84 research outputs found

    Identifikasi Penyusutan Hasil Coran Aluminium Paduan

    Get PDF
    Penyusutan solidifikasi dan porositas adalah cacat-cacat yang paling umum dalam pengecoran. Berbagai teknik investigasi yang ada untuk memprediksi penyusutan solidifikasi dan porositas seperti modulus dan equi-solidifikasi waktu dan fungsi kriteria merupakan alternatif cara-cara menginvestigasi yang dapat digunakan. Berbagai fungsi kriteria termasuk kriteria Niyama, kriteria Niyama tanpa dimensi, dan kriteria Franco untuk prediksi penyusutan solidifikasi dan porositas juga merupakan alternatif dalam pembahasan penelitian ini. Dari literatur, pengecoran berbagai macam pulli baik terbuat dari paduan ferro dan non-ferro telah dianalisis untuk memprediksi lokasi penyusutan solidifikasi dan porositas menggunakan program simulasi pengecoran berbagai macam perangkat lunak seperti Procast, Magmasoft, Autocast, Solidcast, sedangkan dalam penelitian ini digunakan software Altair Inspire Cast. Hasil simulasi program komputer dibandingkan dengan hasil uji eksperimen menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan terhadap penyusutan dan porositas dari benda-benda tuang pulli

    Struktur bahasa Melayu dialek Ketapang

    Get PDF
    Buku Struktur Bahasa Melayu Dialek Ketapang ini merupakan salah satu hasil Bagian Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Barat tahun 199511996. Penelitian terhadap Struktur Bahasa Melayu Ketapang Dialek Ketapang ini merupakan penelitian tentang aspek kebahasaan bahasa Melayu Ketapang. Dengan demikian, penelitian terhadap bahasa' Melayu Ketapang ditinjau dari aspek kebahasaannya secara sekilas dapat terungkap. Hal ini akan sangat membantu penelitian seJanjutnya, terutama ten tang keberadaan bahasa MeJayu Ketapang dialek Ketapang

    Hidroponik Sederhana Bagi Komunitas Anak Jalanan

    Get PDF
    Keterbatasan sarana pembelajaran sains terapan, perlunya ketrampilan urban farming, keterbatasan media pembelajaran, dan perlunya pembekalan jiwa entrepreneur menjadi pendorong pelaksanaan kegiatan abdimas peningkatan ketrampilan komunitas anak jalanan di Depok melalui hidroponik sederhana. Peningkatan ketrampilan berhidroponik diharapkan mitra dapat mempraktekkan, memanfaatkan sayuran hasil panen hidroponik untuk kebutuhan keluarga dan menghasilkan pendapatan ketika menjual hasil sayurannya. Metode pelatihan yang dilakukan yaitu dengan mengadakan pelatihan bagi anak jalanan peserta didik di Sekolah Master Depok, mempraktekkan secara langsung hidroponik sayuran menggunakan peralatan sederhana, dan membuat kelompok untuk pendampingan. Peserta sosialisasi berasal dari warga sekitar sekolah dan sebagian peserta didik dari tingkat sekolah menengah pertama. Hasil yang diperoleh adalah peserta mendapat informasi teknik hidroponik menggunakan peralatan sederhana. Kegiatan berikutnya adalah melatih secara langsung dan mendampingi praktek hidroponik sederhana menggunakan sistem Wicks (sumbu). Sayuran yang ditanam antara lain kangkung, bayam, sawi, dan pakcoy. Keberhasilan pelatihan terlihat dari pertumbuhan sayuran yang tidak terhambat hingga panen (usia 8 minggu setelah tanam). Pendampingan yang dilaksanakan adalah pendampingan praktek secara online melalui aplikasi komunikasi dan secara langsung di sekolah. Mitra mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang hidroponik sayuran sederhana selama kegiatan berlangsung.Kata kunci: Hidroponik, Pemberdayaan, sistem Wicks, Teknologi Tepat Gun

    Phospholipases and the Network of Auxin Signal Transduction with ABP1 and TIR1 as Two Receptors: A Comprehensive and Provocative Model

    Get PDF
    Three types of phospholipases, phospholipase D, secreted phospholipase A2, and patatin-related phospholipase A (pPLA) have functions in auxin signal transduction. Potential linkage to auxin receptors ABP1 or TIR1, their rapid activation or post-translational activation mechanisms, and downstream functions regulated by these phospholipases is reviewed and discussed. Only for pPLA all aspects are known at least to some detail. Evidence is gathered that all these signal reactions are located in the cytosol and seem to merge on regulation of PIN-catalyzed auxin efflux transport proteins. As a consequence, auxin concentration in the nucleus is also affected and this regulates the E3 activity of this auxin receptor. We showed that ABP1, PIN2, and pPLA, all outside the nucleus, have an impact on regulation of auxin-induced genes within 30 min. We propose that regulation of PIN protein activities and of auxin efflux transport are the means to coordinate ABP1 and TIR1 activity and that no physical contact between components of the ABP1-triggered cytosolic pathways and TIR1-triggered nuclear pathways of signaling is necessary to perform this

    Transcription of TIR1-Controlled Genes Can be Regulated within 10 Min by an Auxin-Induced Process. Can TIR1 be the Receptor?

