10 research outputs found

    Pengaruh Variasi Konsentrasi Dinatrium EDTA Terhadap Stabilitas Fisika dan pH Sediaan Salep Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

    Get PDF
    Daun jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat, karena mengandung metabolit sekunder saponin, tanin, flavonoid, serta alkaloid. Senyawa-senyawa tersebut memiliki sifat antibakteri. Kandungan antibakteri pada daun jambu biji ini menjadi dasarpengembangan sediaan dalam bentuk salep yang berkhasiat sebagai antibakteri dengan memvariasikan salah satu bahan sebagai penstabil yaitu dinatrium EDTA. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi dinatrium EDTA tehadap stabilitas fisika sediaan salep ekstraketanol daun jambu biji (Psidium guajva L.). Dalam penelitian ini dibuat 3 formula dengan variasi konsentrasi dinatrium EDTA yaitu F1 (0,05%); F2 (0,08%) serta F3 (0,10%). Evaluasi stabilitas fisik sediaan salep dilakukan selama 12 hari (6 siklus), meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya lekat, uji daya sebar dan uji stabilitas. Hasil pengamatan organoleptik selama cycling test menunjukan adanya perubahan warna pada sediaan yaitu pada siklus ke 5 dan 6. Selain itu, dengan bertambahnya konsentrasi dinatrium EDTA berpengaruh terhadap pH. Semakin tinggi konsentrasi dinatrium EDTA maka semakin kecil pH dan berpengaruh pada stabilitas fisika sediaan. Hasil menunjukan bahwa sediaan yang stabil dan memenuhi syarat yaitu formula 3 dengan konsentrasi dinatrium EDTA 0,10 %.   Guava leaves (Psidium guajava L.) is one of the efficacious plants, because it contains secondary metabolites of saponins, tannins, flavonoids, and alkaloids; where these compounds have antibacterial properties. With the presence of antibacterial content in guava leaves, a preparation was made in the form of an antibacterial ointment by varying one of the ingredients as a stabilizer, namely disodium EDTA. The purpose of this study was to determine the effect of disodium EDTA concentration on the physical stability of the ethanol extract ointment of guava leaves (Psidium guajva L.). In this study, 3 formulas were prepared with variations in the concentration of disodium EDTA, namely F1 (0.05%); F2 (0.08%) and F3 (0.10%), respectively. Evaluation of the physical stability of the ointment was carried out for 12 days (6 cycles), including organoleptic tests, homogeneity tests, pH tests, adhesion tests, spreadability tests and stability tests. The results of organoleptic observations during the cycling test showed that there was a change in the color of the preparation in the 5th and 6th cycles. In addition, increasing the disodium EDTA concentration affected the pH, where the higher the disodium EDTA concentration, the lower the pH and affected the physical stability of the preparation. The results showed that the preparation that met the requirements for ointment stability was formula 3 with a concentration of 0.10% disodium EDTA

    PELATIHAN PEMANFAATAN BAHAN ALAM UNTUK PEMBUATAN HAND SANITIZER ALAMI DI DESA SERANG KABUPATEN TASIKMALAYA

    Get PDF
    Jumlah penderita yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Kabupaten Tasikmalaya sampai dengan tanggal 23 Februari 2021 adalah sejumlah 2150 orang. Menurut data tersebut, dapat dikatakan bahwa penularan masih terus berlangsung dan belum ada indikasi kurva pandemi melandai. Ditengah kondisi pandemi ini ketersediaan produk pencuci tangan (hand sanitizer) menjadi barang langka dan harganya cenderung lebih mahal dari biasanya dikarenakan meningkatnya pembelian oleh masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan antiseptik alternatif lain seperti hand sanitizer alami dengan memanfaatkan tumbuhan sekitar Desa Serang  Kabupaten Tasikmalaya yaitu daun sirih dan jeruk nipis. Kegiatan ini telah terlaksana dengan baik dan mendapat respon yang positif dari pihak Perangkat Desa dan masyarakat sekitar Desa Serang. Setelah kegiatan ini, diharapkan ilmu dan materi pelatihan yang diberikan dapat meningkatkan nilai guna dari bahan alam sebagai hand sanitizer alami dan juga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat di masa pandem

    Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Katuk (Breynia androgyna (L.)) pada Mencit Putih dengan Metode Transit Intestinal

    Get PDF
    ABSTRAKDiare merupakan suatu masalah gangguan pada saluran pencernaan yang ditandai dengan pengeluaran feses cair berulang kali atau lebih dari 3 (tiga) kali sehari atau diare adalah frekuensi terjadinya defekasi lebih sering dari keadaan normal. Tanaman katuk mengandung senyawa-senyawa kimia meliputi flavonoid, saponin dan tanin. Tanin merupakan salah satu zat yang berkhasiat sebagai adstringensia sehingga diduga mampu memberikan efek antidiare.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat aktivitas antidiare dari tanaman katuk (Breynia androgyna).   Metode yang digunakan untuk menguji efek antidiare ekstrak etanol daun katuk yakni menggunakan metode transit intestinal. Dosis yang digunakan berturut-turut adalah (dosis I) 40 mg (dosis II) 80 mg dan (dosis III) 160 mg/20g BB. Berdasarkan hasil yang didapatkan pada uji aktivitas antidiare ekstrak etanol daun katuk dapat diketahui bahwa ekstrak daun katuk memiliki efek sebagai antidiare yang ditunjukkan dengan nilai rasio transit intestinal terbaik sebesar 0.39 pada dosis III sebesar 160mg/20gBB dan secara statistik siginifikan (p<0.05)   terhadap kontrol negatif. Kata kunci : Diare; Daun Katuk; Transit Intestinal; Tanin.ABSTRACTDiarrhea is a problem in the digestive tract, which is characterized by repeated discharge of liquid stools or more than 3 (three) times a day or diarrhea is the frequency of defecation more often than normal. Katuk plant contains chemical compounds including flavonoids, saponins and tannins. Tannins are one of the substances that are efficacious as an adstringensia so that they are thought to have an antidiarrheal effect. The purpose of this study was to see the antidiarrheal activity of the katuk (Breynia androgyna) plant. The method used to test the antidiarrheal effect of the ethanolic extract of katuk leaves is using the intestinal transit method. The doses used were (dose I) 40 mg (dose II) 80 mg and (dose III) 160 mg/20g BW. Based on the results obtained in the antidiarrheal activity test of the ethanol extract of katuk leaves, it can be seen that the katuk leaf extract has an antidiarrheal effect as indicated by the best intestinal transit ratio value of 0.39 at dose III of 160mg/20gBW and statistically significant (p<0.05) against the control negative. Keywords : Diarrhea; Katuk Leaves; Intestinal Transit; Tannin

    PENGARUH PERBEDAAN PELARUT TERHADAP KADAR FENOL TOTAL DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK GADUNG (Dioscorea hispida Dennst.)

