18 research outputs found

    Kajian Produksi, Perdagangan, Industri Dan Teknologieboni

    Full text link
    Eboni (Diospyros celebica Bakh.) mempakan kayu endemik Sulawesi terutama tumbuh secara alami di Sulawesi Tengah yaitu di daerah Poso,Parigi dan Donggala. Eboni juga ditemukan di Sulawesi Selatan dengan daerah penyebaran Malili, Wotu, Mamuju, Barm dan Maros.Selain Diospyros celebica Bakh.,masih ada lima jenis Diospyros lainnya yang termasuk dalam kelompok eboni yaitu D. ebenum Koen., D. ferrea Bakh., D. lolin Bakh., D. pilosanthera Blanco dan D. rumphii Bakh.Namun, eboni yang sebenarnya atau eboni asli adalah Diospyros celebica Bakh. yang menjadi bahan kajian dalam tulisan ini

    Inventarisasi Potensi HHBK Bambu dengan Citra Alos sebagai Tumbuhan Penyerap Gas Rumah Kaca (GRK) di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros

    Get PDF
    Bambu merupakan vegetasi yang mendominasi pada kebun campuran dan pada berbagai tempat didapatkan tegakan bambu tumbuh secara berkelompok di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Bambu memiliki potensi untuk mengatasi Gas Rumah Kaca (GRK) berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Inventarisasi luas hutan rakyat dilakukan dengan menggunakan citra satelit Alos AVHNIR-2 dengan membuat citra komposit dengan kombinasi band 4 3 1. Kombinasi band tersebut dimaksudkan untuk memudahkan mendelineasi penutupan lahan (land cover) oleh vegetasi. Luas minimum lahan delinieasi mengacu pada luas hutan menurut Protokol Kyoto dengan luas minimum 0.05 ha. Berdasarkan analisis Peta wilayah Kecamatan Tanralili dan Kawasan Hutan memiliki luas 7481.55 ha, terdiri atas Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 6951,59 ha, dan Kawasan Hutan seluas 539,96 ha. Hasil penafsiran citra ALOS AVNIR-2 2011 diperoleh bahwa luas tegakan bambu 2324.31 ha umumnya tesebar pada APL yang merupakan lahan milik masyarakat, berupa tegakan hutan bambu, kebun campuran, rumah kebun (home garden), sepanjang aliran sungai, dan sebagian kecil berada di kawasan

    PERLAKUAN KIMIA DAN FISIK EMPAT JENIS ROTAN SESUDAH PENEBANGAN

    Get PDF
    The objective of this study is to determine the effectiveness of chemical and\ud physical treatment in protecting four rattan species (batang, saloso, lambang, anranga)\ud from blue stain attack. Four rattan mature stem of each species were felled, and each rattan\ud cane was cutted into 9 samples with 1 m long for every treatment. The treatment s consisted\ud of soaking samples into 0.5% formalin solution for 10 minutes, soaking samples into 10%\ud boric acid solution for 10 minutes, and dipping the two cross sections of the samples into\ud melted candle. Untreated samples were also prepared for control. The untreated and treated\ud samples were stored in harvesting location for 20 days. Every 5 days, the samples were\ud observed for the presence of blue stain attack. The results showed that untreated samples\ud were attacked by blue stain with the average intensity of 59,3% and the average depth of\ud 5,3 cm. Samples soaked in 0,5% formalin solution were attacked by blue stain with the\ud average intensity of 40,3% and the average depth of 2,4 cm. Samples soaked in 10% boric\ud acid were attacked by blue stain with the average intensity of 18,8% and the average depth\ud of 0,8 cm. Samples treated by melted candle were found to be free from blue stain attack

    Analisis Kadar Karbon Pohon Sengon (Paraserianthes falcataria) yang Tumbuh di Hutan Rakyat

    Get PDF
    Kadar karbon setiap jenis pohon atau tumbuhan berbeda-beda yang disebabkan oleh perbedaan persentase komponen kimia penyusun biomassa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar karbon yang tersimpan dalam batang sengon. Pohon sengon dari hutan rakyat di Kecamatan Kolaka Sulawesi Tenggara di tebang sebanyak 10 pohon yang berasal dari 10 kelas diameter mulai dari kelas diameter < 10 cm sampai kelas diameter > 50 cm dengan interval diameter 5 cm. Setiap pohon diambil sampel pada bagian pangkal, tengah, dan ujung batang serta cabang masing-masing sebanyak 100 gram untuk dibuat serbuk dengan ukuran 40-60 mesh. Serbuk dari 10 pohon masing-masing dicampur sesuai dengan bagian batang tersebut. Serbuk dikeringkan pada suhu 80??? C selama 48 jam, kemudian diambil sebanyak 2 gram untuk menetukan kadar karbonnya melalui pemanasan anaerob pada suhu 300???C selama 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar karbon rata-rata pada bagian pangkal batang sebanyak 47,19 %, bagian tengah batang sebanyak 46,68%, bagian ujung batang sebanyak 46,63%, dan cabang sebanyak 45,89%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi posisi dalam batang sampai cabang kadar karbon cenderung menurun. Secara keseluruhan kadar karbon rata-rata pohon sengon yang berdiameter < 10 cm sampai > 50 cm sebanyak 46,6%

