24 research outputs found

    Identifikasi Zat Pengatur Tumbuh (Zpt) Alami Penyebab Kerontokan Dan Studi Pemberian Zpt Terhadap Fisiologi Dan Kualitas Jambu Semarang (Syzygium Samarangense ‘Citra’)

    Get PDF
    Kerontokan bunga dan buah merupakan salah satu masalah dalam budidaya jambu citra. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kerontokan yaitu dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Penggunaan ZPT alami diharapkan dapat mengurangi tingkat kerontokan bunga dan buah serta meningkatkan kualitas jambu citra dan aman untuk dikonsumsi karena tidak mengandung senyawa kimia sintetik. Kualitas jambu citra yang meningkat akan menyebabkan harga buah lebih tinggi, masa simpan lebih lama serta mampu bersaing dengan buah tropis lainnya bahkan buah impor. Tujuan penelitian untuk mengetahui hormon penyebab kerontokan bunga dan buah jambu citra, mengkaji aplikasi ZPT untuk mengurangi tingkat kerontokan bunga dan buah serta meningkatkan kualitas buah jambu citra. Penelitian terdiri dari empat tahap penelitian 1) identifikasi kandungan hormon penyebab kerontokan buah jambu citra, 2) identifikasi kandungan hormon pada beberapa tanaman, 3) uji pengaruh ZPT terhadap fisiologi tanaman, kerontokan bunga dan buah jambu citra, dan 4) Uji kualitas fisik dan kimia buah jambu citra dengan aplikasi ZPT. Penelitian 1 bertujuan untuk mengetahui ZPT alami yang menyebabkan kerontokan bunga dan buah jambu citra. Penelitian dilakukan pada Juni 2019 sampai Februari 2020 dengan membandingkan sampel 6 tahap perkembangan buah yang rontok dan tertahan dari kandungan sitokinin (zeatin dan kinetin), IAA (Indole Acetid Acid), giberelin (GA3), ACC (1-Aminocyclopropane 1- Carboxylic Acid), gula total, dan pati. Enam tahapan perkembangan buah jambu citra adalah 1) Bud Flower (Awal pembungaan) 0 sampai 3 hari sebelum athesis, 2) Anthesis (bunga mekar sempurna), 0 sampai 3 hari, 3) Fruit Set (pembentukkan buah jadi), 7 sampai 14 hari setelah anthesis. (4) Fruit Development (perkembangan buah), 14 sampai 28 hari setelah anthesis, 5) Fruit Maturation (pemasakan buah), 28 sampai 35 hari setelah anthesis, 6) Fruit Ripening (pematangan buah), 35 sampai 50 hari setelah anthesis. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 ulangan dan analisis data dengan uji t. Penelitian 2 bertujuan untuk mendapatkan kandungan auksin, sitokinin, dan giberelin berbagai ekstrak bahan organik tanaman. Penelitian dilakukan pada Juni 2019 sampai Februari 2020 di Laboratorium Riset Terpadu, Universitas Jenderal Soedirman untuk preparasi sampel dan Laboratorium kimia, Balai Besar Pascapanen, Kementerian Pertanian, Bogor untuk analisis kandungan auksin (IAA), sitokinin (kinetin dan zeatin), dan giberelin (GA3). Rancangan percobaan yang digunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Data dianalisis dengan uji F dan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Lima bahan yang dianalisis kandungan hormon endogenous yaitu umbi bawang merah, (Allium cepa), bonggol pisang (Musa x paradisiaca), daun kelor (Moringa oleifera), biji jagung manis (Zea mays), dan kecambah kacang hijau (Phaseolus vulgaris). Penelitian 3 bertujuan untuk mendapatkan pengaruh ZPT tehadap fisiologi dan tingkat kerontokan bunga dan buah jambu citra. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2020 sampai Oktober 2021 di kebun jambu citra Desa Kajongan Kecamatan Bojongsari Purbalingga, Laboratorium Riset Terpadu Universitas Jenderal Soedirman dan di Laboratorium Kimia, Balai Besar Pascapanen, Kementerian Pertanian, Bogor. Tanaman jambu citra Varietas Citra yang dengan tinggi ± 5 m dengan jarak tanam (8 x 9) m berjumlah 42 pohon. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan empat belas perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah kontrol, 60 ppm GA3, 20 ppm NAA, 20 ppm BAP, 10 g ekstrak bonggol pisang, 10 g ekstrak daun kelor, 10 g ekstrak kecambah kacang hijau, 10 g ekstrak bawang merah, 10 g ekstrak biji jagung manis, 20 g ekstrak bonggol pisang, 20 g ekstrak daun kelor, 20 g ekstrak kecambah kacang hijau, 20 g ekstrak bawang merah, dan 20 g ekstrak biji jagung manis. Penelitian 4 bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui kualitas fisik dan kimia yang terbaik pada buah jambu citra dengan aplikasi ZPT. Penelitian dilakukan pada bulan November 2020 sampai Februari 2021 di Laboratorium Riset Terpadu Universitas Jenderal Soedirman dan Laboratorium Kimia, Balai Besar Pascapanen, Kementerian Pertanian, Bogor. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 14 perlakuan dan 3 ulangan. Keempat belas perlakuan tersebut adalah sebagai berikut. Perlakuan tersebut adalah kontrol (tanpa perlakuan), 60 ppm GA3, 20 ppm NAA, 20 ppm BAP, 10 g ekstrak bonggol pisang, 10 g ekstrak daun kelor, 10 g ekstrak kecambah kacang hijau, 10 g ekstrak bawang merah, 10 g ekstrak biji jagung manis, 20 g ekstrak bonggol pisang, 20 g ekstrak daun kelor, 20 g ekstrak kecambah kacang hijau, 20 g ekstrak bawang merah, dan 20 g ekstrak biji jagung manis. Hasil penelitian 1 menunjukkan bahwa kandungan IAA, zeatin, kinetin, dan GA3 buah citra yang rontok pada 6 tahapan perkembangan adalah lebih kecil dibandingkan yang tertahan, sedangkan kandungan ACC lebih tinggi pada buah yang rontok dibanding tertahan. Kandungan ZPT alami bunga/buah jambu citra yang rontok berturut-turut sebagai berikut IAA 0,41 sampai1,42 ppm; zeatin 0,03 sampai 0,66 ppm; kinetin 1,38 sampai 2,96 ppm; GA3 8,97 sampai 28,63 ppm; dan ACC 30,92 sampai 48,39 ppm. Buah jambu citra yang tertahan mempunyai kandungan IAA 30,92 sampai 48,39 ppm; zeatin 2,04 sampai 3,29 ppm; kinetin 2,46 sampai 11,31 ppm; GA3 57,72 sampai 79,65 ppm; dan ACC 30,92 sampai 48,39 ppm. Kandungan gula total buah jambu citra yang rontok 5,8 sampai 28,66% lebih rendah dibandingkan yang tertahan 6,87 sampai 32,59%. Kandungan pati buah yang rontok lebih tinggi 11,21 sampai 17,9% dibandingkan tertahan 8,77 sampai 17,23%. Hasil penelitian 2 menunjukkan bahwa daun kelor mempunyai kandungan IAA yang paling tinggi 662,17 ppm diikuti bawang merah 251,76 ppm; kecambah kacang hijau 227,37 ppm; bonggol pisang 94,20 ppm; dan biji jagung 62,20 ppm. Bonggol pisang dan daun kelor mempunyai kandungan kinetin terbanyak 178,82 ppm dan 161,37 ppm diikuti biji jagung 128,25 ppm; kecambah kacang hijau 125 ppm; dan umbi bawang merah 75,54 ppm. Kandungan zeatin terbanyak dalam bonggol pisang 138,53 ppm diikuti kecambah kacang hijau 95,45 ppm; daun kelor 66,5 ppm; biji jagung 45,76 ppm, dan umbi bawang merah 23,77 ppm. Kandungan GA3 terbanyak terdapat pada umbi bawang merah 594,12 ppm; diikuti daun kelor 417,88 ppm; kecambah kacang hijau 371,56 ppm; biji jagung manis 269,75 ppm; dan bonggol pisang 104,12 ppm. Hasil penelitian 3 menunjukkan bahwa semua perlakuan dapat mengurangi tingkat kerontokan dengan tingkat yang berbeda. Pemberian 20 g ekstrak bawang merah merupakan perlakuan yang paling baik dalam mengurangi tingkat kerontokan buah sebesar 46,33%; dilanjutkan 200 ppm NAA 46,67%; 20 g ekstrak kecambah kacang hijau 46,92%; 60 ppm GA3 46,92%; 20 g ekstrak biji jagung manis 47,33%; 20 ppm BAP 48,08%; 20 g ekstrak bonggol pisang 49,25%; 10 g ekstrak biji jagung manis 49,42%; 10 g ekstrak daun kelor 49,75%; 10 g ekstrak bonggol pisang 49,83%; 20 g ekstrak daun kelor 50,17; 10 g ekstrak kecambah kacang hijau 50,33; 10 g ekstrak bawang merah 50,58%; dan kontrol 55,58%. Kandungan C daun tertinggi 21,19% diperoleh pada perlakuan 20 g ekstrak bawang merah dibandingkan lainnya. Kandungan N terendah 0,81% pada 10 g