    Get PDF
    ABSTRACTGadung tuber (Dioscorea hispida Dennst.) are known to have phenolic compound which has potential as antioxydant agent. From previous study, the extraction of phenolic compounds from gadung tuber was carried out by maceration using methanol and this has never been done using other polar solvents such as ethanol and water. The purpose of this study was to determine the effect of maceration solvents on total phenol content and antioxidant activity of gadung tuber. Extraction was carried out by maceration technique using 3 types of polar solvents, methanol 90%, ethanol 96% and water. Analysis of total phenol content of the extract was carried out using a UV-VIS spectrophotometer based on the reduction reaction of Folin-Ciocalteu reagent and the antioxidant activity test was carried out using the DPPH (2.2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) method. The results showed that the methanol extract had the highest total phenol content of 2.782 ± 0.389 g GAE/100 g with the lowest IC50 value of 13.399 ppm. The ethanol extract and water extract had the total phenol content 1.963 ± 0.134 g GAE/100 g and 2.018 ± 0.015 g GAE/100 g, respectively, while the IC50 value of etanol extract and water extract were 26.706 ppm dan 18.605 ppm. All extracts in this study had a very strong antioxidant activity with an IC50 value less than 50 ppm.Keywords: antioxidant, extraction, phenol, gadung ABSTRAKUmbi gadung (Dioscorea hispida Dennst) telah diketahui memiliki senyawa fenol yang berpotensi sebagai antioksidan. Ekstraksi senyawa fenol dari umbi gadung pada penelitian terdahulu dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol, namun belum pernah dilakukan dengan menggunakan pelarut polar lain seperti etanol dan air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan pelarut maserasi terhadap kadar fenol total dan aktivitas antioksidan umbi gadung. Ekstraksi dilakukan dengan teknik maserasi menggunakan 3 jenis pelarut polar yaitu metanol 90%, etanol 96% dan air. Analisis kadar fenol total ekstrak dilakukan dengan spektrofotometer UV-VIS berdasarkan reaksi reduksi pereaksi Folin-Ciocalteu dan uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol memiliki kadar fenol total tertinggi sebanyak 2,782 ± 0,389 g GAE/100 g dengan nilai IC50 terendah yaitu 13,399 ppm. Kadar fenol total ekstrak etanol dan ekstrak air masing-masing adalah 1,963 ± 0,134 g GAE/100 g dan 2,018 ± 0,015 g GAE/100 g, sedangkan untuk nilai IC50 untuk ekstral etanol dan ekstrak air masing-masing adalah 26,706 ppm dan 18,605 ppm. Semua ekstrak pada penelitian ini memiliki aktivitas antioksidan kategori sangat kuat dengan nilai IC50 kurang dari 50 ppm.Kata kunci: antioksidan, ekstraksi, fenol, gadun

    EKSTRAKSI BERBANTU ULTRASONIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst) SECARA IN VITRO

    Get PDF
    Dioscorea hispida Dennst atau di Indonesia dikenal dengan umbi gadung diketahui mengandung senyawa aktif fenol yang dapat memberikan aktivitas antioksidan. Ekstraksi senyawa fenol dari umbi gadung masih belum banyak diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengekstraksi senyawa fenol menggunakan metode ultrasonic-assisted extraction (UAE) dengan pelarut yang bervariasi yaitu air, etanol, dan metanol serta menguji aktivitas antioksidannya. Penentuan kandungan fenol total (TPC) ekstrak secara kuantitatif telah dilakukan menggunakan metode spektrofotometri uv-vis dengan prinsip reaksi reduksi antara Folin–Ciocalteu  dengan asam galat. Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak menggunakan metode peredaman 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Dari penelitian ini diketahui bahwa senyawa fenol total paling tinggi terdapat pada ekstrak metanol umbi gadung yaitu sebesar 4,467 ± 0,752 gGAE/100 g dengan aktivitas antioksidan terkuat yang dilihat dari nilai IC50-nya yaitu sebesar 4,395 μg/mL

    Efektivitas Larvasida Ekstrak Etanol Bunga Kecombrang (Etlingera elaitor) dan Daun Jambu Biji (Psidium guajava) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti

    Get PDF
    Berbagai jenis tanaman di Indonesia telah diketahui mengandung senyawa bioaktif yang dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida. DIantaranya adalah bunga kecombrang dan daun jambu biji yang dapat berfungsi sebagai larvasida. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas campuran ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elaitor) dan daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap mortalitas larva Aedes aegypti. Objek dalam penelitian ini adalah semua larva Aedes aegypti instar III yang berumur 3-4 hari Sampel total yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 280 larva, yang di tentukan dengan teknik Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh campuran ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elaitor) dan daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak bunga kecombrang dan daun jambu biji yang diberikan, semakin banyak pula terjadinya kematian pada larva Aedes aegypti. Angka kematian tertinggi sebesar 90% dengan label konsentrasi uji 5 pada konsentrasi 5000 ppm (komposisi 1250 ppm ekstrak bunga kecombrang dan 3.750 ppm ekstrak daun jambu biji). Hasil analisis probit menunjukkan nilai LC50 pada larva Aedes aegypti untuk formula campuran ekstrak bunga kecombrang (Etlingera elaitor) dan daun jambu biji (Psidi guajava L.) adalah pada konsentrasi 2567,83 pp

