4,317 research outputs found

    Kontribusi Sikap dan Tingkat Familiaritas Mahasiswa pada Kosakata Serapan Bahasa Inggris dalam Bahasa Indonesia terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris

    Get PDF
    The research is aimed to determine the contribution of Information Technology (IT) students’ attitude and level of familiarity in using English loanwords in bahasa Indonesia toward their English vocabulary mastery. The type of research was a correlational study of contribution. The research population was the fifth-semester students of IT in the academic year 2018/2019 at IAIN Bukittinggi with the total number of population was 180 students. The sample selection was done by using cluster random sampling technique with the total of the sample was 45 students from 6 parallel classes. The research data were obtained from attitude questionnaires, familiarity level questionnaires, and English vocabulary test. These instruments were analyzed statistically by using simple and multiple regression with a significance level was 0.05. Based on the data analysis, it was obtained the equation of Y = 4.192+0.227X1 + 0.5X2 that was indicated a positive contribution of students’ attitude and familiarity degree on English loanwords toward their English vocabulary mastery. Due to the value of F change (0.00) was lower than a =0.05, means that the variables of X1 and X2 contributed significantly toward the variable of Y (the students’ English vocabulary mastery). Then, the coefficient of determination R2 was 0.468 indicated variables X1 and X2 gave contribution simultaneously as much as 46.8% toward variable Y, while as much as 63.2 % was affected by other factors. So, the existence of English loanwords in Bahasa Indonesia gives a potential opportunity to make English is easy to be learned. Because both between loanwords and English vocabularies have similarities in form and meaning. So, in order to give a meaningful, positive attitude and familiarity degree of loanwords must be developed.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sikap dan tingkat familiaritas mahasiswa  teknologi Informatika IAIN Bukittinggi dalam menggunakan kosakata serapan bahasa  Inggris yang ada di dalam Bahasa Indonesia terhadap penguasaan kosakata bahasa  Inggris mereka. Penelitian ini bertipe korelasi dalam bentuk kontribusi. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa IAIN Bukittinggi semester V tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 180 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Jumlah sampel adalah 45 mahasiswa dari 6 kelas paralel. Data penelitian diperoleh dari angket sikap, angket tingkat familiaritas penggunaan kosakata serapan  Bahasa  Inggris, dan tes penguasaan  kosakata bahasa  Inggris. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah regresi dan korelasi sederhana dan ganda melalui korelasi Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05. Dari analisa data, diperoleh garis persamaan Y = 4.192+0.227X1 + 0.5X2, dimana menunjukkan terdapat kontribusi positif dari sikap dan tingkat familiaritas mahasiswa pada Kosakata serapan Bahasa Inggris dalam Bahasa Indonesia terhadap penguasaan Bahasa Inggris. Nilai F change (0.00) lebih kecil dari a =0.05,  artinya X1 dan X2 berkontribusi secara signifikan terhadap variable Y (penguasaan kosakata Bahasa Inggris). Kemudian dari nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0.486, dapat dimaknai bahwa sumbangan X1 dan X2 secara bersamaan pada Variabel Y sebesar 48,6 % dan sisanya sebesar 63,4 % ditentukan oleh faktor lain.  Jadi keberadaan kosakata serapan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia memiliki potensi untuk memudahkan dan meringankan beban pembelajaran kosakata Bahasa Inggris itu sendiri. Karena kata serapan dan kosakata bahasa Inggris memiliki kemiripan atau bahkan kesamaan pada segi ejaan dan arti. Agar memberikan manfaat, maka  sikap positif dan tingkat familiaritas terhadap kosakata Serapan Bahasa Inggris perlu ditumbuhkembangkan

    DAKWAH NATIO-EDUCATION PADA MASYARAKAT EKS TAHANAN POLITIK DI KAMPUNG NANGA-NANGA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA

    Get PDF
    Kemajemukan  bangsa  Indonesia  tidak  hanya  pada  aspek-aspek yang selama ini populer di masyarakat seperti budaya, suku, bahasa, agama ataupun ras. Lebih dari itu, kemajemuk-an nampak pula pada kondisi sosial yang mengalami pelapisan“atas-menengah-bawah”,  terdidik-kurang  terdidik,  bahkan pelabelan berdasarkan latar belakang afiliasi politik seperti “kiri-tengah-kanan”. Fakta-fakta sosial tersebut menyebabkan terjadinya  perbedaan  perlakuan  bagi  masing-masing komunitas  yang  mengalami  polarisasi  tersebut  baik  secara struktural, kultural maupun politik.Mengambil  setting pada  masyarakat eks  tahanan politik  di Kampung  Nanga-Nanga  Kota  Kendari  Propinsi  Sulawesi Tenggara,  tulisan  ini  merupakan  upaya  melukiskan  kondisi suatu komunitas yang mengalami ketidakadilan secara sosial akibat pilihan mereka di masa lalu. Fakta lain yang menjadi sorotan  adalah  rendahnya  partisipasi  mereka  terhadap pendidikan.  Sehingga  tulisan  ini  juga  merupakan  ikhtiar memberikan tawaran solutif atas permasalahan tersebut.Masyarakat eks tahanan politik Kampung Nanga-Nanga Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara adalah komunitas yang diasingkan dari hiruk-pikuk  penyelenggaraan negara akibat peristiwa 30 September 1965. Meskipun reformasi pada mei 1998 memberi harapan rehabilitasi, tetapi kondisi traumatik yang demikian kuat tidak memberi perubahan berarti dalam kehidupan sosial masyarakat kampung Nanga-Nanga. Proses isolasi masyarakat eks tahanan politik yang telah berlangsung cukup  lama  di  tempat  itu  menciptakan  stigma  bahwa kampung  Nanga-Nanga  dan  masyarakatnya  merupakan lapisan asing dalam struktur masyarakat di Kota Kendari.Akibat  dari  pengasingan  itu  masyarakat  kampung  Nanga-Nanga  menunjukkan  beberapa  perilaku  seperti:  pesimisme dalam berbangsa dan bernegara, apriori terhadap lembaga pendidikan,  sensitif  terhadap  agama,  dan  tertutup  dalam pergaulan sosial.Kondisi masyarakat eks tahanan politik di kampung Nanga-Nanga  yang  mayoritas  beragama  Islam  menghadirkan tawaran tentang perlunya pendekatan agama dalam konteks membangun  kesadaran  berbangsa  dan  menumbuhkan semangat  untuk  bersekolah.  Pendekatan  strategis  tersebut diharapkan  menjadi  gerakan  dakwah  kebangsaan  dan perbaikan layanan pendidikan. Akibatnya strategi dakwah ini menuntut  keterlibatan  seluruh  elemen  masyarakat  baik pemerintah,  tokoh  agama,  tokoh  masyarakat,  pemuda, mahasiswa dan lembaga pendidikan

    STUDENTS’ MOTIVATION IN LEARNING ENGLISH BY GIVING WARM UP ACTIVITIES IN BEGINNING OF CLASS

    Get PDF
    The objective of this research was to find out Students’ motivation in learning English by giving warm-up activities at the beginning of class, (An Experimental Study at the Second Grade of SMPN 2 Mangarabombang, Kabupaten Takalar). This research applied a pre-experimental design with Pre-Questionnaire, Treatment and Post-Questionnaire. The population of this research was the second-grade students of SMPN 2 Mangarabombang, Kabupaten Takalar which consisted of VIII A, VIII B, and VIII. To find out the students’ involvement motivation, the researchers used a questionnaire. The questionnaire aimed to find the effects of warm-up activities on students’ motivation in learning English. The questionnaire used an attitude scale, they were: Strongly Agree (SA), Agree (A), Undecided (UN), Disagree (D), or Strongly Disagree (SD). The students answered the question based on their perspective and their opinion. Warm-up activities affected the students’ perspective on learning English after being treated. The mean was improved by 8.24%, ranging from54.3 to 60.9. It indicates that students have a positive perspective on learning English after giving warm-up activities at the beginning of class. Warm-up activities affected the students’ extrinsic motivation in learning English after being treated. The mean is improved (5.78%) ranging from 55 to 59.56, which indicates that students’ extrinsic motivation is increased after giving warm-up activities at the beginning of class. It also shows that warm-up activities can create a good atmosphere and positive perspective for students and encourage students to be involved in classroom activities. Concern about that facts and based on the data analysis above and students’ journal analysis, the researcher would like to conclude that warm-up activities can affect students’ perspective and student's extrinsic motivation in learning English. So, we can make warm-up activities one of the options to face the class