ekstrak daun kelor. C/N ratio tertinggi 25,86 pada 200 ppm ekstrak biji jagung manis. Kandungan klorofil a tertinggi 15,11 ”g mL-1 pada 20 g ekstrak biji jagung manis. Kandungan klorofil total lebih tinggi terdapat pada perlakuan 20 g ekstrak kecambah kacang hijau, 20 g ekstrak bawang merah, dan 20 g ekstrak biji jagung manis dengan konsentrasi secara berturut-turut sebesar 21,67 ”g mL-1, 21,67 ”g mL-1 dan 21,18 ”g mL-1. Aplikasi ZPT yang paling baik untuk menurunkan tingkat kerontokan bunga dan buah serta meningkatkan fisiologi tanaman adalah 20 g ekstrak bawang merah yang dapat menurunkan kerontokan bunga dan buah 46,33%, meningkatkan kandungan C daun tertinggi 21,19%, klorofil a tertinggi 16,05 ”g mL-1, dan klorofil total 21,69 ”g mL-1. Hasil penelitian 4 menunjukkan bahwa buah paling tinggi pada bobot, panjang, dan diameter buahnya pada aplikasi 20 g ekstrak bawang merah diperoleh 124,52 g, 57,63 mm, dan 90,56 mm. Total padatan (TPT) pada aplikasi 20 g ekstrak bawang merah dan 20 g ekstrak biji jagung manis lebih besar dibandingkan lainnya yaitu sebesar 9,25 dan 9,17Brix. Kandungan antosianin dan vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan 20 ppm NAA yaitu sebesar 31,36 mg/100 g dan 79,62 mg/100 g. Kandungan flavonoid sebesar 8,48 mg/100 g dan 8,41 mg/100 g pada aplikasi 20 g ekstrak bonggol pisang dan 20 g ekstrak kecambah kacang hijau dibandingkan aplikasi lainnya. Kandungan gula total tertinggi terdapat pada aplikasi 20 g ekstrak bonggol pisang yaitu sebesar 48,53%. Kandungan fenol tertinggi pada aplikasi 10 g ekstrak bawang merah yaitu 354,03 mg/100 g. Aplikasi ZPT yang paling baik untuk meningkatkan kualitas fisik dan kimia adalah 20 g ekstrak bawang merah yang dapat meningkatkan bobot buah 124,52 g, panjang buah 90,56 mm; diameter buah 57,63 mm; dan total padatan terlarut 9,25°Brix. Aplikasi ZPT menghasilkan buah jambu citra yang mempunyai sifat fisik-kimia yang yang lebih baik sehingga biaya produksi lebih efisien, harga jambu juga meningkat, dan aman untuk dikonsumsi. Analisis jalur pengaruh ZPT, fisiologi tanaman, lingkungan terhadap tingkat kerontokan menunjukkan sebagai berikut. Pengaruh langsung IAA mengurangi tingkat kerontokan sebesar -0,81 dan pengaruh tidak langsung meningkatkan tingkat kerontokan 0,512. Pengaruh langsung zeatin akan mengurangi tingkat kerontokan sebesar 0,856 dan pengaruh tidak langsungnya meningkatkan tingkat kerontokan sebesar 0,893. Pengaruh langsung kinetin meningkatkan tingkat kerontokan sebesar 0,851 namun pengaruh tidak langsungnya menurunkan tingkat kerontokan sebesar 1,189. Pengaruh langsung GA3 meningkatkan tingkat kerontokan 0,6 namun pengaruh tidak langsung -1,189 sehingga pengaruh total GA3 menurunkan tingkat kerontokan 0,589. Pengaruh CN ratio menurunkan tingkat kerontokan 0,512. Pengaruh korofil a menurunkan tingkat kerontokan 0,407 dan klorofil total menurunkan tingkat kerontokan 0,311. Analisis jalur pengaruh total IAA, zeatin, kinetin, dan GA3 serta pengaruh sifat fisik kimia buah terhadap bobot buah sebagai berikut. Pengaruh langsung IAA meningkatkan bobot buah 0,549 dan pengaruh tidak langsung menurunkan bobot buah 0,44. Pengaruh langsung zeatin menurunkan bobot buah 0,403 dan pengaruh tidak langsung menurunkan bobot buah 0,172. Pengaruh langsung kinetin meningkatkan bobot buah 0,418 dan pengaruh langsung meningkatkan bobot buah 0,116. Pengaruh langsung GA3 meningkatkan bobot buah 0,51 dan pengaruh tidak langsung meningkatkan bobot buah 0,709. Panjang buah meningkatkan bobot buah 0,092; diameter buah meningkatkan bobot buah 0,653; TPT meningkatkan bobot buah 0,232; antosianin meningkatkan bobot buah 0,124; vitamin C meningkatkan bobot buah 0,104; flavonoid menurunkan bobot buah 0,094Y6; dan fenol menurunkan bobot buah 0,311