    EFEKTIVITAS DAUN PANDAN LAUT BERDURI (Pandanus tectorius) DARI PESISIR PANTAI CIKALONG SEBAGAI BIOSORBEN MINYAK JELANTAH

    Get PDF
    Minyak goreng yang telah digunakan beberapa kali mengolah bahan pangan akan bersifat toksik apabila digunakan secara terus menerus dalam waktu jangka panjang, sehingga diperlukan zat yang dapat mengadsorpsi senyawa toksik tersebut. Kandungan selulosa yang tinggi pada daun pandan laut dapat dimanfaatkan sebagai biosorben untuk meningkatkan kualitas minyak jelantah. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan efektivitas daun pandan laut sebagai biosorben serta perubahan gugus fungsi dan struktur morfologi sebelum dan setelah dilakukan aktivasi. Serbuk daun pandan laut diaktivasi menggunakan NaOH 1,5N selama 24 jam kemudian dibilas dengan akuades sampai pH netral dan dikeringkan sampai menghasilkan serbuk yang halus. Hasil uji organoleptik biosorben dari daun pandan laut berduri yang telah diaktivasi menunjukkan perbaikan dalam segi warna dan bau minyak jelantah. Hasil pengujian kualitas minyak jelantah berdasarkan SNI menunjukkan bahwa minyak jelantah mengalami penurunan kadar air terbesar dengan efesiensi 97,70%, penurunan kadar asam lemak bebas terbesar dengan efesiensi 90,67% dan penurunan bilangan peroksida terbesar dengan efesiensi 82,95%. Hasil analisis FTIR biosorben setelah diaktivasi mengalami perubahan dibandingkan dengan sebelum diaktivasi yaitu dengan bergesernya bilangan gelombang –CH, -OH dan hilangnya serapan gugus C=C lignin yang menunjukkan adanya pergeseran-pergeseran serapan yang mengindikasikan adanya perubahan sifat setelah proses aktivasi. Hasil analis SEM, biosorben yang telah diaktivasi pori-porinya menjadi lebih terbuka dibandingkan dengan serbuk sebelum aktivasi. Aplikasi penggunaan biosorben daun pandan laut berduri (Pandanus tectorius) dalam meningkatkan mutu kualitas minyak jelantah sebesar 80 - 90% dilakukan dengan penambahan biosorben sebanyak 15 gram ke dalam 100 mL minyak jelantah dengan waktu pengadukan selama 60 menit

    Analisa In Silico Senyawa Biji Lada Hitam (Piper nigrum L.) Terhadap Aktivitas Antioksidan

    Get PDF
    Degenerative disease is a health condition of an organ or related tissue whose condition can deteriorate over time due to changes in body cells that affect organ function as a whole. The factor is due to unhealthy life changes such as lack of activity and frequent exposure to harmful substances into the body. Degenerative diseases include hypertension, diabetes, cholesterol, cancer, and death. Harmful substances or free radicals can be inhibited by antioxidants. One drug that has antioxidant activity is ascorbic acid (Vitamin C) which functions as an immune booster and is used by the public because it is effective as an antioxidant and health therapy but there are side effects in the form of gastrointestinal. The research aimed to find candidate drug ingredients from compounds contained in black pepper seeds (Piper nigrum L.) as in silico antioxidants. The methods used are molecular docking and molecular dynamics. The results showed BLH19 had better toxicity than the comparator drug and had hydrogen interactions that could be stabilized by the amino acid Gln139. The results of molecular dynamic calculations for BLH19 have an RMSD value of 1.5 Å with a ΔGTotal of -33.50 Kcal/mol. While the comparator drug has an RMSD value of 1.6 Å with ΔGTotal -3.39 Kcal/mol. The results showed that the affinity level of ascorbic acid compared to BLH19 for the 4RP9 receptor was predicted to be a candidate for a new antioxidant drug

