43 research outputs found

    Keragaman Sumberdaya Ikan Non Target Perikanan Rajungan di Pesisir Lampung Timur

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi keragaman dan komposisi ikan non-target perikanan rajungan dengan alat tangkap jaring insang dasar. Sampel dikumpulkan dari bulan Juni hingga Oktober 2017 di Labuhan Maringgai dan Kuala Penet, Pesisir LampungTimur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa21 species ikan non-target yang diidentifikasi di Labuhan Maringgai dan Kuala Penet sertamemiliki kesamaan spesies. Di Labuhan Maringgai, 15 spesies (11,40%) ikan non-target tergolongretained speciesyang dimanfaatkan untuk konsumsi atau dijual dan enam spesies (0,89%) termasuk discarded speciesataudibuang. Sementara di Kuala Penet, 14 spesies (8,76%) tergolongretained dan tujuh spesies (1,28%) discarded species. Hasil penelitian ini membantu untuk mengklarifikasi keragaman ikan non-target yang ditemukan dari perikanan jaring insang dasar di Pesisir Lampung Timur

    PARAMETER POPULASI DAN RASIO POTENSI PEMIJAHAN IKAN TONGKOL KOMO (Euthynnus affinis, Cantor 1849) DI LAUT JAWA SEBELAH UTARA JAWA TIMUR

    Get PDF
    Ikan tongkol komo (Euthynnus affinis) merupakan salah satu komoditas ekonomis penting yang tertangkap di perairan Laut Jawa sebelah utara Jawa Timur. Tingkat pemanfaatan ikan tongkol komo terus meningkat sehingga perlu dikelola dengan baik untuk keberlanjutannya agar tidak mengalami penurunan stok. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi status sumberdaya ikan tongkol komo dengan mengestimasi parameter populasi dan rasio potensi pemijahan dengan pendekatan ukuran panjang ikan, digunakan sebagai titik acuan biologis dalam menentukan kondisi stok ikan. Sebanyak 1995 data ukuran panjang ikan yang dikumpulkan secara acak selama bulan Februari hingga Juni 2021 di Pasongsongan, Jawa Timur. Metode ELEFAN digunakan untuk menentukan parameter populasi yaitu pertumbuhan, kematian, dan laju pemanfaatan. Analisis rasio potensi pemijahan dilakukan dengan menggunakan parameter populasi, dan parameter biologi yang didapatkan dari hasil penelitian sebelummnya dengan paket LB-SPR. Hasil analisis pertumbuhan von Bertalanffy ikan tongkol komo dari penelitian ini diperoleh persamaan Lt= 60,9 (1-e-0,41(t-0,19)). Rata-rata tongkol komo yang tertangkap belum matang gonad (Lc<Lm), tekanan penangkapan dalam kategori tinggi dan rekrutmen dalam stok terganggu. Hal ini terlihat bahwa rasio mortalitas penangkapan relatif (F/M) = 2,51, laju eksploitasi (E) = 0,71, dan SPR = 20%. Oleh sebab itu diperlukan penyusunan pengelolaan yang efektif untuk keberlanjutan stok ikan tongkol komo.Kawakawa (Euthynnus affinis) is one of the important economic commodities caught in the sea waters north of East Java. The utilization rate of kawakawa is quite high, so it is necessary to regulate the sustainability of kawakawa stock to maintain it. This study aimed to evaluate the status of kawakawa fish resources by estimating population parameters and spawning potential ratio (SPR) with a fish length approach, used as a biological reference point in determining fish stock conditions. 1995 data on the length of fish were collected randomly from February to June 2021 in Pasongsongan, East Java. The ELEFFAN method was used to determine population parameters: growth, mortality, and utilization rate. SPR analysis was carried out using population and biological parameters obtained from previous studies with the LB-SPR package. The results of von Bertalanffy's growth analysis for kawakawa from this study were written with the equation Lt= 60.9 (1-e-0.41(t-0.19)). The average kawakawa caught was immature gonads (Lc<Lm), fishing pressure was also still high, and recruitment in stock was disrupted. It can be seen that the relative fishing mortality ratio (F/M) = 2.51, exploitation rate (E) = 0.71, and SPR = 20%. Therefore, it is necessary to develop effective management for the sustainability of kawakawa stocks