    PENERAPAN IPTEKS METODE VERTIKULTUR DALAM BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK PADA KELOMPOK IBU-IBU PKK

    Get PDF
    Pemahaman masyarakat tentang dampak negatif pertanian konvensional baik terhadap lingkungan maupun kesehatan telah menyadarkan masyarakat untuk kembali hidup secara sehat dan alami atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah back to nature.  Dua kelompok masyarakat yang menjadi mitra dalam kegiatan penerapan ipteks bagi masyarakat ini yaitu: 1) kelompok ibu-ibu PKK RW 2 Desa Karanggintung, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas dan 2) kelompok ibu-ibu PKK RW IV Desa Rabak, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan aplikasi langsung terkait penerapan model budidaya sayuran organik dengan metode vertikultur sebagai media alih informasi yang bersifat interaktif dan berlangsung dua arah. Selain itu, pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati dengan pemanfaatan bahan-bahan alami juga dilaksanakan. Metode ini merupakan inisiasi program dengan harapan kelompok mitra mempunyai pengetahuan dasar yang baik tentang pengetahuan budidaya tanaman sayuran secara organik. Penerapan program dilanjutkan dengan peningkatan keterampilan kelompok mitra melalui kegiatan aplikasi langsung yang dilengkapi dengan demplot serta model vertikultur. Kegiatan yang telah dilakukan, antara lain, pembuatan model budidaya sayuran organik secara vertikultur dan di polibag. Luaran yang dihasilkan adalah model paket teknologi budidaya sayuran organik secara vertikultur dan menggunakan polibag dengan memanfaatkan lahan pekarangan dan produk sayuran organik yang dijual ke masyarakat umum. Kata kunci: sayuran organik, vertikultur, paket teknologi budiday

    OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN PADA KELOMPOK KESWADAYAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN KEDUNGWULUH KECAMATAN PURWOKERTO BARAT

