10,642 research outputs found

    ANALISA KINERJA RUAS JALAN MENGGUNAKAN METODE MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA (MKJI) 1997

    Get PDF
    Ruas jalan Walanda Maramis merupakan salah satu ruas jalan yang cukup padat di kota Manado. Hal ini dikarenakan ruas jalan tersebut berada di kawasan perkotaan yang terdapat beberapa pertokoan, rumah makan dan tempat-tempat yang ramai dikunjungi oleh masyarakat yang mengakibatkan banyaknya aktivitas di badan jalan seperti pejalan kaki, kendaraan berhenti, parkir, kendaraan lambat dan kendaraan keluar masuk dari sisi jalan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kinerja jalan pada ruas jalan satu arah pada ruas jalan Walanda Maramis. Ruas jalan hanya di tinjau sepanjang 195 m, dengan lebar jalur 9,6 m di titik 1 dan 10 m di titik 2, namun di lapangan lebar jalur jalan ini berkurang akibat adanya kendaraan parkir di badan jalan. Analisa kinerja ruas jalan ini menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Data primer yang dibutuhkan yaitu volume lalu lintas, hambatan samping, waktu tempuh, dan geometric jalan. Data sekunder berupa peta lokasi penelitian dan jumlah penduduk di kota Manado. Hasil  pengelolahan data didapat volume puncak kendaraan yang terjadi di titik 1 pada hari Jumat, 6 september 2019 pukul 17.00-18.00 sebesar 1908,3 smp/jam, dan volume puncak kendaraan di titik 2 pada hari Rabu, 4 september 2019 pukul 14.00-15.00 sebesar 2321,1 smp/jam, dengan kapasitas 3015,144 smp/jam. Dimana kecepatan arus bebas sebesar 55,6 km/jam, dan derajat kejenuhan sebesar 0,70 dengan memiliki tingkat pelayanan jalan atau Level of Service (LOS) berada pada tingkat C (0,45 -0,74) dengan keterangan “arus stabil, pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan” dimana nilai ini membuktikan kinerja ruas jalan Walanda Maramis masih tergolong cukup baik. Kata Kunci: Ruas jalan Walanda Maramis, kinerja jalan, volume lalu lintas, hambatan samping,geometric jala

    PENANGANAN PELEBARAN PERKERASAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DENGAN LAHAN TERBATAS

    Get PDF
    Abstract In the field, it is still often found longitudinal road deterioration at a location with a distance of 0.5 m to 1.5 m from the edge of the pavement. Most of the damage is the result of previous road widening works. However, if the available land is less than 2.3 m, the sufficient type of material and compaction method need to be determined, in order to obtain a sturdy construction layer that is capable of bearing heavy traffic. This paper outlines the implementation of an appropriate method and how to choose the right material, so that a solid widening construction layer can be produced. Keywords: longitudinal damage; road pavement; road widening; compaction method.  Abstrak Di lapangan masih sering ditemukan terjadinya kerusakan memanjang jalan pada lokasi dengan jarak 0,5 m hingga 1,5 m dari bagian tepi perkerasan jalan. Sebagian besar kerusakan tersebut merupakan hasil pekerjaan pelebaran jalan sebelumnya. Namun apabila lahan yang tersedia kurang dari 2,3 m, harus dipilih jenis material dan metode pemadatan yang tepat, agar diperoleh susunan lapis konstruksi yang kokoh dan mampu memikul beban lalu lintas. Makalah ini menguraikan metode pelaksanaan dan cara memilih material yang tepat, sehingga dapat dihasilkan susunan lapis konstruksi pelebaran yang kokoh. Kata-kata kunci: kerusakan memanjang; perkerasan jalan; pelebaran jalan; metode pemadatan