    PARAMETER POPULASI DAN SPAWNING POTENTIAL RATIO (SPR) LOBSTER BATU (Panulirus penicillatus) DI WILAYAH PERAIRAN BENGKULU

    Get PDF
    Lobster batu (Panulirus penicillatus) merupakan salah satu komoditas ekonomis penting yang tertangkap di perairan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Permintaan pasar yang tinggi mengakibatkan aktivitas penangkapan yang terus menerus dapat mengancam kelestarian sumberdaya lobster maka dari itu perlu dikelola dengan baik dalam menjaga keberlanjutan stok Tujuan penelitian ini untuk menganalisis status stok sumberdaya lobster batu dengan mengestimasi parameter populasi dan rasio potensi pemijahan berdasarkan pendekatan ukuran panjang karapas lobster yang kemudian digunakan sebagai titik acuan biologis untuk menentukan kondisi stok lobster. Pengumpulan sebanyak 707 sampel yang diambil secara acak dilakukan sejak bulan November 2022-Februari 2023 di Kecamatan Nasal, Kabupaten Kaur, Bengkulu. Data yang dikumpulkan meliputi panjang karapas dan bobot, parameter populasi, berupa pertumbuhan, kematian, dan laju pemanfaatan dianalisis menggunakan metode ELEFAN dalam bahasa program R. Analisis spawning potential ratio (SPR) dihitung berdasarkan parameter populasi dan parameter biologi paket LB-SPR. Hasil analisis pertumbuhan von Bertalanffy lobster batu diperoleh persamaan Lt = 133,28(1-e-0,53(t-0,23)).  Rata-rata lobster batu yang tertangkap belum mengalami fase dewasa kelamin (Lc<Lm), mengartikan bahwa tekanan penangkapan dalam kategori tinggi dan rekrutmen dalam stok terganggu. Hal ini terlihat bahwa rasio mortalitas penangkapan relatif (F/M) adalah 2,79, laju eksploitasi (E) adalah 0,736, dan SPR senilai 9%. Hal ini menunjukkan bahwa status stok lobster sudah berada pada penangkapan berlebih (overexploited). Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang efektif untuk keberlanjutan stok lobster batu.

    KERAGAMAN SUMBERDAYA IKAN NON TARGET PERIKANAN RAJUNGAN DI PESISIR LAMPUNG TIMUR

    Get PDF
    Abstrak : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi keragaman dan komposisi ikan non-target perikanan rajungan dengan alat tangkap jaring insang dasar. Sampel dikumpulkan dari bulan Juni hingga Oktober 2017 di Labuhan Maringgai dan Kuala Penet, Pesisir LampungTimur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa21 species ikan non-target yang diidentifikasi di Labuhan Maringgai dan Kuala Penet sertamemiliki kesamaan spesies. Di Labuhan Maringgai, 15 spesies (11,40%) ikan non-target tergolongretained speciesyang dimanfaatkan untuk konsumsi atau dijual dan enam spesies (0,89%) termasuk discarded speciesataudibuang. Sementara di Kuala Penet, 14 spesies (8,76%) tergolongretained dan tujuh spesies (1,28%) discarded species. Hasil penelitian ini membantu untuk mengklarifikasi keragaman ikan non-target yang ditemukan dari perikanan jaring insang dasar di Pesisir Lampung Timur. Kata kunci : jaring insang dasar, ikan, perikanan rajungan, species yang dimanfaatkan, spesies yang dibuang Abstract : The study was conducted with the aim to identifying non-target fish diversity and composition from blue swimming crab set gill-net fishery. Samples were collected from June to October 2017 at Labuhan Maringgai and Kuala Penet, Coastalarea of East Lampung. The results showed that 21 non-target fish species obtainedfromLabuhan Maringgai and Kuala Penet areas and it was similar in terms ofspecies diversity.In Labuhan Maringgai area, 15 species (11.40%) of non-target fish were retained either as fisher own consumption or marketing and six species (0.89%) were discarded. While in Kuala Penet area, 14 species (8.76%) were retained and seven species (1.28%) were discarded. The result of this study helps to clarify diversity of non-target fish found from bottom set gill-net fishery in coastalarea of East Lampung.Keywords : swimming crab fishery, bottom set gill-net, discarded species, fish, retained specie

    Identifying blue swimming crab (Portunus pelagicus) stocks with truss network analysis approach in Indonesian Fisheries Management Area 712