    Get PDF
    Peningkatan nilai ekonomi lahan pekarangan melalui pemanfaatannya sudah dilaksanakan oleh masyarakat di Kelurahan Kedungwuluh tetapi hasilnya belum optimal. Mereka menginginkan kegiatannya tersebut menjadi lebih produktif, tetapi terkendala oleh keterbatasan pengetahuan dan keterampilan. Dalam aspek produksi mereka mengahadapi masalah bagaimana cara meningkatkan produktivitas lahan pekarangan sedangkan masalah dalam aspek manajemen adalah bagaimana cara melakukan pembukuan keuangan usaha yang benar. Tujuan pengabdian masyarakat ini, pertama,  untuk memberikan solusi dalam meningkatkan produktivitas lahan pekarangan melalui perbaikan metode bercocok tanam sayuran organik dengan teknik vertikultur. Kedua,  untuk memberikan solusi dalam aspek manajemen dengan mengadakan penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan proses penyusunan pembukuan. Mitra kegiatan adalah kelompok keswadayaan masyarakat di Kelurahan Kedungwuluh Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas. Metode pelaksanaan kegiatan terdiri dari ceramah, praktek/pelatihan, evaluasi, dan pendampingan. Pelaksanaan kegiatan ini telah menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan mitra. Indikator keberhasilan antara lain terlihat dari hasil wawancara dengan kelompok masyarakat yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan mereka setelah pemberian penyuluhan dan pelatihan dibandingkan sebelumnya. Keberhasilan juga terlihat dari adanya peningkatan produktivitas lahan dengan indikator jumlah tanaman yang bertahan hidup sampai masa panen lebih banyak jika dibandingkan kondisi sebelumnya. Dengan demikian hasil yang diperoleh saat ini tidak saja dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, tetapi juga ada sebagian yang dapat dijual sehingga kegiatan ini dapat menghemat pengeluaran dan dapat mendorong peningkatan pendapatan

    Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Pada Jarak Tanam Dan Pemotongan Bibit Yang Berbeda

    Get PDF
    Due to the rising market demands of spring onion (Allium fistulosum L.) it is necessary to response them with the best technical plantation. This research is meant to know: (1) the effective plant spacing, (2) the effective seedlings tuber cutting, and (3) to decide the interaction between plant spacing and the seedlings tuber cutting spring onion. The research was done on April 2018 until June 2018 at Dusun Gewok, Desa Karanggintung, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. The design of the research is a Randomized Complete Block Design (RCBD) with two factors. The first factor is the plant spacing which consist of 3 levels, (15 x 20) cm, (20 x 20) cm, and (25 x 20) cm. The second factor is seedling tuber cutting which consist 3 levels, without cutting, cutting Ă‚Âœ part, and cutting 2/3 part. The data analyzed using F test, then continued using Duncanñ€ℱs Multiple Range Test (DMRT) on level 5%. The result showed that the most effective to reach the higher level and the best yield is the plant spacing 15 cm x 20 cm with 1.729 g, the seedlings tuber cutting Ă‚Âœ part raise the hight of the plant 56,12 cm, and there is no best combination between the spacing of the seedlings to cut the seedlings to increase the growth and yield of the spring onion

    PENERAPAN URBAN FARMING UNTUK MENINGKATKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN PADA HUNIAN PERUMAHAN

    Get PDF
    Currently, it has developed rapidly in the form of housing in Banyumas Regency. The location of these housing settlements is well-known, mostly near urban areas and some in rural areas. Purwosari Indah Housing is one of the residential housing located in Banyumas Regency, located in Purwosari Village, Baturraden District. Yard and residential roads have not been used optimally for productive activities. Therefore, urban agriculture (Urban Farming) can be applied in housing to increase the added value of land and the income of the community around housing. The purpose of this activity is to increase the knowledge and skills of PKK RT 4 RW 5 Purwosari Housing and increase the income of the community and help improve the sustainability of the housing environment. The target audience for this activity is the PKK RT 4 RW 5 Housing Purwosari, Baturraden, Banyumas. Technology transfer activities include training, hands-on practice, and making demonstration plots at partner locations. Activities carried out in the form of counseling, direct practice demonstration plots of leaf vegetable cultivation (caisim, kale, pakcoy, mustard greens, leeks, and celery) verticulture using polybags arranged in stages on racks built from bamboo and gutters that are stratified from bamboo racks. , as well as vegetable plants planted in polybags placed in polybags which are neatly arranged on the side of the road, in the yard, or at home. Partners have been able to grow leafy vegetables well, so they can harvest vegetables for their own consumption or give to neighbors. Vegetable harvest is still limited, so it is only consumed by themselves and not sold.   Keywords: Urban farming, vegetable crops, verticulture.   ABSTRAK Saat ini telah berkembang dengan pesat hunian berbentuk perumahan di Kabupaten Banyumas. Lokasi hunian perumahan tersebut tersebar sebagian besar dekat daerah perkotaan dan sebagian lagi berada di perdesaan. Perumahan Purwosari Indah merupakan salah satu hunian perumahan yang berada di Kabupaten Banyumas, berlokasi di Desa Purwosari Kecamatan Baturraden. Lahan pekarangan rumah dan pinggir jalan perumahan belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan produktif. Oleh karena itu pertanian perkotaan (Urban Farming) perlu diterapkan di perumahan untuk meningkatkan nilai tambah lahan dan pendapatan masyarakat disekitar perumahan. Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu PKK RT 4 RW 5 Perumahan Purwosari dan menambah pendapatan masyarakatnya serta ikut meningkatkan kelestarian lingkungan perumahan. Khalayak sasaran kegiatan ini adalah ibu PKK RT 4 RW 5 Perumahan Purwosari, Baturraden, Banyumas. Kegiatan alih teknologi berupa pelatihan, praktek langsung, dan pembuatan demplot di lokasi mitra. Kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan, praktek langsung demplot budidaya tanaman sayuran daun (caisim, kangkung, pakcoy, sawi, bawang daun, dan seledri) secara vertikultur dengan menggunakan polibag yang ditata secara bertingkat pada rak yang terbuat dari bambu serta talang yang diletakkan bertingkat dari rak bambu, serta tanaman sayuran yang ditanam di polibag yang diletakkan dalam polibag yang ditata rapi di pinggir jalan, di pekarangan maupun di dak rumah. Mitra telah mampu menanam tanaman sayuran daun dengan baik, sehingga mereka dapat melakukan panen sayuran untuk di konsumsi sendiri maupun diberikan ke tetangga. Panen sayuran masih terbatas sehingga hanya dikonsumsi sendiri dan belum dijual.   Kata kunci: Urban farming, tanaman sayuran, vertikultur

