1,408 research outputs found
Popularizing the Gay Characters: A Study of American Gay-Themed TV Series in 2000s
This study is a qualitative research which concentrates on the rise of TV series gay characters on American televisions starting in the early 2000s. The emergence of gay TV series in 2000s has made this phenomena interesting as well as essential to discuss since American television in the pre 2000s era was not not open about the gay characters in television series. The data for this study were obtained through a literature review consisting of journal articles as well as books. This study intended to identify why gay-themed TV series appeared in the 2000s by applying Hall’s theory of representation as a way for analyzing. This research is useful to an additional reference for other researchers and to increase people’s understanding on the gay TV series phenomenon in the US. The research findings showed that there at least four representations explaining the reasons for the emergence of gay-themed TV series in America – the progress of science and knowledge, the strength of minority, the state support, and the new target consumers
DETERMINAN BELANJA DAERAH DI KOTA LANGSA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, dana bagi hasil minyak bumi dan gas alam (DBH Migas), dan jumlah penduduk terhadap belanja daerah di Kota Langsa. Data yang digunakan adalah data jumlah penduduk dari tahun 2005 sampai dengan 2019 yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik Kota Langsa serta data dana bagi hasil minyak bumi dan gas alam (DBH Migas) dan belanja daerah yang di peroleh dari Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Langsa dari tahun 2005 sampai dengan 2019. Metode analisis data yang di pergunakan dalam penelitian ini persamaan raegresi linier berganda, uji hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji parsial (uji t), uji simultan (uji F) dan koefisien determinan (R2). Hasil penelitian diperoleh Y = -48,192 + 0,001X1 + 0,024X2 + 6,237X3. Hasil uji t menunjukkan bahwa pajak daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah di Kota Langsa, hasil uji t menunjukkan bahwa dana bagi hasil minyak bumi dan gas alam (DBH Migas) tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah di Kota Langsa, dan hasil uji t menunjukkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah di Kota Langsa. Hasil uji F menunjukkan pajak daerah, dana bagi hasil minyak bumi dan gas alam (DBH Migas) dan jumlah penduduk berpengaruh simultan terhadap belanja daerah di Kota Langsa serta nilai Koefisien determinansi (R2) diperoleh sebesar 0,885 atau sebesar 88,5% yang dipengaruhi oleh pajak daerah, dana bagi hasil minyak bumi dan gas alam (DBH Migas) dan jumlah penduduk, sedangkan sisanya 11,5 % yang dipengaruhi oleh variabel yang tidak termasuk dalam penelitian ini
Arahan Pengembangan Taman Tematik di Kecamatan Bandung Wetan dengan Pendekatan Urban Acupuncture
Kota Bandung masih perlu menambahkan luas ruang terbuka hijau. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan cara revitalisasi taman kota dengan bentuk taman tematik. Taman tematik di Kota Bandung paling banyak terdapat di Kecamatan Bandung Wetan. Terdapat 11 taman tematik yang tersebar di Kecamatan Bandung Wetan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, masih terdapat evaluasi terkait taman tematik sebagai ruang terbuka hijau. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan arahan pengembangan Taman Tematik di Kecamatan Bandung Wetan dengan Pendekatan  Urban Acupuncture. Metode analisis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah content analysis dan juga analisis validasi triangulasi. Content analysis dilakukan kepada hasil wawancara 12 narasumber yang berasal dari kelompok pemerintah dan komunitas kreatif atau pengunjung terkait taman tematik untuk merumuskan faktor pengembangan taman. Sedangkan analisis validasi triangulasi dilakukan untuk merumuskan arahan pengembangan dengan pendekatan Urban Acupuncture. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan faktor pengembangan taman tematik di Kecamatan Bandung Wetan, yaitu (1) Kegiatan/Aktivitas; (2) Kenyamanan; (3) Partisipasi Masyarakat; (4) Kebersihan; (5) Komunitas Kreatif; (6) Kondisi fasilitas; dan (7) Kebersihan. Dengan adanya faktor pengembangan tersebut dapat diketahui faktor yang harus dikembangkan pada setiap taman tematik di Kecamatan Bandung Wetan untuk menghasilkan arahan pengembangan berdasarkan pendekatan Urban Acupuncture
Arahan Pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang sebagai Heritage Tourism
