202 research outputs found

    Pengelolaan Pembelajaran Sekolah Inklusif di SDN Benua Anyar 8 Banjarmasin

    Get PDF
    ABSTRAK\ud Meriani: Pengelolaan Pembelajaran Sekolah Inklusif di SDN Benua Anyar 8 Banjarmasin di bawah bimbingan I: Dr. Hidayat Ma’ruf, M.Pd dan Dr. Ahmad Juhaidi, M.Pd.I, pada Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin, (2015)\ud \ud Kata Kunci: Pengelolaan, Pembelajaran, ABK, Sekolah Inklusif.\ud \ud Dewasa ini sebagian anak berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan di sekolah regular, namun karena ketiadaan pelayan khusus bagi mereka, akibatnya mereka berpotensi tinggal kelas yang pada akhirnya akan putus sekolah. Akibat lebih lanjut program wajib belajar pendidikan 9 tahun akan sulit tercapai. Untuk itu perlu dilakukan terobosan, dengan memberikan kesempatan dan peluang kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperolah pendidikan di sekolah regular yang disebut dengan istilah “pendidikan terpadu menuju pendidikan inklusif”. Pendidikan inklusif digunakan untuk mendeskripsikan penyatuan anak-anak berkelainan (cacat) ke dalam program sekolah, untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan pembelajaran ke dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di sekolah.\ud Adapun fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran pada sekolah inklusif di SDN Benua Anyar 8 Banjarmasin . Subjek dalam penelitian ini adalah 6 orang guru kelas beserta 20 orang guru pendamping yang mengajar di SDN Benua Anyar 8 Banjarmasin dari kelas I sampai dengan kelas VI. Untuk memperoleh data tentang penelitian ini digunakan teknik, wawancara, observasi dan dokumenter. Analisis data yang disajikan melalui analisis setalah pengumpulan data dilapangan.\ud Dari penelitian ini ditemukan bahwa perencanaan pembelajaran sekolah inklusif di SDN Benua Anyar 8 Banjarmasin ini menggunakan kurikulum yang fleksibel. Para guru kelas di SDN Benua Anyar 8 Banjarmasin memodifikasinya dengan menyederhanakan Standar isi (SK-KD) pembelajaran yang telah dibuat. Pencapaian kurikulum dibagi menjadi kurikulm maksimal dan kurikulum minimal. Kurikulum maksimal menggunakan kurikulum Nasional dan kurikulum minimal melihat kondisi siswa ABK sedangkan siswa regular tetap menggunakan kurikulum Nasional. Pada pelaksanaannya menggunakan pendekatan fungsional, pembiasaan, pengalaman, keteladanan, kesabaran, kasih sayang dan individual. Strategi yang digunakan pada strategi ekspositori dan individual dengan teknik pengulangan, memberi penghargaan, mendemonstrasikan, praktik langsung, bimbingan individu dan terkadang menggunakan media pembelajaran. Evaluasi pembelajaran menggunakan instrument yang dimodifikasi untuk siswa ABK, lebih sederhana dan mengurangi item soal. Hasilnya lebih terfokus pada penekanan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung

    Perbandingan Kinerja Guru PAI yang Bersertifikasi dan yang\ud tidak Bersertifikasi di MAN 1 Martapura Gambut Kabupaten Banjar

