51 research outputs found

    Impact of cow and poultry manures on seed yield of okra (Abelmoschus esculentus) in sandy regosol

    Get PDF
    A field experiment was carried out in the Eastern region of Sri Lanka to feasibility evaluate the effect of cow and poultry manures as a basal application on seed yield of okra (Abelmoschus esculentus) in sandy regosol. It was experimented in a Randomized Complete Block Design (RCBD) with seven treatments and three replicates. They included inorganic (control) and organic (cow and poultry manures at the different ratios: 5:0, 4: 1, 3:2, 2:3, and 0:5 w/w) fertilizer applications. Air dried organic manures were applied two weeks before planting and other agronomic practices were done as recommended. The results revealed that the number of mature fruits per plant, number of seeds per mature fruit, oven dried weight of mature fruit per plant, air and oven dried weights of seeds per mature fruit increased by 45.86%, 29.22%, 62.33%, 1 1.29%, 34.9%, and 34.58% respectively 3:2 ratio of cow and poultry manures when compared to the control treatment. The same exhibited significantly (P<0.05) higher seed yield (0.85 kg/plot, plot size was 7.2 m2) than other tested treatments. The combined use of cow and poultry manures at 3:2 ratio therefore, could be used to substitute the inorganic basal fertilizer application for seed production of okra in sandy regosol

    Growth performance of groundnut (arachis hypogaea L.) seeds from organically and Inorganically treated plants

    Get PDF
    A field experiment was carried out at the Agronomy farm of the Eastern University, Sri Lanka in 2010 to study the growth performance of groundnut plants developed from seeds which were harvested from both organic and inorganic fertilized plants. Treatments were assigned according to the seed stock from recommended inorganic fertilized plants (T 1), no fertilizer (T2) and from the plants grown with 5, 10, 15 and 20 t ha-I cattle manure (T3, T4, T5 and T6 respectively). The experimental design was randomized complete block design (RCBD) with three replications. All agronomic practices were uniform to all treatments except plant materials. Growth measurements were taken and analyzed statistically. The results showed that difference in treatments significantly influenced plant growth of groundnut mostly after flowering stage. Among the treatments, plants developed from groundnut seeds which were collected from 15 t/ha cattle manure fertilized field (T5), exhibited significantly (P<0.05) higher dry weights of leaves (12.51 g), stem (16.09 g), root (0.61 g) and nodule (0.19 g) per plant than that in recommended inorganic fertilizer (T 1). Further it was noted that dry weight of immature pods per plant was high in T5 (17.38 g) than that in Tl (15.80 g) at 1 0th week after planting however there was no significant variation between them. Plant biomass (46.78 g) was significantly (P<0.05) higher at 10th week after planting the progeny of groundnut from 15 t ha-I of cattle manure than that from chemical fertilizer. In the Eastern region, farmers mostly harvest their groundnut product at the immature stage due to marketing and storage problem. The result revealed that cattle manure could be used by farmers for better crop production in sandy regosol

    PELESTARIAN BUDAYA KURE OLEH MASYARAKAT SUKU NOEMUTI

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pelestarian&nbsp; Budaya Kure Oleh Masyarakat Suku Noemuti &nbsp;dalam melestarikan Budaya Kure yang ada Di Noemuti Kabupaten Timor Tengah Utara&nbsp; &nbsp;diukur dengan mengunakan indikator Bentuk- bentuk pelestarian apa yang sudah dilakukan di era modern, Faktor pendorong dan penghambat, dan solusi atas factor penghambat dalam melstarikan Budaya Kure. Yang digunakan adalah penelitian kualitatif tipe yaitu studi kasus sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara, observasi, dokumentasi. Semantara informan dalam penelitian ini adalah kalangan, masyarakat pemerintah Desa dan kaum pemuda . Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, teknik analisis data yang digunakan adalah data kualitatif, dan pengabsahan data yang digunakan yaitu member checking trigulasi dan eksternal audit. Hasil penelitian membuktikan bahwa perlu adanya kesadaran dari seluruh stekholder untuk melestarikan Budaya Kure bukan hanya bertumpuk pada satu aspek pemerintah saja akan tetapi seluruh masyarakat Noemuti pada umumnya. Kesimpulan dan saran Bagi masyarakat Noemuti Budaya kure harus tetap di jaga dan dipertahankan dengan cara mengsosialisasikan dan mengdokumentasikan agar masyarakat yang berada di luar wilayah noemuti juga dapat mengenal dan mengetahui Budaya Kure

    Efektivitas Pemberian Salep Ekstrak Etanol Daun Anting – Anting (Acalypha Indica Linn.) Terhadap Kesembuhan Luka Insisi Pada Mencit (Mus Musculus)

    Full text link
    Regenerasi dan pemulihan jaringan luka merupakan proses fisiologi normal tubuh dalam merespon perlukaan untuk mengembalikan integritas dan fungsi normal kulit. Kesembuhan luka dapat dipercepat dengan pemberian obat kimia maupun obat alami. Salep betadine 10% adalah obat kimia yang sering digunakan dalam perawatan luka untuk menstimulasi penyembuhan luka. Sedangkan, tanaman anting – anting (Acalypha indica) diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi, antibakteri, antioksidan, dan antiulser. Daun anting – anting telah lama digunakan oleh masyarakat lokal di NTT untuk mengobati luka dan gangguan kulit lainnya pada ternak peliharaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran makroskopik dan jumlah fibroblas pada kesembuhan luka insisi pada mencit yang diberi terapi salep ekstrak etanol daun anting – anting (EEDAA), sekaligus sebagai bukti empiris fitofarmaka ini bagi masyarakat lokal di NTT. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan 30 ekor mencit jantan sehat, berumur 3-4 bulan dengan berat badan berkisar 30-40g. Mencit dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (KN) dan positif (KP) yang masing – masing diaplikasikan basis salep vaselin album dan salep betadine 10%; serta tiga kelompok perlakuan yang masing – masing diberikan salep EEDAA konsentrasi 5%, 10% dan 20%. Setiap kelompok dibuat luka sayat pada area dorsum, dengan ukuran panjang 1.5 cm dengan kedalaman 2 mm. Bahan topikal diberikan sebanyak 2 kali/hari. Pengampilan sampel jaringan luka dilakukan pada hari ke-3, ke-7 dan ke-14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian salep EEDAA konsentrasi 10% menunjukkan kesembuhan luka yang lebih cepat dan optimal dibandingkan dengan salep betadine 10%, salep EEDAA 5% dan 20%
    corecore