Kawasan Kayutangan Kota Malang dulunya merupakan pusat kota pada tahun 1914. Hal ini dapat dibuktikan dengan dapat ditemukannya peninggalan-peninggalan bersejarah serta tampilan visual bangunan-bangunan yang ada di Kawasan ini. Koridor Jalan Basuki Rahmat atau dulunya Kayutangan merupakan salah satu koridor jalan bersejarah yang membentuk karakter khas Kota Malang, yang secara visual dibentuk oleh deretan fasad bangunan di sepanjang Jalan Basuki Rahmat atau yang dulu disebut Jalan Kayutangan. Namun, Kawasan Kayutangan telah mengalami perubahan baik secara fisik maupun non-fisik seiring berjalannya waktu dan berkembangnya perkotaan yang menyebabkan berkurangnya nilai sejarah dan ciri khas yang dimilikinya. Penelitian ini memiliki dua tahap analisis. Tahap pertama yaitu analisis faktor – faktor yang mempengaruhi pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang sebagai heritage tourism menggunakan analisis Delphi. Kemudian tahap kedua atau tahap terakhir yaitu analisis arahan pengembangan yang sesuai pada Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan sebagai heritage tourism yang menggunakan beberapa acuan seperti tinjauan teori, kondisi eksisting kawasan, best practice, dan tinjauan kebijakan. Hasil dari penelitian ini didapatkan 11 faktor yang mempengaruhi Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan sebagai heritage tourism melalui Analisis Delphi. Setelah ditemukan ke-11 faktor tersebut maka ditemukan arahan pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang sebagai heritage tourism. Arahan tersebut berfokus pada penyelarasan fasade bangunan cagar budaya, peningkatan dan perlindungan fisik cagar budaya, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan aksesibilitas dan pemasaran, serta meningkatkan kebijakan dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang
Konfigurasi Spasial Ruang Publik Tugu Pahlawan Kota Surabaya
Tugu Pahlawan Kota Surabaya merupakan representasi dari sejarah yang terjadi di Kota Surabaya. Terdapat bangunan yang bersifat simbolik di dalam areal Tugu Pahlawan Kota Surabaya. Dari simbol tersebut dapat menimbulkan pemaknaan berbeda dari berbagai perspektif dan masih belum banyaknya literasi yang membahas Tugu Pahlawan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan konfigurasi spasial ruang publik Tugu Pahlawan Kota Surabaya dan dua sasaran yang dapat menentukan zona-zona secara fisik maupun non fisik. Penelitian ini menggunakan metode content analysis dan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan data survei menggunakan metode wawancara in-depth interview terhadap 8 responden. Responden berasal 3 stakeholder (pengelola, ahli, dan masyarakat). Lalu menginterpretasikan pendapat responden mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konfigurasi spasial. Penelitian ini didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konfigurasi spasial, yaitu: organisasi keruangan, tata letak, sirkulasi, orientasi, penanda, persepsi, perilaku masyarakat, nilai ekonomi, pemanfaatan ruang, nilai ruang dan zonasi ruang. Temuan bentuk konfigurasi spasial yang berupa penggambaran peta mental yang dimaknai sebagai zonasi non fisik. Pembagian zonasi berupa ruang kontemplatif, ruang ceremonial, ruang sosial, dan ruang sarana pendukung. Temuan ini berkontribusi untuk mengkonseptualisasikan dan memahami hubungan struktur spasial pada konteks kawasan lingkungan. Konfigurasi spasial digunakan untuk menjadi pedoman untuk pengembangan lingkungan yang terstruktur
Arahan Pengembangan Alun-Alun Reksogati Ibu Kota Caruban dengan Konsep Placemaking
Alun-alun Ibu Kota Caruban Reksogati, yang terletak di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, merupakan ruang terbuka publik baru di wilayah tersebut. Alun-alun ini dipindahkan dari pusat kota Madiun ke Kecamatan Mejayan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2010. Alun-alun Reksogati memiliki lokasi strategis yang memudahkan akses antarkota dan antarkabupaten. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Madiun tahun 2009-2029 menetapkan bahwa Alun-alun Reksogati terletak di Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP 1) dan diarahkan sebagai kawasan perkotaan dengan fungsi utama sebagai pusat pelayanan fasilitas umum, perdagangan dan jasa, serta pusat pemerintahan. Namun, meskipun memiliki potensi strategis, Alun-alun Reksogati masih menghadapi beberapa persoalan, seperti fasilitas yang tidak berfungsi optimal. Fenomena ruang publik di negara berkembang seringkali ditandai dengan ketidakteraturan dan sifat informal. Oleh karena itu, diperlukan pemulihan dan pengembangan ulang Alun-alun Reksogati dengan pendekatan konsep placemaking untuk mengembalikan fungsi dan menciptakan ruang terbuka publik yang nyaman. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan konsep pengembangan kawasan Alun-alun Reksogati Caruban dengan menggunakan konsep placemaking. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, penelitian ini akan memfokuskan pada dua sasaran. Sasaran 1, merumuskan faktor-faktor penentu yang terkait dengan konsep pengembangan kawasan Alun-alun Reksogati Ibu Kota Caruban dengan pendekatan placemaking. Selanjutnya pada asaran 2, merumuskan arahan pengembangan kawasan Alun-alun Reksogati Ibu Kota Caruban dengan memanfaatkan konsep placemaking. Dalam tahap ini, akan dibuat rekomendasi dan panduan mengenai bagaimana pengembangan kawasan Alun-alun Reksogati dapat dilakukan secara detail dan sesuai dengan konsep placemaking. Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat sebelas faktor yang berpengaruh pada pengembangan Alun-alun Reksogati dengan konsep placemaking, seperti Feeling Attachment, Partisipasi, Aktivitas Sosial, Aktivitas Ekonomi, Fungsi dan Makna, Komponen Ruang Luar, Aktivitas Kultural, Keamanan, Estetika, Respon Masyarakat, dan Kenyamanan. Sebelas faktr tersebut dikaji dengan best practice, dan tinjauan kebijakan, didapatkan 16 arahan pengembangan Alun-alun Reksogati yang dapat diimplementasikan dengan konsep placemaking
Arahan Pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang sebagai Heritage Tourism
Kawasan Kayutangan Kota Malang dulunya merupakan pusat kota pada tahun 1914. Hal ini dapat dibuktikan dengan dapat ditemukannya peninggalan-peninggalan bersejarah serta tampilan visual bangunan-bangunan yang ada di Kawasan ini. Koridor Jalan Basuki Rahmat atau dulunya Kayutangan merupakan salah satu koridor jalan bersejarah yang membentuk karakter khas Kota Malang, yang secara visual dibentuk oleh deretan fasad bangunan di sepanjang Jalan Basuki Rahmat atau yang dulu disebut Jalan Kayutangan. Namun, Kawasan Kayutangan telah mengalami perubahan baik secara fisik maupun non-fisik seiring berjalannya waktu dan berkembangnya perkotaan yang menyebabkan berkurangnya nilai sejarah dan ciri khas yang dimilikinya. Penelitian ini memiliki dua tahap analisis. Tahap pertama yaitu analisis faktor – faktor yang mempengaruhi pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang sebagai heritage tourism menggunakan analisis Delphi. Kemudian tahap kedua atau tahap terakhir yaitu analisis arahan pengembangan yang sesuai pada Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan sebagai heritage tourism yang menggunakan beberapa acuan seperti tinjauan teori, kondisi eksisting kawasan, best practice, dan tinjauan kebijakan. Hasil dari penelitian ini didapatkan 11 faktor yang mempengaruhi Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan sebagai heritage tourism melalui Analisis Delphi. Setelah ditemukan ke-11 faktor tersebut maka ditemukan arahan pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang sebagai heritage tourism. Arahan tersebut berfokus pada penyelarasan fasade bangunan cagar budaya, peningkatan dan perlindungan fisik cagar budaya, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan aksesibilitas dan pemasaran, serta meningkatkan kebijakan dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan Koridor Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Kota Malang
ANALISIS PEMANFAATAN TANGKI PERMUKAAN SEBAGAI CADANGAN PENYANGGA ENERGI MENGGUNAKAN COST BENEFIT ANALYSIS GUNA MENUNJANG KETAHANAN ENERGI NASIONAL
Salah satu indikator Ketahanan Energi adalah ketersedian energi, sedangkan Indonesia sejak tahun 2002 sudah menjadi net oil importer. Pada saat harga minyak dunia bernilai negatif di bulan April 2020, Indonesia mempunyai peluang untuk mengisi cadangan minyak buminya, namun karena keterbatasan wadah Indonesia melewatkan kesempatan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pemanfaatan tangki permukaan sebagai wadah (Cadangan Penyangga Energi) CPE menggunakan Cost Benefit Analysis. Hasil penelitian menunjukkan kondisi CPE di Indonesia yang menjadi tanggung jawab pemerintah masih belum diimplementasikan, dan juga mengembangkan tangki permukaan sebagai wadah CPE sangat direkomendasikan. Dari hasil analisis biaya-manfaat pemanfaatan tangki sebagai wadah CPE, didapatkan bahwa CPE yang berbentuk minyak mentah dapat dilepas untuk diolah jika kenaikan minyak mentah dunia lebih dari 60% agar mendapatkan benefit yang maksimal. Hal ini mengindikasikan bahwa proyek pengembangan tangki sebagai wadah CPE dapat diimplementasikan dan juga meningkatkan Ketahanan Energi Nasional.Kata Kunci: Analisis Biaya-Manfaat, Cadangan Penyangga Energi, Ketahanan Energi, Ketersediaan Energi, Tangki Permukaa
- …