62 research outputs found
Effect of Marine Environment to the Concrete Beams Strengthened Using GFRP Sheet
Structures built aggresive enviroment such ason the sea/marine environment is to be carefully designed, due to possibility of chloride ion penetration into the the concrete. One way to reduce the strength degradation in such environment is to use FRP, which is attached to the surface of R/C using epoxy. The study presented is focused on determining the effect of the sea water to the capacity of GFRP as flexural reinforcementelements. Beam of 10x10x40 cm dimension were designed without reinforcing bars. The samples were tested using variation to the distance to the sea and duration of the contact to sea.\ud
The result showed that the use GFRP increased the flexural strength 84,21%, compared to the normal beam, without GFRP. It can also be seen that the closer the distance to the sea, the higher the strength degradation of the beam. The sample rinsed in the water has strength 2.53 kN. The result of this study also showed that for areas closer to the sea has a greater effect in terms decreasing flexural capacity of the bea
KORELASI POROSITAS BETON TERHADAP KUAT TEKAN RATA-RATA
Agregat yang tersedia di alam umumnya mempunyai pori yang berbeda setiap satu lokasi, hal ini dapat dilihat dengan perbedaan nilai resapan air oleh agregat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah bagaimana pengaruh porositas terhadap nilai kuat tekan beton, dengan perbedaan nilai faktor air semen (FAS).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan pengaruh porositas beton dengan kuat tekan beton rata-rata. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kuat tekan dan porositas beton. Penelitian ini menggunakan agregat kasar dari 3 lokasi yaitu Tubo, Bula, dan Togafo. Pembuatan benda uji dengan nilai FAS berbeda.Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa semakin besar porositas maka kuat tekan beton semakin kecil. Dari hasil analisa regresi diperoleh nilai koefesien korelasi yaitu negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan tidak searah. Hubungan antara porositas agregat terhadap kuat tekan beton sangat kuat, hal ini dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan nilai korelasi atau hubungan antara dua variabel sangat erat
EFEK PERKUATAN GLASS FIBER REINFORCE POLYMER-SHEET PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN TULANGAN KOROSI
Abstrak Artikel ini menyajikan tentang balok beton bertulang yang tulangannya telah korosi kemudian diberi perkuatan ekternal berupa serat glass tipe lembaran atau Glass Fiber reinforced Polymer-Sheet (GFRP-S). Pada studi ini variabel berdasarkan variasi tingkat korosi pada tulangan. Lima macam benda uji yang digunakan berbentuk balok dengan dimensi 15x20 cm panjang 160 cm. Tulangan utama yang digunakan besi f12 dan tulangan sengkang f8-100. Mutu beton digunakan 25 MPa. Balok beton bertulangan normal tanpa perkuatan sebagai balok kontrol (BN), balok beton bertulangan normal dengan perkuatan GFRP-S (BP), balok beton bertulangan korosi dengan perkuatan GFRP-S (BPK), variasi waktu pengkorosian tulangan selama 2 minggu (BPK2), 4 minggu (BPK4) dan 6 minggu (BPK6) dengan metode perendaman pada larutan asam sulfat 2,0%. Balok diperkuat GFRP-S pada daerah Tarik di bagian bawah balok. Pengujian lentur dengan twopoint load. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balok beton bertulang yang diperkuat dengan GFRP-S mempunyai kapasitas lebih besar dibandingkan dengan balok normal sebesar 12,07%. Balok beton bertulang dengan tulangan tingkat korosi lebih besar (pengkorosian 6 minggu) cenderung menurunkan kapasitas balok namun kapasitasnya masih lebih besar dari balok normal sebesar 1,38%. Kata kunci: balok beton, tulangan korosi, asam sulfat, GFRP-S Abstract This article presents about reinforced concrete beams whose reinforcement has been corroded and then externally reinforced in the form of sheet type glass fiber or Glass Fiber Reinfroced Polymer-Sheet (GFRP-S). In this study, the variables are based on variations in the level of corrosion on the reinforcement. Five kinds of test objects used in the form of blocks with dimensions of 15x20 cm and length of 160 cm. The main reinforcement used is f12 and f8-100 stirrup reinforcement. The quality of the concrete used is 25 MPa. Normal reinforced concrete beams without reinforcement as control beams (BN), normal reinforced concrete beams with GFRP-S reinforcement (BP), corrosion reinforced concrete beams with GFRP-S reinforcement (BPK), variations in reinforcement corrosion time for 2 weeks (BPK2), 4 weeks (BPK4)and 6 weeks (BPK6) by immersion method in 2.0% sulfuric acid solution. The beam is reinforced with GFRP-S in the Tensile region at the bottom of the beam. Flexural test with two point load. The results showed that reinforced concrete beams reinforced with GFRP-S had a larger capacity than normal beams by 12.70%. Reinforced concrete beams with reinforcement with a higher corrosion rate (6 weeks corrosion) tend to reduce the capacity of the beam but its capacity is still larger than normal beams by 1.38%. Keywords: concrete beam, corrosion reinforcement, sulfuric acid, GFRP-S
