorben berupa arang aktif dalam pakan ikan melalui teknik re-pelleting. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan informasi terkait pemanfaatan arang aktif pada pakan terhadap profil histologi usus ikan nila setelah dipapar insektisida golongan organofosfat. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental terdiri dari empat kali perlakuan dan dua kali ulangan. Sebagai perlakuan antara lain tanpa arang aktif atau 0% (A); arang aktif 1% (B); arang aktif 2% (C); dan arang aktif 3% (D). Ikan nila dipilih sebagai ikan uji dengan ukuran panjang 7 ± 0,4 cm serta padat tebar 30 ekor per wadah. Pakan diberikan secara ad-libitum, frekuensi pemberian pakan dua kali sehari. Pengamatan perubahan jaringan usus dilakukan melalui pemeriksaan histologi usus ikan. Pemeriksaan histologi dilakukan sebanyak tiga kali yakni sebelum paparan insektisida, setelah paparan insektisida, dan setelah pemberian arang aktif pada pakan. Preparat usus diwarnai menggunakan Hematoxylin – Eosin (HE) untuk melihat perubahan jaringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan jaringan pada sampel usus akibat paparan insektisida organofosfat ditandai dengan terjadinya edema, adhesi vili, degenerasi hidropik dan vakuolisasi pada jaringan usus. Sebaliknya penggunaan arang aktif sebanyak 2% mampu menyerap diazinon yang terkontaminasi pada vili usus, ditunjukkan dengan banyaknya sel goblet yang muncul sebagai pelindung dari paparan insektisida organofosfat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan arang aktif pada tingkat yang tepat secara efektif dapat menyerap residu insektisida dalam usus ikan nila khususnya diazinon. Pesticide residues from agriculture have been well documented to have entered freshwater fish farming systems. One of pesticides, insecticide, is harmful not only to farmed fish but also to human who consume the insecticide-exposed fish. Alternatives to eliminate the residual effect of insecticides are through the addition activated charcoal serving as adsorbent in fish feed through re-pelleting techniques. The purpose of this study was to obtain information related to the use of activated charcoal in feed on the intestinal histological profile of tilapia after exposure to organophosphate insecticides. This study used an experimental method consisting of four treatments and two replicates. The treatments consisted of feed without activated charcoal 0% (A); and with activated charcoal 1% (B); activated charcoal 2% (C); and activated charcoal 3% (D) additions. Tilapia with an average length of 7 ± 0.4 cm and a stocking density of 30 fish per container were used in the experiment. The experimental feeds were given ad-libitum twice a day. Observation of changes in intestinal tissue was carried out through histological examination. Histological examination was carried out three times, namely before exposure to insecticide, after exposure to insecticide, and after applying activated charcoal to feed. Intestinal tissue samples were stained using Hematoxylin – Eosin (HE) to observe potential tissue changes. The result showed that tissue changes in intestinal samples due to exposure of organophosphate insecticide were evident marked by the occurrences of edema, villi adhesion, hydropic degeneration and vacuolization within the intestine tissue. In contrast, the use of activated charcoal as much as 2% was able to absorb contaminated diazinon in intestinal villi, shown by the large number of goblet cells that appeared as protection from exposure to organophosphate insecticide. This study concludes that the use of active charcoal at the right level could effectively adsorb the insecticide residue particularly diazinon

    PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) YANG DIBERI PAKAN IKAN TAMBAN (Sardinella abella) SEGAR DENGAN RASIO BERBEDA TERHADAP BIOMASSA