    PENERAPAN PEMUPUKAN TANAMAN BUAH DALAM POT DI SDIT MUTIARA ILMU SOKARAJA UNTUK MENDUKUNG KELESTARIAN LINGKUNGAN SEKOLAH

    Get PDF
    ABSTRAKKegiatan pengabdian yang dilakukan antara lain transfer pengetahuan dan teknologi dengan cara penyuluhan dan praktek langsung berupa pelatihan meliputi: pelatihan pemeliharaan tanaman buah dalam pot dan pemupukan tanaman buah dalam pot. Pelatihan sosialisasi teknik penanaman tanaman buah dengan bibit unggul dan pemupukan NPK dan pupuk daun pada tanaman buah, upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman. Tanaman buah yang ditanam dalam pot antara lain jambu air, jambu biji, kelengkeng, belimbing, jeruk dan mangga. Metode yang diterapkan adalah ceramah, praktek langsung, dan pelatihan dengan dibuat kelompok yang masing-masing anggotanya berjumlah 5 sampai 6 orang. Target luaran peningkatan pengetahuan tentang budidaya pembibitan tanaman jambu air citra dan belimbing yang baik dan efisien sebesar di atas 70%, peningkatan keterampilan tentang budidaya pembibitan tanaman jambu air citra dan belimbing yang efisien dan baik sebesar 70%, dan peningkatan optimalisasi lahan pekarangan dengan penanaman tanaman buah dalam pot sebesar 40%. Hasil yang dicapai dari kegiatan pengabdian sebagai berikut: 1) Kegiatan pengabdian berbasis riset telah dilaksanakan dengan baik dan mendapat respon yang positif dari murid, Kepala Sekolah, guru, wali murid, maupun karyawan SDIT Mutiara Ilmu Sokaraja; 2) Pemupukan adalah NPK 10 g/tanaman jambu biji dan jeruk, 20 g/tanaman jambu air, 30 g/tanaman mangga, 40 g/tanaman belimbing, dan pupuk daun 1 g/l; dan 3) SDIT Mutiara Ilmu Sokaraja menginginkan kegiatan lanjutan berupa membungakan bibit tanaman buah di dalam pot, sehingga diharapkan kegiatan pengabdian dapat dilaksanakan untuk tahun kedua (pada tahun 2019).Kata Kunci: Tanaman Buah dalam Pot, Pemupukan. ABSTRACTThe activities carried out include transfer of knowledge and technology by means of counseling and direct practice in the form of training including: training in the maintenance of fruit trees in pots and fertilizing fruit plants in pots. Training on socialization of techniques for planting fruit trees with superior seeds and fertilizing NPK and leaf fertilizers on fruit trees, efforts to increase growth and production in plants. Fruit plants planted in pots include water guava, guava, longan, star fruit, oranges and mangoes. The methods applied were lectures, direct practice, and training with groups of 5 to 6 student. Output targets for increasing knowledge of good and efficient guava seedling and sta rfruit plant nursery cultivation are above 70%, improvement in skills of efficient and good image guava plant nursery and star fruit cultivation by 70%, and increased optimization of yard area by planting plants fruit in pots by 40%. The results of dedication are as follows: 1) Research-based service activities have been carried out well and received positive responses from students, principals, teachers, guardians of students, and employees of SDIT Mutiara Ilmu Sokaraja, 2) Fertilizing NPK 10 g/plant to guava and oranges, 20 g /plant water to apple, 30 g/plant to mango, 40 g/plant to star fruit, and 1 g/l leaf fertilizer, and 3) SDIT Mutiara Ilmu Sokaraja wants further activities in the form of flowering fruit seeds in pots, so it is expected that service activities can be carried out for the second year (in 2019).Keywords: Fruit Plants in Pot, Fertilization