UJI TEKAN BETON MUTU TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH ADDITON
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat dari zaman ke zaman, kriteria beton mutu tinggi juga meningkat sesuai dengan perkembangan zaman. Berbagai penelitian dibidang beton dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas beton, teknologi bahan dan metode pelaksanaan yang mana hasil dari penelitian tersebut dimaksudkan untuk menjawab tuntutan yang semakin tinggi terhadap kebutuhan pemakian beton. Salah satu cara agar dalam membuat beton mutu tinggi adalah dengan menambahkan bahan tambah berupa admixtures dan additives.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penggunaan bahan tambah Additon.H.E. terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 buah berbentuk kubus dengan ukuran (150x150x150) mm, dengan masing - masing variasi sebanyak 3 sampel. Variasi Additon H.E yang digunakan sebesar 0 cc, 50 cc 150 cc, 250 cc dan 300 cc. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 28 hari. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa kuat beton dengan variasi Additon H.E 0 cc diperoleh kuat tekan sebesar 443,99 Kg/cm² dengan nilai slump 2 cm, setelah ditambahkan Additon H.E 50 cc, 150 cc, 250 cc dan 300 cc mengalami variasi kuat tekan 450,03 Kg/cm² diperoleh nilai slump 2,5 cm. Pada penambahan variasi Additon H.E 150 cc dengan nilai slump 5 cm terjadi peningkatan kuat tekan beton sebesar 456,07 Kg/cm², peningkatan kuat tekan beton yang cukup signifikan terjadi pada penambahan Additon H.E 250 cc diperoleh kuat tekan sebesar 483,26 Kg/cm² dan nilai slump yang diperoleh 7,5 cm. Semakin besar penambahan Additon H.E yang digunakan semakin besar pula nilai slump yang diperoleh, namum tidak mengurangi kuat tekan beton melainkan meningkatkan workabilty beton. Ini memperlihatkan bahwa Additon H.E dapat memperbaiki kinerjia beton namun hanya sampai konsentrasi tertentu yaitu 250 cc, setelah melewati 250 cc kinerjia beton akan menurun
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DENGAN PENAMBAHAN SERAT KAWAT
Abstrak Beton ringan merupakan pilihan yang baik bagi daerah rawan gempa. Batu apung dan pasir batu apung dapat digunakan sebagai agregat beton ringan. Penggunaan agregat ini dapat mereduksi berat beton namun juga mengakibatkan penurunan kuat tekan dan kuat lenturnya. Untuk memperbaiki penurunan kuat tekan dan kuat lentur perlu dilakukan inovasi, seperti dengan penambahan serat ke dalam campuran beton. Dalam penelitian ini digunakan benda uji berbentuk balok dengan dimensi 15x15x60 cm. Serat kawat bendrat ditambahkan ke dalam campuran beton ringan dengan komposisi sebesar 7,5% terhadap berat benda uji. Pengujian lentur dengan pembebanan twopoint load, balok dibebani sampai mencapai kegagalan. Hasil pengujian menunjukan bahwa, kuat lentur pada balok beton ringan dengan penambahan serat kawat bendrat (BR-S) dapat meningkatkan kuat lentur sebesar 18,12% terhadap beton ringan tanpa serat kawat bendrat (BR). Koefisien hubungan kuat lentur dan kuat tekan (K) adalah 0,70 sesuai dengan SNI 2843. Kata Kunci: Beton Ringan, Kuat Lentur, Batu Apung, Pasir Batu Apung Abstract Lightweight concrete is a good choice for earthquake prone areas. Pumice stone and pumice sand can be used as lightweight concrete aggregates. The use of this aggregate can reduce the weight of concrete but also result in a decrease in its compressive strength and flexural strength. To improve the decrease in compressive strength and flexural strength, innovations need to be made, such as by adding fiber to the concrete mix. In this study used a beam-shaped test object with dimensions of 15x15x60 cm. Bendrat wire fibers are added to the lightweight concrete mixture with a composition of 7.5% of the weight of the test object. Flexural testing with a two point load, the beam is loaded until it reaches failure. The test results show that the flexural strength of lightweight concrete beams with the addition of bendrat wire fibers (BR-S) can increase the bending strength by 18.12% against lightweight concrete without bendrat wire fibers (BR). The coefficient of the relationship between flexural strength and compressive strength (K) is 0.70 according to SNI 2843. Keywords: Lightweight Concrete, Flexural Strength, Pumice Stone, Pumice San
Effects of Using Pumice Sand as A Partial Replacement of Fine Aggregate in Lightweight Concrete Mixtures
Purpose: The advantage of lightweight concrete is to reduce the weight, which is considered the dead load on the structure. This study aims to determine the effect of replacing sand with pumice sand as fine aggregate in lightweight concrete. The substitution affects the compressive strength, split tensile strength, and weight.