    Kajian Persebaran Lalu Lintas Akibat Pembongkaran Jembatan Soekarno Hatta

    Full text link
    Dengan memperhatikan kinerja jaringan jalan satu arah pada lingkar Universitas Brawijaya yang meliputi Jl. Soekarno Hatta, Jl. Mayjen Panjaitan, Jl. Bogor, Jl. Veteran, Jl. Sumbersari-Gajayana, Jl. MT Haryono, Jl. Bunga Coklat-Pisang Kipas, Jl. MT Haryono XIII (sebelah Polsek), Jl. Bunga Cengkeh, Jl. Dewandaru, Jl. Kumis Kucing, dan Jl. Cendanadi Kota Malang yang semakin ramai saat akhir pekan, maka diperlukannya upaya untuk menganalisis dan mencari solusi yang diperlukan agar dampak yang terjadi dapat diminimalisir. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui distribusi perjalanan pada lingkar Universitas Brawijaya pada saat keadaan arus lalu lintas satu arah dan membuat skenario pengaturan lalu lintas akibat pembongkaran jembatan rangka Soekarno Hatta dan masa pembangunan jembatan yang baru. Kajian yang dilakukan berupa distribusi kendaraan,analisa kinerja ruas, simpang dan jalinan serta membuat skenario pengaturan lalu lintas agar dapat memberi solusi dan mengurangi terjadinya kemacetan pada saat pembongkaran jembatan rangka Soekarno Hatta danmasa pembangunan jembatan yang baru. Data penelitian didapat dengan melakukan survei distribusi kendaraan dan survei traffic counting pada hari Jumat pukul 06.00-08.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB dengan lokasi jaringan jalan satuarahpada lingkar Universitas Brawijaya. Analisis kinerja simpang dan ruas mengacu pada MKJI 1997, sedangkan untuk skenario pengaturan lalu lintas mengacu referensi terkait yaitu mengenai optimasi waktu siklus dan geometri. Sehingga diperoleh tingkat pelayanan pada masing-masing jaringan jalan di sekitar kawasan tersebut, kemudian diambil 2 skenario yang direkomendasikan karena memiliki tingkat kinerja jalan yang lebih baikdan memiliki tingkat pengaturan lalu lintas yang relatif lebih mudah dibanding skenario yang lain. Skenario yang direkomendasikan yaitu skenario 1 dan skenario 2. Hasil yang diperoleh dari skenario 1 yaitu ruas Soekarno Hatta (arah ke Universitas Brawijaya) dengan tingkat pelayanan A dengan DS sebesar 0,34;ruas Soekarno Hatta (arah ke Blimbing) dengan tingkat pelayanan C dengan DS sebesar 0,72; ruas Soekarno Hatta (ruas pada jembatan beton) dengan tingkat pelayanan D dengan DS sebesar 0,91; ruas Bunga Cengkeh dengan tingkat pelayanan B dengan DS sebesar 0,36; ruas Dewandaru dengan tingkat pelayanan A dengan DS sebesar 0,32; ruas Cendana dengan tingkat pelayanan A dengan DS sebesar 0,06; ruas Bunga Coklat-Pisang Kipas dengan tingkat pelayanan F dengan DS sebesar 1,23; ruas MT Haryono XIII (sebelahPolsek) dengan tingkat pelayanan F dengan DS sebesar 1,23; simpang Soekarno Hatta-Bunga Coklat dengan tingkat pelayanan F dengan tundaan sebesar 339,02 detik, simpang MT Haryono-Soekarno Hatta dengan tingkat pelayanan F dengan tundaan sebesar 711,98 detik; simpang Dewandaru dengan tingkat pelayanan B dengan tundaan sebesar 13,31 detik, simpang Kumis Kucing dengan tingkat pelayanan B dengan tundaan sebesar 6,53 detik, simpang Cendana dengan tingkat pelayanan A dengan tundaan sebesar 5,00 detik. Sedangkan hasil yang diperoleh dari skenario 2 yaitu dengan hasil ruas Soekarno Hatta (arah ke Universitas Brawijaya) dengan tingkat pelayanan A dengan DS sebesar 0,34; ruas Soekarno Hatta (arah ke Blimbing) dengan tingkat pelayanan C dengan DS sebesar 0,72; ruas Soekarno Hatta (ruas pada jembatan beton) dengan tingkat pelayanan D dengan DS sebesar 0,91; ruas Bunga Cengkeh dengan tingkat pelayanan C dengan DS sebesar 0,68; ruas Dewandaru dengan tingkat pelayanan F dengan DS sebesar 1,55; ruas Cendana dengan tingkat pelayanan F dengan DS sebesar 1,67; ruas Bunga Coklat-Pisang Kipas dengan tingkat pelayanan B dengan DS sebesar 0,42; ruas MT Haryono XIII (sebelah Polsek) dengan tingkat pelayanan A dengan DS sebesar 0,09; simpang Soekarno Hatta-Bunga Coklat dengan tingkat pelayanan F dengan tundaan sebesar 394,86 detik, simpang MT Haryono-Soekarno Hatta dengan tingkat pelayanan F dengan tundaan sebesar 647,86 detik, simpang Dewandaru dengan tingkat pelayanan F dengan tundaan sebesar 829,39 detik, simpang Kumis Kucing dengan tingkat pelayanan B dengan tundaan sebesar 7,90 detik, simpang Cendana dengan tingkat pelayanan B dengan tundaan sebesar 14,40 detik