    Get PDF
    Tingkat pemanfaatan sumber daya rajungan tahun 2016 di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI) 712 mencapai over-optimum. Kajian mengenai stok diperlukan dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan guna mempertahankan ketersediaannya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi stok rajungan berdasarkan karakter morfometrik (truss network analysis) di WPP 712. Pengambilan contoh rajungan dilaksanakan di lima lokasi yang berbeda, yaitu Lampung Timur, Pulau Lancang, Cirebon, Rembang, dan Selatan Madura. Pengukuran karapas rajungan dengan TNA dilakukan pada 14 titik landmark dengan 29 karakter untuk menganalisis karakter morfometriknya. Analisis kluster menunjukkan bahwa terdapat dua unit stok rajungan di WPP 712.  Stok pertama adalah populasi rajungan Selatan Madura, dan stok kedua merupakan rajungan dari empat populasi lainnya. Jarak Euclidean terpanjang ditemukan di Madura Selatan yang menunjukkan rendahnya tingkat kesamaan dengan populasi lain. Analisis diskriminan menunjukkan hasil yang berbeda. Ada tiga populasi kelompok, yang setiap populasi dalam satu kelompok mampu mewakili populasi lainnya, yaitu Pulau Lancang-Cirebon, Lampung Timur-Rembang, dan Madura Selatan. Berdasarkan penelitian ini, maka direkomendasikan untuk mengelola rajungan di Madura Selatan secara terpisah dengan membentuk sub manajemen area di WPP 712.Exploitation rate of the blue swimming crab (BSC) in Indonesian Fisheries Management Area (FMA) 712 is over-optimum level in 2016. Stocks concern in sustainable management is needed as an effort to maintain its availability. The objective of this study is to identify the stock unit of BSC based on Truss Network Analysis (TNA) of morphometric characters in FMA 712. The BSC was collect in five different locations, i.e. East Lampung, Lancang Island, Cirebon, Rembang, and Southern Madura. Measurements on TNA were carried out at 14 landmark points with 29 characters in carapace to analyze its morphometric characters. The cluster analysis showed that TNA method revealed two stocks units of BSC in FMA 712. The first stock was the BSC population of Southern Madura, and the other stock was the other four population. The longest Euclidean distance was found at Southern Madura indicating similarity level with other populations was low. The discriminant analysis demonstrated the different result. There were three group populations, which every population in one group were able to represent the other population, namely Lancang Island-Cirebon, East Lampung-Rembang, and Southern Madura. Regarding to this study, it is recommended to manage BSC in Southern Madura separately

    Management of the Ribbon Fish (Trichiurus Lepturus Linnaeus, 1758) Resources Based On Ecosystem Approach At Pelabuhan Ratu Bay

    Get PDF
    Ribbon fish has an important economic value and it spread to almost all regions in Indonesian water. Ribbon fish resource utilization activity has made a great contribution for fisheries sector in Indonesia. High market demand and needs for ribbon fish lead the increasing of ribbon fishing intensity. Pelabuhan ratu is one of the landing port for ribbon fish. The continuous absence of proper management for ribbon fish, will decline the fish stock. This study aims to analyze the sustainability of Ribbon fish species by analyzing the opportunities and challenges ribbon fish fisheries management by conducting an assessment based on indicators of ecosystem approach to fisheries management (EAFM). Evaluation EAFM indicator in Pelabuhan ratu bay for ribbon fish management has 68.1 of mean score. It means that the condition ribbon fish in Pelabuhan ratu bay is medium category. Management strategy for ribbon fish in Pelabuhan ratu bay consist of the strategy for fish resources, habitats and ecosystems, fishing technology, economic, social and institutional. Tactical decision was made in order to implement a strategy that has been set. Keywords: EAFM, ecosystem, ribbon fish, Pelabuhan ratu, fisheries, sustainability,social, economy, institutiona

    REPRODUCTIVE BIOLOGY OF LONGTAIL TUNA (Thunnus tonggol) IN THE JAVA SEA

    Get PDF
    Longtail tuna (Thunnus tonggol) is one of common economically important pelagic fish species in Indonesia. The objective of this study is examining the biology of reproduction, consisting of length of weight relationship, sex ratio, maturity stage, gonado somatic index (GSI), length at first capture, and length at first maturity and spawning pattern. A total of 633 longtail tuna, ranging 29-58 cmFL and consisting of 293 males and 340 females, were collected from the Java Sea between April 2018 and March 2019. The results showed that the longtail tuna growth pattern was isometric. The sex ratio was not significantly different between male and female. The length of first capture longtail tuna of drift gillnet (43.2 cmFL) was bigger than the length at first maturity (42,3 cmFL). This indicates that the most of longtail tuna caught by drift gillnet have already spawned. The peak’s spawning season occurred in May and November, with fecundity ranging from 783,597 - 1,579,160 eggs. Longtail tuna has multiple spawning patter

    Growth of Mud Crab (Scylla tranquebarica Fabricus, 1798) in the Estuary of West Segara Anakan, Cilacap, Indonesia