Design/methodology/approach: The research method is through testing in the laboratory, where the test specimens are cylindrical following SNI with a height of 30 cm and a diameter of 15 cm totaling 50 pieces. The composition ratio between regular and pumice sand is 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%, and 0%:100%, respectively. Control of the test object using 100% regular sand.
Findings: This research shows that adding pumice sand into the mixture decreases the volume weight. The weight of the volume of concrete produced is < 1,900 kg/m3, which is classified as a lightweight one.
Research limitations/implications: The resulting compressive strength of 56.63 kg/cm2 decreased against the control test object by 81.10%. At the same time, the split tensile strength is 1.13 kg/cm2, or a decline of 52.05% from the control test object.
Originality/value: This paper is an original work.
Paper type: Research pape
EFEK PENAMBAHAN SERAT POLYPROPYLENE TERHADAP KUAT TEKAN BETON PADA PERKERASAN KAKU
Rigid pavement or cement concrete pavement is a construction (pavement) with aggregate and raw materials and uses cement as a binding material. Rigid pavements have good compressive strength, but in contrast to flexural strength, this is due to their brittle nature, so when planning rigid pavements, fiber is added to the concrete mixture in the hope of increasing the elastic or flexible properties of the rigid pavement itself. This study aims to analyze the effect of adding polypropylene fibers to a mixture of rigid pavement concrete with a variation of 0.1%; 0.3%; 0.5%; 0.7%; and 1.0% by weight of cement. Control test objects without using polypropylene fiber. The number of cylindrical specimens of 15x30 cm was 30 pieces. Compressive strength test. The results showed that the compressive strength were optimum at 0.30%.Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah konstruksi (perkerasan jalan) dengan agregat dan bahan baku serta menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Perkerasan kaku memiliki kuat tekan yang baik, namun berbeda dengan kuat lentur, hal ini dikarenakan sifatnya yang getas, sehingga pada saat merencanakan perkerasan kaku, ditambahkan serat pada campuran beton dengan harapan dapat meningkatkan sifat elastis atau lentur dari perkerasan kaku itu sendiri. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penambahan serat polypropylene pada campuran beton perkerasan kaku dengan variasi 0,1%; 0,3%; 0,5%; 0,7%; dan 1,0% berat semen. Benda uji tanpa menggunakan serat polypropylene sebagai benda uji kontrol. Jumlah benda uji berbentuk silinder 15x30 cm sebanyak 30 buah. Uji kuat tekan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan optimum pada kadar serat polypropylene 0,30% terhadap berat seme
Efek Larutan Asam Terhadap Kuat Tekan dan Penyerapan Mortar dengan Bahan Tambah Fly Ash
Mortar is a mixture consisting of fine aggregate and adhesive. This mortar serves as a filler or binder in the constituent parts of a construction, both non-structural and structural. In this study, the test object measuring 5x5x5 cm was used by using fly ash added from the PLTU Rum by 20% of the cement weight. This study aims to clarify the use of fly ash from PLTU Rum as an additive in mortar mixtures. The test object is immersed in an acid solution with a concentration of 2%, the duration of immersion is 30, 60 and 90 days. The addition of fly ash to the mortar mixture can increase the compressive strength by 23.32%. The longer the contact with the acid solution will decrease the compressive strength and increase the absorption of the mortar
PENGARUH TEKANAN PADA PEMBUATAN BATA SEMEN BERBAHAN DASAR PASIR APUNG
Kota Tidore Kepulauan memiliki potensi sumber daya alam berupa ketersediaan pasir apung. Pasir apung adalah jenis butiran yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas dan biasanya disebut juga sebagai butiran gelas vulkanik silikat. Berdasarkan survei yang dilakukan kepada pengusaha bata semen, dalam proses pengepresan yang dilakukan hanya berdasarkan perkiraan, sehingga kekuatan bata semen tidak diketahui. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian mengenai pemberian tekanan pembuatan bata semen sehingga kuat tekan bata semen dapat diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tekanan pada proses pembuatan bata semen yang menggunakan pasir apung. Tahapan yang dilakukan antara lain : pengujian karakteristik material, perencanaan komposisi campuran 1PC : 4PS, dan variasi pemberian tekanan yaitu 1,33 MPa; 2,67 MPa; 4,00 MPa; 5,33 MPa dan 6,67 MPa dengan jumlah sampel 75 buah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semakin besar tekanan yang diberikan maka semakin tinggi nilai kuat tekan dan penyerapan yang semakin kecil. Bata semen hasil produksi pasaran menghasilkan kuat tekan 42,37 kg/cm². Bata semen yang menggunakan pasir apung dengan pemberian tekanan, yaitu 1,33 MPa; 2,67 MPa; 4,00 MPa; 5,33 MPa dan 6,67 MPa, menghasilkan berat yang lebih ringan dari bata pasir Kalumata dengan beban atau tekanan yang diberikan sama dengan bata pasir apung
- …