    Get PDF
    ABP1 and TIR1/AFBs are known as auxin receptors. ABP1 is linked to auxin responses several of which are faster than 10 min. TIR1 regulates auxin-induced transcription of early auxin genes also within minutes. We use transcription of such TIR1-dependent genes as indicator of TIR1 activity to show the rapid regulation of TIR1 by exogenous auxin. To this end, we used quantification of transcription of a set of fifteen early auxin-induced reporter genes at t = 10 and t = 30 min to measure this as a TIR1-dependent auxin response. We conducted this study in 22 mutants of auxin transporters (pin5, abcb1, abcb19, and aux1/lax3), protein kinases and phosphatases (ibr5, npr1, cpk3, CPK3-OX, d6pk1, d6pkl1-1, d6pkl3-2, d6pkl1-1/d6pkl2-2, and d6pkl1-1/d6pkl3-2), of fatty acid metabolism (fad2-1, fad6-1, ssi2, lacs4, lacs9, and lacs4/lacs9) and receptors (tir1, tir1/afb2, and tir1/afb3) and compared them to the wild type. After 10 min auxin application, in 18 out of 22 mutants mis-regulated expression of at least one reporter was found, and in 15 mutants transcription of two-to-three out of five selected auxin reporter genes was mis-regulated. After 30 min of auxin application to mutant plants, mis-regulation of reporter genes ranged from one to 13 out of 15 tested reporter genes. Those genes chosen as mutants were themselves not regulated in their expression by auxin for at least 1 h, excluding an influence of TIR1/AFBs on their transcription. The expression of TIR1/AFB genes was also not modulated by auxin for up to 3 h. Together, this excludes a feedback or feedforward of these mutant genes/proteins on TIR1/AFBs output of transcription in this auxin-induced response. However, an auxin-induced response needed an as yet unknown auxin receptor. We suggest that the auxin receptor necessary for the fast auxin-induced transcription modulation could be, instead, ABP1. The alternative hypothesis would be that auxin-induced expression of a protein, initiated by TIR1/AFBs receptors, could initiate these responses and that this unknown protein regulated TIR1/AFB activities within 10 min.DLR/50WB133DFG/Sche207/24-

    Analisis Ekspresi Kelompok Gen-Gen Pertahanan pada Tanaman Pisang dalam Merespons Bakteri Patogen Ralstonia Solanacearum

    Full text link
    - Blood Disease Bacterium (BDB) adalah penyakit pada banyak tanaman bernilai ekonomis seperti tanaman pisang yang disebabkan oleh infeksi soil-borne bakteri patogen Ralstonia solanacearum. Kemampuan R.solanacearum untuk bertahan pada kondisi minimum pada tanah dan luasnya spektrum inang pertumbuhannya termasuk vektor perantara, menyebabkan belum ditemukannya strategi efektif untuk menanggulangi penyebaran penyakit BDB. Pengetahuan tentang respons tanaman pisang terhadap serangan Ralstonia solanacearum, merupakan langkah awal untuk memahami stategi tanaman dalam membentuk sistem pertahanan. Dalam penelitian ini, respons ekspresi molekuler gen-gen terkait pertahanan pada tanaman pisang kepok (Musa paradisiaca) dianalisis menggunakan teknik semikuantitatif real time PCR. Data pada penelitian ini menunjukkan WRKY15 memiliki penurunan ekspresi pada hari ke-3 dan ke-7 pasca infeksi. WRKY18 memiliki ekspresi paling rendah dibandingkan dengan WRKY15 dan WRKY23 serta tidak terdeteksi lagi ekspresinya pada hari ke-5 pasca infeksi karena WRKY18 bersifat represi pada pengaturan sistem pertahanan tanaman basal. Level ekspresi WRKY23 memiliki pola yang konsisten pada hari ke-1 sampai hari ke-7 pasca infeksi karena WRKY23 merupakan salah satu early induced gene. Penelitian ini juga didukung dengan data morfologi yang menunjukkan gejala penyakit layu bakteri berupa penguningan daun pada hari ke-5 pasca infeksi dan pada hari-4 pasca infeksi telah terlihat koloni R.solanacearum pada pseudostem. Kata Kunci - Transkriptomik, WRKY, Ralstonia solanacearum, Penyakit Layu Bakter