    Get PDF
    Penggunaan pakan buatan (pelet) menjadi komponen biaya terbesar dalam pembesaran ikan kakap putih.  Pemberian pakan segar yang harganya murah merupakan salah satu alternatif untuk menekan biaya pakan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi performa pertumbuhan ikan kakap putih yang diberi pakan ikan segar berbeda persentase. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2022 di keramba jaring apung di Kampung Teluk Air, Kecamatan Bulang, Batam. Rancangan acak lengkap empat perlakuan dan tiga ulangan yang diterapkan pada penelitian ini. Perlakuan tersebut adalah (perlakuan A) pemberian pelet 5% biomassa, (perlakuan B) pemberian ikan segar 5% biomassa, (perlakuan C) pemberian ikan segar 10% biomassa, dan (perlakuan D) pemberian ikan segar 15% biomassa. Data performa pertumbuhan dianalisis dengan analysis of variance dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa pemberian ikan segar 5% dari biomassa (perlakuan B) berbeda nyata pada nilai pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan harian, efiensi pakan serta konversi pakannya (P<0,05) dibanding perlakuan lainnya. Nilai pertambahan bobot akhir (56,97 g), pertumbuhan harian (0,95 g hari-1), dan efisiensi pakan (38,80%) dari perlakuan B lebih tinggi dibanding kontrol, sedangkan konversi pakan (2,58) lebih rendah dari perlakuan C dan D. Simpulan penelitian ini adalah bahwa pemberian ikan tamban pada rasio pemberian pakan 5% total bobot ikan memberikan performa pertumbuhan dan feed conversion ratio ikan kakap putih terbaik.The use of artificial feed (pellets) is the highest-cost component in barramundi farming. Providing fresh, cheap feed can significantly reduce feed costs. The study aimed to evaluate the growth performance of barramundi fed with different feeding ratios of fresh sardine. The experiment was conducted from June to July 2022 in floating net cages located in Teluk Air Village, Bulang District, Batam. The experimental units were arranged in a completely randomized design consisting of four treatments and three replications. The feeding treatments were using pelleted artificial feed at 5% (treatment A, control), and fresh sardine at 5% (treatment B), 10% (treatment C), and 15% (treatment D) of the total cultured fish biomass. Growth performance data were analyzed using analysis of variance and continued with the Duncan’s test. The experimental results showed that treatment B had resulted in significant differences in the absolute weight growth, daily growth rate, feed efficiency, and feed conversion (p<0.05) compared to other treatments. The values of final weight gain (56.97 g), daily growth (0.95 g day-1), and survival rate (93.33%) were higher compared to the control, while feed conversion (2.58) was lower than those of C and D treatments. This research concludes that feeding fresh sardine at 5% feeding ratio yields the best growth performance and feed conversion ratio of cultured barramundi

    Back Matter

    No full text

    Peramalan Kerapatan Air Laut (Densitas) Selama Dua Belas Hari Menggunakan Model Regresi: Studi Kasus Laut Timor.

    No full text
    Laut Timor adalah salah satu perairan strategis yang penting untuk kegiatan pelayaran kapal selam. Informasi akurat tentang nilai densitas di perairan Laut Timor masih sangat terbatas dan sulit dilakukan secara tepat. Penelitian ini menggunakan 6 stasiun observasi yang dianggap mewakili daerah penelitian untuk melihat karakteristik sekitar daerah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai densitas air laut di Laut Timor dengan regresi linear menggunakan data model Copernicus Marine Environment Monitoring Service (CMEMS) sebagai variable independent dan data in situ World Ocean Database (WOD) sebagai variable dependent di lapisan permukaan, lapisan thermocline dan lapisan dalam. Komputasi yang digunakan untuk menentukan nilai densitas menggunakan persamaan TEOS-10 UNESCO yang telah diinstall di Ocean Data View (ODV) dan hasilnya digunakan untuk pembangunan persamaan regresi menggunakan modul Analysis Toolpak yang telah diinstall di Microsoft excel. Data yang digunakan meliputi posisi, kedalaman, salinitas, suhu pada kedalaman tertentu, kemudian dilakukan forecasting model secara statistika untuk memprediksi densitas air laut di Laut Timor selama 12 hari di lapisan permukaan, lapisan thermocline dan lapisan  dalam. Penelitian ini penting karena nilai densitas laut yang akurat sangat diperlukan dalam mendukung pelayaran kapal selam, terutama dalam hal navigasi dan keseimbangan hidrostatik. Hasil penelitian ini berupa nilai forecasting estimasi nilai densitas pada 3 lapisan kedalaman pada lapisan permukaan nilai tertinggi 1021.8 kg/m³ dengan nilai rata-rata MAPE 0.25% dan lapisan thermocline densitas tertinggi 1024.79 kg/m³ dengan nilai rata-rata MAPE 1.65% dan laut dalam densitas tertinggi 1032.30 kg/m³ dengan nilai rata-rata MAPE 0.021%. Diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan oceanographic di Laut Timo

    4,132

    full texts

    5,504

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    eJournal Badan Penelitan dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan is based in Indonesia
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