    UJI SPF DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SUNSCREEN POWDER EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) TERHADAP Propionibacterium acnes

    No full text
    Every human being has different skin problems. Skin problems caused by sun exposure and acne-causing bacteria can be overcome by using a sunscreen powder that contains anti-acne. Natural ingredients that can overcome these problems are guava leaves (Psidium guajava L.) because they contain flavonoid compounds that can absorb ultraviolet light and have antibacterial activity. This study aims to determine the ability of guava leaves as a sunscreen by determining the value of SPF (Sun Protection Factor) using a UV-Vis spectrophotometer and as an anti-acne by calculating the inhibition of Propionibacterium acnes bacteria using the well diffusion method. The preparation formulation uses a variation in the concentration of guava leaf extract of 2.5%, 5%, and 7.5%. The results showed that guava leaf extract can be formulated into a sunscreen powder that meets the requirements. Based on the data obtained, the SPF value and inhibition zone diameter increased according to the high concentration of guava leaf extract used. All three formulas have an SPF value in the maximum protection category. Formula 3 (7.5%) has the highest SPF value of 15.00. The results of bacterial inhibition zone activity in formulas 1 (2.5%) and 2 (5%) were included in the strong category, while formula 3 (7.5%) had an inhibition of 21.33 mm, which was included in the very strong category.Setiap manusia memiliki masalah kulit yang berbeda. Permasalahan kulit yang disebabkan oleh paparan sinar matahari dan bakteri penyebab jerawat dapat diatasi menggunakan sunscreen powder yang mengandung anti jerawat. Bahan alam yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah daun jambu biji (Psidium guajava L.) karena mengandung senyawa flavonoid yang dapat menyerap sinar ultraviolet dan memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan&nbsp; daun jambu biji sebagai tabir surya dengan menentukkan nilai SPF (Sun Protection Factor) menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan sebagai anti jerawat dengan menghitung daya hambat pada bakteri Propionibacterium acnes menggunakan metode difusi sumuran. Formulasi sediaan menggunakan variasi konsentrasi ekstrak daun jambu biji sebesar 2,5%; 5%; dan 7,5%. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun jambu biji dapat diformulasikan menjadi sediaan sunscreen powder yang memenuhi syarat. Berdasarkan data yang diperoleh, menghasilkan nilai SPF dan diameter zona hambat yang semakin meningkat sesuai dengan tingginya konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang digunakan. Ketiga formula memiliki nilai SPF kategori proteksi maksimum. Formula 3 (7,5%) memiliki nilai SPF tertinggi yaitu 15,00. Hasil aktivitas zona hambat bakteri pada formula 1 (2,5%) dan formula 2 5%) termasuk kategori kuat, sedangkan formula 3 (7,5%) memiliki daya hambat sebesar 21,33 mm yang termasuk dalam kategori sangat kuat

    In silico study in toxicity parameters of Pigment Derivated Compounds of Monascus sp. mold as a cervical anti-cancer drugs candidate

    No full text
    Toxicity prediction is very important for the development and design of new drugs because computational toxicity estimates are not only faster than the determination of toxic doses in animals, but can also help reduce the number of animal trials. The test uses pkCSM, Protox II, Toxtree, preADMET and T.E.S.T. From the results of research that has been carried out on 57 pigment derivated compounds of Monascus sp. mold, the results of the pkCSM application are 39 test compounds for the Protox-II application there is 1 compound, the Toxtree application produces 1 compound, for the PreADMET application 4 safe compounds are produced, and for the T.E.S.T application produces 1 compound because it fulfills one of the aspects of ICH (International Conference on Harmonization) S9: non-clinical evaluation for anticancer pharmaceutical 2010 and has the potential as a candidate for anticancer drugs.
    corecore