    PERANCANGAN MESIN PENCETAK BANTALAN PALET DARI SERBUK KAYU

    Get PDF
    Dewasa ini kepedulian terhadap lingkungan dan energi menjadi sangat penting, salah satu peningkatan kepedulian tersebut dapat diwujudkan dengan penggunaan material yang berasal dari limbah, salah satunya adalah serbuk kayu (sawdust), Yang melatarbelakangi Analisa Desain pembuatan mesin pencetak bantalan palet adalah sudah makin dibutuhkannya penggunaan fallet dan tersedianya limbah serbuk kayu yang cukup melimpah. Limbah Serbuk kayu sering dianggap sebagai limbah sehingga nilai dan manfaatnya kurang bisa dirasakan. Serbuk kayu bisa dijadikan bahan baku untuk pembuatan bantalan palet sehingga mempunyai nilai dan manfaat. Metode yang digunakan dalam pembuatan mesin ini yaitu studi pustaka lalu dengan melakukan perhitungan. Tahap selanjutnya adalah pembuatan mesin dan proses pengujian untuk mengetahui keberhasilan perancangan.Dimana limbah serbuk kayu seringkali hanya dibakar untuk mengurangi keberadaannya tetapi hal tersebut bukan menjadi sebuah solusi yang terbaik dalam menangani limbah tersebut, tetapi banyak cara untuk menanganiya yaitu salah satunya dengan cara mengolah serbuk kayu tersebut menjadi suatu produk yang bernilai jual tinggi seperti untuk pembuatan bantalan palet. Mesin ini mengunakan sistem hidrolik sebagai perantara penekannya, dengan dimensi produk yang dihasilkan berukuran 380 mm x 150 mm x 510 mm dengan komposisi campuran yang ideal antara serbuk kayu dan perekat (lem kayu)  adalah 60 : 40, dimana kapasitas produksi 2 buah produk palet dalam satu kali proses dan total hasil olahan pada tiap jamnya mampu menghasilkan produk sebanyak 12 bantalan tiap jamnya

    Two-stage S-Band LNA Development Using Non-Simultaneous Conjugate Match Technique

    Get PDF
    This paper presents the development of a two-stage low noise amplifier (LNA) operating at the S-band frequency that is implemented using the non-simultaneous conjugate match (NSCM) technique. The motivation of this work was to solve the issue of the gain of LNAs designed using the most commonly used technique, i.e. simultaneous conjugate match (SCM), which often produce an increase of other parameter values, i.e. noise figure and voltage standing wave ratio (VSWR). Prior to hardware implementation, the circuit simulation software Advanced Design System (ADS) was applied to design the two-stage S-band LNA and to determine the desired trade-off between its parameters. The proposed two-stage S-band LNA was deployed on an Arlon DiClad527 using a bipolar junction transistor (BJT), type BFP420. Meanwhile, to achieve impedances that match the two-stage S-band LNA circuit, microstrip lines were employed at the input port, the interstage, and the output port. Experimental characterization showed that the realized two-stage S-band LNA produced a gain of 22.77 dB and a noise figure of 3.58 dB at a frequency of 3 GHz. These results were 6.1 dB lower than the simulated gain and 0.76 dB higher than the simulated noise figure respectively

    Complementation of the embryo-lethal T-DNA insertion mutant of AUXIN-BINDING-PROTEIN 1 (ABP1) with abp1 point mutated versions reveals crosstalk of ABP1 and phytochromes

    Get PDF
    The function of the extracytoplasmic AUXIN-BINDING-PROTEIN1 (ABP1) is largely enigmatic. We complemented a homozygous T-DNA insertion null mutant of ABP1 in Arabidopsis thaliana Wassilewskia with three mutated and one wild-type (wt) ABP1 cDNA, all tagged C-terminally with a strepII–FLAG tag upstream the KDEL signal. Based on in silico modelling, the abp1 mutants were predicted to have altered geometries of the auxin binding pocket and calculated auxin binding energies lower than the wt. Phenotypes linked to auxin transport were compromised in these three complemented abp1 mutants. Red light effects, such as elongation of hypocotyls in constant red (R) and far-red (FR) light, in white light supplemented by FR light simulating shade, and inhibition of gravitropism by R or FR, were all compromised in the complemented lines. Using auxin- or light-induced expression of marker genes, we showed that auxin-induced expression was delayed already after 10min, and light-induced expression within 60min, even though TIR1/AFB or phyB are thought to act as receptors relevant for gene expression regulation. The expression of marker genes in seedlings responding to both auxin and shade showed that for both stimuli regulation of marker gene expression was altered after 10–20min in the wild type and phyB mutant. The rapidity of expression responses provides a framework for the mechanics of functional interaction of ABP1 and phyB to trigger interwoven signalling pathways
    corecore