    KARAKTERISTIK BETON RINGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT (Sodium Lauryl Sulfate) SEBAGAI BUSA

    Get PDF
    Implementasi beton sebagai bahan konstruksi merupakan elemen dominan yang digunakan dan dikembangkan dengan berbagai penelitian yang dirancang untuk mendapatkan beton yang memiliki ketahanan terhadap perubahan konfigurasi akibat gaya kerja dan pengaruh lingkungan, beton ringan umumnya memiliki berat jenis di bawah 2,0 N/mm2, penerapan foam agent dalam mortar menjadi beton ringan, bertujuan untuk mengurangi berat beton dan memiliki massa yang rendah dengan menggunakan bahan berupa sodium lauryl sulfate yang telah diekspansi menjadi busa pada campuran mortar apa adanya. Diketahui bahwa penerapan material konstruksi bermassa rendah akan mengurangi berat struktur yang tentunya akan mempengaruhi konstruksi secara keseluruhan. Sehingga potensi penggunaan material konstruksi bangunan yang ringan dan ramah lingkungan merupakan salah satu upaya untuk mendukung konstruksi dan mendukung program pemerintah dalam meminimalisir eksploitasi material alam. Campuran beton dan karakteristik kuat tekan beton silinder 100 mm x 200 mm dengan kuat tekan rata-rata 5,702 MPa, kuat tarik diperoleh 0,522 MPa, modulus elastisitas 3,823 MPa dan kuat lentur balok 1,232 MPa. Penelitian eksperimental untuk mengetahui karakteristik kekuatan beton ringan berbahan busa mengacu pada Standar Nasional Indonesi

    Dilema Feminis sebagai Reaksi Maskulin dalam Tradisi Pernikahan Bugis Makassar

    Get PDF
    This paper seeks to expose feminist existence in the tradition of Bugis Makassar marriage by revisiting the position of Siri \u27culture as the emancipation of human values, especially with regard to feminist and masculine essence in marriage. The marriage system shows the unclear direction or unrelatedness between the Siri \u27values tradition and the concrete reality of feminist existence. The marriage system of Bugis Makassar is characterized by a shift in tradition which then raises the value of materialism into Siri \u27culture. The problem becomes more complicated when faced with “uang panaik” tradition that so neutralize myths as a measure of establishment and masculine responsibility, so that the masculine reaction to the tradition of marriage Bugis Makassar feels necessary. Because this is what will create the feminist dilemma in the tradition of marriage

    Readines Frame: Analisis Kerangka Kesiapan dalam Transformasi Pendidikan Tinggi (Pengalaman Iain Kendari)