    Get PDF
    Mud crab (Scylla tranquebarica) is one of the important fisheries comodity in West Segara Anakan. However, the information concerning on its biological population is still limited. This study aims to analyze the growth of mud crab including the size distribution, carapace width-weight relationship, condition factors, and growth parameters. The study was conducted from June 2016 to May 2017 in the estuary of West Segara Anakan. The total of 271 samples were collected during this study to observe the growth of mud crab. The result shows that the carapace width distribution frequencies of male and female mud crab were considered to be normal distribution with a majority of catch were on sub-adult life stage (70-120 mm width). Linear regression showed that male mud crab has isometric growth pattern, while the female one has a negative allometric growth pattern (P<0.05). Mud crab has a maximum condition factor value in November for male, and in December for female. Based on Electronic Length Frequency Analysis (ELEFAN I), asymptotic carapace width (CW∞) value were 190.05 mm for male, and 163.00 for female. Growth coefficients (K) for male and female were 0.29 and 0.39, respectively

    Double Spinned Lobster (Panulirus penicillatus) fishery in Wonogiri Regency, Central Java Province: sustainable management strategies

    Get PDF
    The purpose of this research was to analyze the issues and problems in lobster fisheries for establishing strategies to achieve sustainable lobster management. This study was conducted from November 2018 to January 2019 in coastal waters of Wonogiri Regency, Central Java Province. Data collection were made using the triangulation method. In addition, data analyses were performed using AWOT (Analythical Hierarchy Procedure and Strenght-Weakness-Opportunity-Threats) which was the combination of SWOT and Analytical Hierarchy Process (AHP) techniques. The results showed that the problems of lobster management in Wonogiri Regency was the unreported catch and the unwillingness to release small-size- and berried-female lobsters. The best strategy for lobster management in Wonogiri Regency was shown in the 2nd quadrant (strategi Strength-Threats). Thus, the priority strategies would be the development of friendly lobster fishing gear with score a value 35.4% and the second priority is strengthening the role of collectors in controlling catches with a value of 30.5%

    PENGELOLAAN PERIKANAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) BERDASARKAN ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL BIOEKONOMI DI PERAIRAN PESISIR TIMUR LAMPUNG

    Get PDF
    Pesisir timur Lampung merupakan salah satu daerah penghasil rajungan di Indonesia. Jumlah hasil tangkapan yang rendah menghasilkan keuntungan yang rendah pada setiap upaya penangkapan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai aktivitas perikanan rajungan dalam bentuk trip optimal dan keuntungan untuk pengelolaan perikanan rajungan di pesisir timur Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Karakteristik aktivitas penangkapan rajungan didapatkan jumlah kapal (40-250 unit) dan jumlah hari melaut (16-27 trip/bulan) pada setiap lokasi. Nilai produksi pada musim puncak di pendaratan rajungan Way Seputih dan Sungai Burung lebih tinggi dibandingkan 3 lokasi lainnya. Jumlah alokasi spasial tertinggi pada musim puncak di S1 adalah di Sungai Burung dengan jumlah 1974 trip/musim dan di strata 2 tertinggi di Kuala Penet dengan jumlah 2763 trip/musim. Musim sedang di S1 dan S2 tertinggi di Way Seputih 3540 trip/musim, dan Labuhan Maringgai 2883 trip/musim. Musim paceklik S1 dan S2 Sungai Burung 10088 trip/musim dan Kuala Penet 4708 trip/musim. Penetapan alokasi upaya penangkapan (trip/musim) dapat dijadikan acuan pembatasan upaya penangkapan rajungan pada setiap stratifikasi di 5 lokasi pendaratan rajungan.The eastern coast of Lampung is one of the blue swimming crabs (Portunus pelagicus) wild catch producing areas in Indonesia. Low catch weight causes a small profit to be gained on each fishing effort. Spatial allocation in fisheries seen from the location or distance and costs of activities. The purpose of this study was to analyze the value of BSC fishing activities in the form of optimal trips and benefits for the management of BSC fisheries on the east coast of Lampung. Data collection is done using purposive sampling method. Characteristics of BSC fishing activities obtained the number of ships (40-250 units) and number of days of fishing (16-27 trip/month) at each location. The production value in the peak season at the Way Seputih and Sungai Burung landings had a higher number compared to the catch per-trip in 3 other locations. The highest spatial allocation value in the peak season at S1 in the Sungai Burung with 1974 trips/season and the highest 2 in Kuala Penet with 2763 trips/season. The highest season in S1 and S2 is highest in Way Seputih 3540 trips/season, and Labuhan Maringgai is 2883 trips/season. Famine season in S1 and S2 is highest in Sungai Burung as many 10088 trips/season and Kuala Penet 4708 trips/season. Determination of alocation for fishing effort (trip/season) can be used as a reference for limiting the effort to catch of BSC in each stratification in 5 crab landing sites
    corecore