    ASR OF RICE HUSK AND THE POTENTIAL USE OF RHA TO MITIGATE ASR IN CEMENT COMPOSITE

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi reaksi alkali silika (ASR) pada sekam padi. Pembuatan contoh uji Mortar Bar didasarkan pada ASTM C 1260 yang dikenal sebagai "Accelerated Mortar Bar Test". Sekam padi yang telah dibersihkan dan dikeringkan kemudian digiling dengan menggunakan blender selama 3 menit untuk menghasilkan partikel sekam padi lolos ayakan 10 mesh. Pembuatan Mortar Bar dilakukan dengan mencampur sekam padi, semen, dan kapur yang dicetak pada molder kubus ukuran 25 x 25 x 285 mm. Rasio komposisi campuran sekam padi : {(semen : kapur)} terdiri atas 6 komposisi campuran (A, B, C, D, E, dan F) dengan rasio 30 dan 40 % : {( 100 : 0), (72 : 25), (50 : 50)} berdasarkan berat semen + kapur. Persentase pertambahan panjang Mortar Bar diukur setelah contoh uji yang direndam pada larutan NaOH 1 N disimpan dalam tanur pada suhu 80o C selama 16 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ASR contoh uji Mortar Bar pada semua komposisi campuran tergolong potensial merusak dan sekam padi tergolong agregat reaktif

    SIFAT FISIK DAN MEKANIK KOMPOSIT KAYU SEMEN-SERBUK GERGAJI

    Get PDF
    This research aims to find out the effect of cement-saw dust ratio levels on the physical and mechanical properties of produced composites. The physical properties (density, water content, water absorption after the immersion of one hour and 24 hours, and thickness swelling after the immersion of one hour and 24 hours) and mechanical properties (MOE and MOR) were observed according to ISO standards. The results showed that the use of the cement to sawdust ratio of 3 : 1 in producing wood composite with the target density of 1200 kg/m3 resulted in the lowest water absorption and the highest MOE and MOR. The swelling value and MOR of the produced boards were not acceptable, but their water content, water absorption, and MOE parameters were acceptable according to ISO 8335 1997. Key Words : Physical and mechanical properties, cement wood composite, sawdus

    Application of Carbon Dioxide Injection Technology in Bamboo Cement Board Production

    Get PDF
    Bamboo is one of the potential materials that can replace of wood for a variety uses. One of the potential utilization of bamboo is raw material for cement board. However, high starch content of bamboo could potentially become an obstacle to the process of cement hardening. To overcome these disadvantages, bamboo cement board manufacturing technology through carbon dioxide injection was depeloved. Carbon dioxide injection is expected to speed up the process of cement hardening and improve the quality of the resulting cement board. This research was conducted using parring bamboo (Gigantochloa atter) aged 1-2 years. Carbon dioxide injection was applicated in three phases namely; liquid, gas, and supercritical. Injection time for each phase consists of three levels ie 10 minutes, 30 minutes, and 60 minutes. For comparison, cement board using conventional curing for 21 days was also produced. The results showed that cement boards that produced using carbon dioxide injection treatment has similar quality with conventional cement board. This indicates that the applications of carbon dioxide injection technology in the manufacture of bamboo cement boards is very potential because it is able to shorten the curing time from 21 days to a maximum of 60 minutes with a similar quality

    TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENINGKATAN KETAHANAN KAYU TERHADAP ORGANISME PERUSAK KAYU UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN BERKUALITAS

    Get PDF
    Kendala dari kegiatan pengabdian yang telah dilakukan sebelumnya adalah cepatnya produk kerajinan yang dibuat terserang organisme perusak kayu. Sehingga, diperlukan suatu pengetahuan mengenai metode pengawetan kayu terhadap bahan baku kerajinan. Metode yang dipilih adalah metode sederhana yang sebenarnya sudah sering dilakukan oleh masyarakat desa. Metode pengawetan dengan menggunakan pengasapan dan perendaman. Metode pengasapan dilakukan dengan menggunakan drum dan oven, sedangkan metode perendaman dengan menggunakan serbuk kayu yang tergolong awet yaitu kayu jati dan kayu bayam. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian ini adalah peserta memperoleh pengetahuan tambahan mengenai teknologi tepat guna dalam peningkatan ketahanan kayu terhadap serangan organisme perusak dan pengetahuan dalam mengenali dan mengidentifikasi sumberdaya hutan yang potensial digunakan sebagai bahan pengawet dan praktik langsung pengawetan bahan baku untuk produk kerajinan. Kata kunci: pengawetan kayu, bahan baku, kerajina
    corecore