    Analisis Kinerja Simpang Dan Ruas Jalan Di Kawasan Jalan Pahlawan, Kota Bandung

    Full text link
    Kebutuhan manusia saat ini semakin meningkat mengikuti perkembangan zaman. Akibatnya, tingkat mobilisasi dan kebutuhan transportasi guna memenuhi kebutuhan tersebut juga mengalami peningkatan. Hal ini mendorong ketersediaan prasarana transportasi yang baik menjadi sebuah keharusan, terutama di kota-kota besar, seperti Kota Bandung. Saat ini, kemacetan dan antrian kendaraan terlihat semakin parah di beberapa titik, terutama di jalan akses masuk dan keluar Kota Bandung, seperti kawasan Jalan Pahlawan. Di kawasan ini terdapat simpang yang menjadi salah satu titik rawan kemacetan, yaitu Simpang Pahlawan. Simpang ini mempengaruhi simpang yang ada di sekitarnya, yakni Pertigaan Brig J. Katamaso dan Perempatan Cisokan.Tugas Akhir ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja simpang; Simpang Pahlawan, Pertigaan Brig J. Katamso, Perempatan Cisokan dan ruas jalan; Jalan Pahlawan, Jalan Surapati, Jalan PH. H. Mustofa, Jalan Brig J. Katamso, Jalan Cisokan, Jalan Terusan Cisokan. Selain itu, untuk mengembangkan alternatif solusi peningkatan kinerja dan tingkat pelayanan simpang dan ruas jalan yang ditinjau. Langkah-langkah kerja meliputi; persiapan dan pengamatan pendahuluan, identifikasi masalah, survei dan pengumpulan data, analisis data kondisi eksisting, dan pengembangan alternatif solusi peningkatan kinerja dan tingkat pelayanan.Kinerja dan tingkat pelayanan simpang dan ruas jalan tinjauan pada kondisi eksisting tergolong buruk. Nilai derajat kejenuhan kondisi eksisting; ruas Jalan Brig J. Katamso 1,17, Perempatan Cisokan 1,381, Pertigaan Brig J. Katamso 1,372, Simpang Pahlawan berkisar 0,781 – 1,429. Kinerja dan tingkat pelayanan Simpang Pahlawan masih kurang baik meskipun dilakukan optimasi sinyal dengan pengaturan-empat fase, dengan nilai derajat kejenuhan berkisar 0,912 – 0,915.Efektifitas tiap skenario terhadap kinerja dan tingkat pelayanan simpang dan ruas jalan yang ditinjau, dilihat dari nilai derajat kejenuhan:- Skenario 1, yaitu skenario one way di Jalan Brig J. Katamso, dapat meningkatkan kinerja dan tingkat pelayanan ruas Jalan Brig J. Katamso menjadi 0,66, Perempatan Cisokan menjadi 0,85, Pertigaan Brig J. Katamso menjadi 0,303. Akan tetapi, kinerja dan tingkat pelayanan ruas Jalan Surapati, Jalan PH. H. Mustofa, dan Simpang Pahlawan masih buruk.- *Penulis Penanggung Jawab Skenario 2, yaitu pelebaran ruas Jalan Brig J. Katamso menjadi 12 m, pada pendekat Jalan Cisokan sebesar 1.8 m, pada pendekat Jalan Pahlawan (Selatan) sebesar 2.5 m disertai pengaturan dengan APILL di Perempatan Cisokan dan Pertigaan Brig J. Katamso, dapat meningkatkan kinerja dan tingkat pelayanan ruas Jalan Brig J. Katamso menjadi 0,66, Perempatan Cisokan berkisar 0,757 – 0,793, Pertigaan Brig J. Katamso berkisar 0,687 – 0,721. Akan tetapi, nilai derajat kejenuhan Simpang Pahlawan masih berkisar 0,800 – 0,890.