    Get PDF
    Meriani. 2011. Perbandingan Kinerja Guru PAI yang Bersertifikasi dan yang\ud tidak Bersertifikasi di MAN 1 Martapura Gambut Kabupaten Banjar\ud Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah. Pembimbing :\ud (1) Drs. H. Aswan,M.Pd (II) M.Noor Fuady M.Ag.\ud Dengan berlakunya Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru\ud dan dosen pada bab IV pasal 8 yang menjelaskan bahwa guru wajib memiliki\ud kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,\ud serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional.\ud Dengan demikian sertfikasi diharapkan agar seluruh guru nantinya mempunyai\ud sertifikat atau lisensi mengajar. Tentu saja dengan ukuran karakteristik guru yang\ud dinilai kompeten secara professional. Pada suatu lembaga pendidikan terdapat\ud guru yang berbeda, maksudnya ada guru yang bersertifikasi dan ada guru yang\ud belum bersertifikasi, termasuk di MAN 1 Martapura Gambut\ud Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana\ud perbandingan kinerja guru PAI yang bersertifikasi dan yang tidak bersertifikasi,\ud apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya, serta faktor-faktor\ud apa saja yang mempengaruhi kinerja seorang guru.\ud Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini\ud adalah untuk mengetahui kinerja guru PAI yang bersertifikasi dan yang tidak\ud bersertifikasi, kemudian membandingkannya.\ud Subjek dalam penelitian ini adalah 4 orang guru PAI yang bersertifikasi\ud dan 4 orang guru PAI yang belum bersertifikasi. Untuk memperoleh data tentang\ud penelitian ini digunakan teknik angket, wawancara, observasi dan dokumenter.\ud Analisis data yang disajikan dalam bentuk uraian-uraian, yakni menjelaskan apa\ud yang terdapat di dalam tabel, sehingga terdapat kejelasan yang ada didalamnya.\ud Melalui teknik analisis komperatif dengan menggunakan rumus student ‘t’\ud penelitian ini menghasilkan temuan; pertama , Kinerja guru PAI yang\ud bersertifikasi lebih tinggi dari guru PAI yang belum bersertifikasi. Kedua,\ud berdasarkan analisis rata-rata nilai kinerja keduanya, tidak terdapat perbedaan\ud yang signifikan antara guru PAI yang bersertifikasi dan guru PAI yang belum\ud bersertifikasi. Ketiga, kinerja yang diperoleh guru PAI yang bersertikasi dan yang\ud belum bersertifikasi dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu faktor supervisi dari Kepala\ud Sekolah, faktor mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan (Diklat), suasana\ud kondisi sekolah dan kelengkapan sarana

    Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi terhadap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-6 Bulan di Lingkungan Xxv Kelurahan Pekan Labuhan Belawan Kecamatan Medan Labuhan Januari-februari 2017

    Get PDF
    Menurut WHO pertumbuhan otak anak ditentukan bagaimana orang tua mengasuh dan memberikan makan dan stimulasi pendidikan dan perkembangan  kecerdasan otak anak terjadi sekitar 50% terbentuk sampai 4 tahun. Menurut United Nations Children Fund ( UNICEF) diperkirakan sebanyak 860.000 Balita meninggal setiap tahunnya, dan anak yang mengalami keterlambatan perkembangan akan mempunyai IQ rata – rata lebih rendah di bandingkan dengan anak normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi terhadap tumbuh kembang anak usia 0 – 6 bulan di Lingkungan XXV Kelurahan PekanLabuhanBelawan Kecamatan Medan Labuhan tahun 2017. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan data yang diperoleh adalah data primer dengan cara membagi kuesioner pada setiap responden. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 0 – 6 bulan di Lingkungan XXV Kelurahan PekanLabuhanBelawan  Kecamatan Medan Labuhansebanyak 30 responden dan sampel penilitian sebanyak 30 responden. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden berpengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%), berpengetahuan cukup sebanyak 16 responden (53,3%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 9 responden (30%). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi terhadap tumbuh kembang anak berpengetahuan cukup, oleh karena itu diharapkan kepada ibu yang memiliki anak usia 0 – 6 bulan agar meningkatkan pengetahuan tentang stimulasi terhadap tumbuh kembang anak terutama stimulasi anak

    TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 0-6 BULAN DI LINGKUNGAN XXV KELURAHAN PEKAN LABUHAN BELAWAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN JANUARI-FEBRUARI 2017

    Get PDF
    Menurut WHO pertumbuhan otak anak ditentukan bagaimana orang tua mengasuh dan memberikan makan dan stimulasi pendidikan dan perkembangan  kecerdasan otak anak terjadi sekitar 50% terbentuk sampai 4 tahun. Menurut United Nations Children Fund ( UNICEF) diperkirakan sebanyak 860.000 balita meninggal setiap tahunnya, dan anak yang mengalami keterlambatan perkembangan akan mempunyai IQ rata – rata lebih rendah di bandingkan dengan anak normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi terhadap tumbuh kembang anak usia 0 – 6 bulan di Lingkungan XXV Kelurahan PekanLabuhanBelawan Kecamatan Medan Labuhan tahun 2017. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan data yang diperoleh adalah data primer dengan cara membagi kuesioner pada setiap responden. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 0 – 6 bulan di Lingkungan XXV Kelurahan PekanLabuhanBelawan  Kecamatan Medan Labuhansebanyak 30 responden dan sampel penilitian sebanyak 30 responden. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden berpengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%), berpengetahuan cukup sebanyak 16 responden (53,3%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 9 responden (30%). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi terhadap tumbuh kembang anak berpengetahuan cukup, oleh karena itu diharapkan kepada ibu yang memiliki anak usia 0 – 6 bulan agar meningkatkan pengetahuan tentang stimulasi terhadap tumbuh kembang anak terutama stimulasi anak
    corecore