    Full text link
    Eksistensi sebuah perguruan tinggi sebagai pelopor pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mensyaratkan respon yang tinggi terhadap Perubahan zaman. Salah satu bentuknya adalah transformasi kelembagaan disebabkan model kelembagaan yang lama tidak mampu lagi mengakomodasi tuntutan perkembangan. Hal ini menjadi tantangan semua perguruan tinggi termasuk IAIN Kendari. Riset ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendalami kesiapan IAIN Kendari dalam proses transfomasi kelembagaan. Walaupun saat ini STAIN Kendari telah bertransformasi menjadi IAIN Kendari, tetapi riset ini tetap bermanfaat -salah satunya- sebagai bahan perbandingan dalam rangka tranformasi kelembagaan IAIN Kendari pada tingkat yang lebih tinggi. Hasil kajian riset ini menemukan bahwa rumusan-rumusan dalam Rencana Strategis IAIN Kendari 2014-2018 belum menunjukkan kondisi empirik yang sesungguhnya. Data dan informasi yang valid sejatinya diungkapkan sehingga dapat menjadi cermin yang berguna dalam Perumusan langkah-langkah strategik. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa secara ideal kesiapan menghadapi transformasi kelembagaan sangat rendah.Bahwa alih status yang diperoleh cenderung sebagai "berkah tak terduga" atau blessing in disguise. Dalam rangka menuju perguruan tinggi yang lebih kompetitif di masa depan kesiapan kelembagaan secara menyeluruh harus menjadi perhatian utama

    Kepemimpinan dan Inovasi Lembaga Pendidikan (Pengalaman Pondok Gontor VII Putra Sulawesi Tenggara)

    Get PDF
    Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islamkhas Indonesia, bahkan lembaga pendidikan tertua di Nusantara.Kehadirannya populer disebut sebagai fenomena desa karenaumumnya berada di luar perkotaan. Kondisi zaman yang berubahcepat telah menciptakan polarisasi model pesantren, salaf dan khalaf.Secara substantif dua model tersebut merupakan respon atasperubahan-Perubahan eksternal yang dalam luas disebut inovasi.Walaupun demikian, perbedaan antara kedua model pesantren tersebutsudah makin menipis saat ini. Pondok Gontor VII Putra SulawesiTenggara yang merupakan jenis pesantren khalaf, menunjukkanbahwa inovasi-inovasi dapat dilakukan melalui kepemimpinan Kiay.Keberhasilan kepemimpinan itu berlandaskan pada nilai-nilai luhuryang dianut, yaitu 14 point kepemimpinan Gontor yakni kualifikasiyang harus dimiliki oleh para pemimpin Gontor. Kualifikasikepemimpinan tersebut didukung oleh prinsip atau filosofi panca jiwadan panca jangka. Keberhasilan tersebut juga menunjukkan integrasikuat antara kualifikasi kepemimpinan, prinsip/filosofi yang dianutdengan praktek-praktek kelembagaan yang Nampak. Secara umum halini menunjukkan pula bahwa figur pemimpin merupakan kekuatantransformatif yang menentukan kemajuan suatu lembaga

    Gizi dan Penyembuhan Luka

    Get PDF
    Penurunan status gizi telah umum terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Malnutrisi dapat juga terjadi pada pasien bedah digestif, dan diduga berhubungan dengan penyembuhan luka operasi dan lama rawat inap. Buku ini membahas hubungan antara status gizi (berdasarkan IMT, kadar albumin dan hemoglobin) dan asupan makanan dengan penyembuhan luka operasi.\ud Bahan kajian pada buku ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada pasien bedah digestif sebanyak 21 subyek yang telah berpartisipasi pada penelitian tersebut. Status Gizi diukur berdasarkan IMT, TLK, LLA, kadar albumin, dan hemoglobin. Penyembuhan luka diukur menggunakan instrument pengkajian luka menurut Morison. Subyek diukur status gizinya saat masuk RS, dan diukur kembali pada hari ke-3 setelah operasi. Asupan makanan diukur dengan Food Recall 24 jam. Adapun luka pasien diukur pada hari ke-3, ke-5, dan ke-7 setelah operasi.\ud Buku ini menyimpulkan malnutrisi pada pasien bedah digestif berhubungan dengan kejadian penyembuhan luka operasi yang tidak baik pada pasien. Oleh karena itu, diperlukan suatu skrining gizi dan intervensi gizi pada pasiensejak masuk rumah sakit
    corecore