- Skenario 3, yaitu seperti Skenario 2 ditambah dengan pengadaan overpass melintang pendekat Jalan Surapati dan Jalan PH. H. Mustofa disertai pelebaran ruas jalan tersebut menjadi 15 m, dapat meningkatkan kinerja dan tingkat pelayanan di semua simpang dan ruas jalan yang ditinjau. Nilai derajat kejenuhan yang diperoleh dengan skenario ini tidak melebihi batas yang disyaratkan (≤ 0,85), yakni berkisar 0,687 – 0,799.Berdasarkan rekapitulasi hasil evaluasi dan analisis, Skenario 3 dipilih menjadi skenario terbaik untuk peningkatan kinerja dan tingkat pelayanan simpang dan ruas jalan yang ditinjau. Dengan demikian, untuk tercapainya kinerja dan tingkat pelayanan lokasi tinjauan yang lebih baik adalah dengan merealisasikan Skenario 3.Kebutuhan manusia saat ini semakin meningkat mengikuti perkembangan zaman. Akibatnya, tingkat mobilisasi dan kebutuhan transportasi guna memenuhi kebutuhan tersebut juga mengalami peningkatan. Hal ini mendorong ketersediaan prasarana transportasi yang baik menjadi sebuah keharusan, terutama di kota-kota besar, seperti Kota Bandung. Saat ini, kemacetan dan antrian kendaraan terlihat semakin parah di beberapa titik, terutama di jalan akses masuk dan keluar Kota Bandung, seperti kawasan Jalan Pahlawan. Di kawasan ini terdapat simpang yang menjadi salah satu titik rawan kemacetan, yaitu Simpang Pahlawan. Simpang ini mempengaruhi simpang yang ada di sekitarnya, yakni Pertigaan Brig J. Katamaso dan Perempatan Cisokan.Tugas Akhir ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja simpang; Simpang Pahlawan, Pertigaan Brig J. Katamso, Perempatan Cisokan dan ruas jalan; Jalan Pahlawan, Jalan Surapati, Jalan PH. H. Mustofa, Jalan Brig J. Katamso, Jalan Cisokan, Jalan Terusan Cisokan. Selain itu, untuk mengembangkan alternatif solusi peningkatan kinerja dan tingkat pelayanan simpang dan ruas jalan yang ditinjau. Langkah-langkah kerja meliputi; persiapan dan pengamatan pendahuluan, identifikasi masalah, survei dan pengumpulan data, analisis data kondisi eksisting, dan pengembangan alternatif solusi peningkatan kinerja dan tingkat pelayanan.Kinerja dan tingkat pelayanan simpang dan ruas jalan tinjauan pada kondisi eksisting tergolong buruk. Nilai derajat kejenuhan kondisi eksisting; ruas Jalan Brig J. Katamso 1,17, Perempatan Cisokan 1,381, Pertigaan Brig J. Katamso 1,372, Simpang Pahlawan berkisar 0,781 – 1,429. Kinerja dan tingkat pelayanan Simpang Pahlawan masih kurang baik meskipun dilakukan optimasi sinyal dengan pengaturan-empat fase, dengan nilai derajat kejenuhan berkisar 0,912 – 0,915.Efektifitas tiap skenario terhadap kinerja dan tingkat pelayanan simpang dan ruas jalan yang ditinjau, dilihat dari nilai derajat kejenuhan:- Skenario 1, yaitu skenario one way di Jalan Brig J. Katamso, dapat meningkatkan kinerja dan tingkat pelayanan ruas Jalan Brig J. Katamso menjadi 0,66, Perempatan Cisokan menjadi 0,85, Pertigaan Brig J. Katamso menjadi 0,303. Akan tetapi, kinerja dan tingkat pelayanan ruas Jalan Surapati, Jalan PH. H. Mustofa, dan Simpang Pahlawan masih buruk.*Penulis Penanggung Jawab Skenario 2, yaitu pelebaran ruas Jalan Brig J. Katamso menjadi 12 m, pada pendekat Jalan Cisokan sebesar 1.8 m, pada pendekat Jalan Pahlawan (Selatan) sebesar 2.5 m disertai pengaturan dengan APILL di Perempatan Cisokan dan Pertigaan Brig J. Katamso, dapat meningkatkan kinerja dan tingkat pelayanan ruas Jalan Brig J. Katamso menjadi 0,66, Perempatan Cisokan berkisar 0,757 – 0,793, Pertigaan Brig

    EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT TAK BERSINYAL PADA SIMPANG PUNGE KECAMATAN MEURAXA BANDA ACEH

    Get PDF
    Simpang Punge Kecamatan Meuraxa Banda Aceh merupakan simpang empat tak bersinyal, yang dilalui oleh pengguna transportasi dari ruas Jalan Punge Blang Cut menuju ruas Jalan Sultan Iskandar Muda dan ruas Jalan Cempaka maupun sebaliknya. Setiap jam puncak pagi, siang dan sore hari sering terjadi konflik dan kemacetan di simpang tersebut, disebabkan ruas jalan mayor pada simpang tersebut merupakan ruas jalan menuju pusat perekonomian, pusat perkantoran pemerintah, dan pemukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja simpang tak bersinyal pada simpang empat Punge Kecamatan Meuraxa Banda Aceh dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997). Kondisi geometrik persimpangan yang menjadi objek kajian terdiri dari empat lengan dengan Jalan Punge Blang Cut dan Jalan Cempaka sebagai lengan jalan minor dan Jalan Sultan Iskandar Muda sebagai lengan jalan mayor. Survey volume lalu-lintas dilakukan pada hari Senin 10 Agustus 2015, hari Kamis 13 Agustus 2015, dan Sabtu 15 Agustus 2015. Pelaksanaan Survey dilakukan pada jam puncak pagi pukul 07.00-09.00 WIB, siang pukul 12.00-14.00 WIB dan sore pukul 17.00-19.00 WIB. Adapun derajat kejenuhan yang didapat pada persimpangan ini pada hari Senin 10 Agustus 2015 jam puncak sore pukul 17.00-19.00 WIB, kondisi eksisting adalah 0,89. Derajat kejenuhan yang dihasilkan lebih besar dari 0,85, sebagaimana yang disyaratkan pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) untuk persimpangan dengan kondisi stabil adalah persimpangan yang mempunyai nilai derajat kejenuhan lebih kecil dari 0,85. Persimpangan tersebut perlu dilakukan perbaikan (Do-Something). Berdasarkan hasil dari pengamatan mengenai kondisi geometrik di lapangan, memungkinkan untuk dilakukan salah satu upaya perbaikan pelebaran jalan minor pada Jalan Punge Blang Cut dari 5,84 m menjadi 7,00 m, dan pada Jalan Cempaka dari 4,78 m menjadi 7,00 m. Hasil setelah dilakukan perbaikan (Do-Something) diperoleh derajat kejenuhan 0,84 lebih kecil dari 0,85 memenuhi persyaratan pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997). Kata kunci : MKJI 1997, analisis persimpangan

    Penentuan Jumlah Gardu Pelayanan Optimum Dengan Menggunakan Model Antrian Pada Ruas Gerbang Tol Pasteur.