    PENGARUH METODE PENGAPLIKASIAN DAN KONSENTRASI KALSIUM KLORIDA (CaCl2) TERHADAP VASE LIFE BUNGA POTONG ANGGREK DENDROBIUM ‘SONIA’

    Get PDF
    Anggrek Dendrobium banyak digunakan dalam rangkaian bunga karena memiliki kesegaran yang relatif lama, warna dan bentuk bunganya bervariasi, tangkai bunga lentur sehingga mudah dirangkai, dan produktivitasnya tinggi. Bunga anggrek potong yang dipasarkan tentunya harus mempunyai kualitas yang baik. Salah satunya adalah umur kesegaran bunga anggrek potong yang cukup panjang, yang sangat dipengaruhi oleh perlakuan atau penanganan pascapanen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pengaplikasian, konsentrasi kalsium klorida, dan interaksi dalam memperpanjang vase life bunga anggrek potong Dendrobium ‘Sonia’. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018 sampai September 2018 di Laboratorium Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Unsoed (7°24’29”S dan 109°15’13”T). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah metode pengaplikasian kalsium klorida (direndam dan disemprot) dan faktor kedua adalah konsentrasi kalsium klorida (0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, dan 80 ppm). Variabel yang diamati meliputi jumlah kuntum bunga, persentase kuntum mekar, persentase kuntum layu, persentase kuntum gugur, persentase penyakit, vase life, volume larutan terserap, dan warna bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kalsium klorida 80 ppm dapat memperpanjang vase life bunga anggrek potong Dendrobium ‘Sonia’ selama 44,50 hari

    PENERAPAN VERTIKULTUR TANAMAN SAYURAN DI SDN 1 LIMPAKUWUS KECAMATAN SUMBANG UNTUK MENINGKATKAN BUDAYA MENGKONSUMSI SAYURAN PADA ANAK DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

    Get PDF
    Salah satu karakter yang harus dibentuk sejak usia dini yaitu karakter peduli lingkungan. Penanaman kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan di sekolah dapat dilakukan melalui proses belajar mengajar yang bermuatan pendidikan lingkungan hidup, penyediaan lingkungan sekolah yang asri, dan ditunjang dengan fasilitas sekolah. Perkembangan anak pada usia 6-12 tahun telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya. Mitra kegiatan penerapan iptek ini adalah siswa Sekolah Dasar Negeri 1 (SD N 1) Limpakuwus Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Kurikulum merdeka belajar di SD N 1 Limpakuwus telah diadopsi dengan berbasis sumberdaya lokal kerena letak sekolah di wilayah pedesaan lereng Gunung Slamet. Kegiatan menanam tanaman sayuran di polibag salah satu upaya yang dilakukan untuk menerapkan kurikulum merdeka belajar. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan teknik budidaya tanaman sayuran secara efektif dan efisien untuk siswa SD N I Limpakuwus, menerapkan teknologi vertikultur budidaya tanaman sayuran yang akan dilakukan dilokasi mitra, membudayakan siswa SD untuk mengkonsumsi sayuran, dan meningkatkan kelestarian lingkungan sekolah. Kegiatan alih teknologi berupa pelatihan, praktek langsung, dan pembuatan demplot di lokasi mitra

    Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dengan Jumlah Daun Entres yang Berbeda terhadap Keberhasilan Sambung Pucuk Durian (Application of Plant Growth Regulator with Different Number of Scion Leaves on Success of Durian Top Grafting)

    Get PDF
    Perbanyakan tanaman secara vegetatif menggunakan teknik sambung pucuk dapat digunakan sebagai alternatif untuk menghasilkan benih yang bermutu. Namun, masalah yang sering terjadi pada sambung pucuk adalah kegagalan sambung. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis zat pengatur tumbuh, jumlah daun entres, dan kombinasi perlakuan yang memberikan hasil terbaik terhadap keberhasilan sambung pucuk durian. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai Januari 2019 di Desa Alasmalang, Kemranjen, Banyumas. Percobaan yang dilakukan merupakan percobaan pot dengan rancangan faktorial. Perlakuan pada penelitian ini adalah kombinasi antara zat pengatur tumbuh (kontrol, ekstrak tauge, air kelapa, IBA, dan BAP) dan jumlah daun entres (2, 4, dan 6 helai). Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 15 perlakuan dan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan ZPT IBA dan BAP memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas sambung pucuk tanaman durian, yaitu sebesar 2,711 dan 2,822 dan perlakuan jumlah daun entres dua helai memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu pecah tunas, jumlah tunas, dan pertambahan jumlah daun sambung pucuk tanaman durian, yaitu sebesar 2,3 helai.KeywordsSambung pucuk durian; Daun entres; Zat pengatur tumbuhAbstractVegetative propagation of plants using shoot grafting can be used as an alternative to produce quality seeds. The problem that often occours in top grafting is the failure to graft. This experiment aims to obtain the type of plant growth regulator, the number of scion’s leaves, and the combination that give the best results for growth of top grafting in durian. The research was conducted in November 2018 to January 2019 in Alasmalang Village, Kemranjen, Banyumas. The experiment was a pot experiment with a factorial design. The treatment was a combination of growth regulator (control, bean extract, coconut water, IBA, and BAP) and number of scion leaves (2, 4, and 6 strands). The research design used was a RCBD with 15 treatments and three replications. The results showed that the treatment of PGR IBA and BAP had a significant effect on the number of grafted shoots of durian plants, namely 2.711 and 2.822 and the treatment of the number of leaves of two leaves had a significant effect on shoot break time, the number of shoots and the increase in the number of grafted leaves of durian plants, namely amounting to 2.3 strands

    Pengaruh Pemberian Pupuk Limbah Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L.)

    Get PDF
    Cucumber is one of the choices of horticultural commodities for farming activities. To increase the production of cucumber can be done by using organic waste fertilizers, such as pineapple peel waste and rice washing water. This research aims: 1) to know the best concentration of liquid organic fertilizer of pineapple peel waste for growth and yield of cucumber; 2) to know the best concentration of liquid organic fertilizer of rice washing water for growth and yield of cucumber; and 3) to know the best combination of concentration of liquid organic fertilizer of pineapple peel waste and liquid organic fertilizer of rice washing water for growth and yield of cucumber. The research was conducted at screen house located in Tambaksogra Village, Sumbang Sub-district, Banyumas Regency and the Laboratory Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Jenderal Soedirman University, on Januari until June 2019. The experiment design used was Completely Randomized Block Design with 2 factors and 3 replication. The first factor was the concentration of liquid organic fertilizer of pineapple peel waste, namely 0, 10, 20, and 30 ml/l. The second factor was the concentration of liquid organic fertilizer of rice washing water, namely 0, 10, 20, and 30 ml/l. The results showed that: 1) the concentration 30 ml/l of liquid organic fertilizer of pineapple peel waste increased fruit weight per plant compared to the control treatment of 606,02 g : 45,48%, fruit length 15,99 cm : 9,22%, and fruit volume 163,87 ml : 13,37%; 2) the concentration liquid organic fertilizer of rice washing water did not increased the growth and yield of cucumber plants; and 3) the combination of concentrations liquid organic fertilizer of pineapple peel waste and rice washing water gave the same response to plant growth and yield
    corecore