    Get PDF
    Saat ini masyarakat berusaha untuk berpindah dari satu daerah menuju daerah lainnya untuk berbagai aktivitas dengan menggunakan alat transportasi. Untuk dapat menunjang kegiatan tersebut, kini masyarakat berusaha untuk mencari alternatif yang dapat membuat kegiatan tersebut menjadi lebih cepat. Salah satunya adalah dengan menggunakan jalan bebas hambatan atau jalan tol. Salah satu penyedia layanan jalan tol di Indonesia adalah BUMN yang memiliki fasilitas pada ruas gerbang tol Pasteur. Untuk dapat memberikan fasilitas yang baik kepada masyarakat, ruas gerbang tol Pasteur berusaha untuk melakukan pelayanan yang baik pada gardu pelayanan tranksaksi yang ada. Namun, saat ini diketahui bahwa pada ruas gerbang tol Pasteur sering terjadinya antrian kendaraan yang dapat merugikan konsumen dalam bentuk materi maupun waktu. Selain itu, ruas gerbang tol Pasteur juga sering melakukan penggunaan gardu pelayanan secara tidak efisien. Maka dari itu, akan dilakukan pemecahan masalah yang terjadi pada ruas gerbang tol Pasteur tersebut dengan menggunakan model antrian. Penggunaan model antrian bertujuan untuk dapat mengetahui jumlah gardu optimum yang dapat memberikan keseimbangan antara tingkat pelayanan dengan kebutuhan konsumen pengguna kendaraan dengan memperhatikan biaya atau sumber daya yang harus digunakan dalam memberikan pelayanan pada ruas gerbang tol Pasteur. Penentuan jumlah gardu pelayanan optimum tersebut dilakukan dengan cara melakukan pengolahan data berdasarkan nilai variabel dan parameter antrian yang ada pada ruas gerbang tol Pasteur. Variabel tersebut antara lain rata-rata jumlah kedatangan kendaraan per jam dan rata-rata jumlah pelayanan atau keberangkatan kendaraan per jam. Sementara itu parameter antrian pada ruas gerbang tol Pasteur adalah biaya pelayanan tambahan per satuan waktu dan biaya menunggu antrian pelanggan per satuan waktu. Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa ruas gerbang tol Pasteur memiliki model antrian (M/M/S):(GD/∞/∞), dengan rata-rata tingkat kedatangan sebesar 1843,44 unit per jam dan rata-rata tingkat pelayanan atau keberangkatan sebesar 262 unit per jam. Dengan kondisi tersebut maka jumlah gardu pelayanan optimum pada ruas gerbang tol Pasteur adalah sebanyak 10 unit server gardu pelayanan. Dimana saat ini ruas gerbang tol Pasteur hanya memiliki 8 server gardu pelayanan. Penentuan 10 unit server sebagai jumlah gardu pelayanan tersebut ditentukan berdasarkan total biaya sistem pelayanan per satuan waktu dari jumlah server. Total biaya tersebut terdiri dari biaya yang harus dikeluarkan ruas gerbang tol Pasteur sebagai penyedia pelayanan dan biaya yang harus dikeluarkan konsumen dalam melakukan antrian kendaraan. Dimana 10 server merupakan jumlah server yang dapat memberikan keseimbangan antara biaya yang harus dikeluarkan dalam memberikan pelayanan dan biaya antrian kendaraan tersebut, dengan total biaya sistem pelayanan per satuan waktu sebesar Rp.359.212.8. Kata Kunci : antrian, gerbang tol, jumlah gardu optimum i

    Analisis Tingkat Kemacetan Lalu-Lintas dengan Memanfaatkan Citra Satelit Ikonos dan Sistem Informasi Geografis di Ruas Jalan Ahmad Yani, Jalan Slamet Riyadi, dan Jalan Oerip Sumoharjo Kota Surakarta

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah dengan tujuan untuk mengetahui kondisi tingkat pelayanan jalan Ahmad Yani, jalan Slamet Riyadi, dan jalan Oerip Sumoharjo serta menganalisis tingkat kemacetan yang terjadi pada ketiga ruas jalan tersebut berdasarkan hasil dari kondisi tingkat pelayanan yang ada pada jalan Ahmad Yani, jalan Slamet Riyadi, dan jalan Oerip Sumoharjo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Sedangkan metode survei yang digunakan adalah metode sampling dimana sampel yang diambil pada saat survei meliputi volume kendaraan, penggunaan lahan, pengukuran luas jalan efektif. Sedangkan persamaan yang digunakan dalam penentuan nilai tingkat pelayanan ruas jalan menggunakan persamaan tingkat pelayanan ruas jalan yang mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997. Perhitungan dan pengamatan tingkat pelayanan ruas jalan dilakukan pada tiga kali dalam satu hari yaitu pada jam sibuk aktifitas manusia pada jam puncak pagi pukul 07.00 – 09.00, jam puncak siang hari pukul 12.00 – 14.00, dan jam puncak sore hari pada pukul 16.00 – 18.00. Hasil penelitian menunjukan tingkat kemacetan yang terjadi berdasarkan dari hasil pengamatan tingkat pelayanan ruas jalan yang terjadi pada pagi, siang dan sore hari. Tingkat kemacetan jalan yang terjadi pada ruas jalan Ahmad Yani, jalan Slamet Riyadi, dan jalan Oerip Sumoharjo memiliki tiga kelas tingkat kemacetan. Tingkat kemacetan jalan dengan intensitas rendah terjadi pada ruas jalan Ahmad Yani ruas B, ruas jalan dengan intensitas sedang terdapat pada ruas jalan Ahmad Yani ruas A, B dan jalan Slamet Riyadi, sedangkan ruas jalan dengan intensitas kemacetan tinggi berada pada ruas jalan Oerip Sumoharjo

    UJI LAIK FUNGSI JALAN SECARA TEKNIS PADA RUAS JALAN CITRALAND – INTERCHANGE MANADO BYPASS

    Get PDF
    Ruas Jalan Citraland - Interchange Manado Bypass merupakan jalan arteri primer dan salah satu prasarana transportasi yang memegang peran penting dalam kegiatan sehari-hari, jalan yang melayani kepentingan umum harus laik fungsi karena berkaitan dengan penjaminan kepastian keselamatan dan keamanan bagi penggunanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kelaikan fungsi jalan serta menentukan perbaikan yang diperlukan agar jalan menjadi laik menurut Uji Laik Fungsi Jalan (ULFJ) berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor.11/PRT/M/2010. Uji laik fungsi jalan adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis kelaikan jalan untuk memberikan keselamatan bagi penggunanya, dan persyaratan administratif yang memberikan kepastian hukum bagi penyelenggara jalan dan pengguna jalan, sehingga jalan tersebut dapat dioperasikan untuk umum. Analisis uji laik fungsi teknis jalan dilakukan dengan mengukur penyimpangan (deviasi) kondisi lapangan terhadap standar teknis untuk setiap komponen teknis yang meliputi: teknis geometrik jalan, teknis struktur perkerasan jalan, teknis struktur bangunan pelengkap jalan, teknis pemanfaatan ruang bagian-bagian jalan, teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas, dan teknis perlengkapan jalan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kelaikan fungsi jalan pada ruas jalan Citraland – Interchange Manado Bypass untuk STA 3+090 – STA 8+700 ditinjau secara teknis berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 11/PRT/M/2010 maka ruas jalan tersebut yang menjadi studi kasus penelitian ini dikategorikan Laik Fungsi Bersyarat (LS), yang artinya jalan tersebut memenuhi sebagian persyaratan teknis laik fungsi jalan  tetapi masih mampu memberikan keselamatan bagi pengguna jalan sehingga laik dioperasikan untuk umum namun harus dilakukan perbaikan teknis sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Perbaikan teknis yang harus diperlukan pada ruas jalan tersebut berupa pemeliharaan rutin terhadap saluran tepi jalan, marka jalan, perkerasan jalan yang berlubang / retak dan perbaikan untuk APILL, lampu penerangan, median agar pada ruas jalan Citraland – Interchange Manado Bypass untuk STA 3+090 – STA 8+700 dapat menjadi laik fungsi berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 11/PRT/M/2010. Kata Kunci : Laik Fungsi, Standar Teknis, Ruas Jalan, Perbaika
    corecore