33 research outputs found

    KOORDINASI DINAS PERTANIAN DAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) DALAM PEMBUKAAN LAHAN TANI (BAWANG MERAH) DI KABUPATEN ENREKANG

    Get PDF
    The purpose of this study was to find out the work plan, meetings, communication and division of tasks at the Coordination of the Agricultural Service and the Regional Disaster Management Agency for the clearing of agricultural land (shallots) in Enrekang Regency. The research method used  descriptive qualitative with a total of 3 informants including the Secretary of the Regional Disaster Management Agency of Enrekang Regency, the Secretary of the Agriculture Service and the Head of the Horticulture Division of the Enrekang Regency Agricultural Office. Collecting data used observation, interviews, and documentation. While the data analysis used data reduction, data presentation, and conclusions. The results showed that the Coordination of the Agriculture Service and the Regional Disaster Management Agency (BPBD) in Farming Land Clearing (onion) in Enrekang Regency that the work plan was prepared according to the needs of local farmers, meeting carried out at the office or at the farm location, communication was carried out in realizing the work plan that had been prepared and the division of tasks was carried out in accordance with the main tasks and work functions of each field

    TINDAK PIDANA PENEBANGAN LIAR YANG DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT (SUATU PENELITIAN WILAYAH HUKUM KABUPATEN ACEH BESAR)

    Get PDF
    ABSTRAKMuhammad Abdi Rahmat,TINDAK PIDANA PENEBANGAN LIAR 2017 YANG DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT (Suatu Penelitian Wilayah Hukum Kabupaten Aceh Besar)Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala(vii,57)., pp., bibl.,avv(Rizanizarli, S.H., M.H.)Pasal 82 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan hutan mengancam setiap orang yang melakukan penebangan liar di kawasan hutan tanpa izin dengan ancaman pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 2.500.000.000.00 (dua miliar lima ratus juta rupiah). Namun dalam kenyataannya masih terdapat masyarakat di Kabupaten Aceh Besar melakukan penebangan liar tanpa izin, di tahun 2017 ada 5 (lima) kasus tindak pidana penebangan liar di Kabupaten tersebut.Tujuan penulisan tugas skripsi ini untuk menjelaskan faktor penyebab terjadinya penebangan liar di kawasan hutan, menjelaskan usaha yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Satuan Polisi Hutan dalam penertiban penebangan liar, serta menjelaskan hambatan yang dihadapi oleh Dinas Kehutanan dan Satuan Polisi Hutan dalam melakukan penertiban penebangan liar.Data dalam penulisan skripsi ini diperoleh melalui penelitian lapangan dan kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan sumber data secara teoretis: buku-buku, doktrin, jurnal hukum, dan peraturan undang-undang yang berlaku, sedangkan penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer: melalui wawancara dengan responden maupun informan.Hasil dari penelitian lapangan ditemukan bahwa faktor penyebab terjadi penebangan liar adalah karena masih terdapat angka kemiskinan dan pengangguran bagi masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan, harga jual kayu yang tinggi, permintaan kayu yang semakin meningkat dan lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku yang bekerja di luar lapangan. Usaha dalam penertiban penebangan liar dengan melakukan sosialisasi tentang sanksi bagi pelaku tindak pidana penebangan liar dan akibat dari kerusakan hutan, melakukan patroli rutin, pemeriksaan dokumen kayu dan membuat laporan perkembangan hutan. Hambatan yang dihadapi adalah faktor geografis, minimnya sarana dan prasarana patroli, lemahnya koordinasi antar penegak hukum, keseriusan dan ketegasan Pemerintah dan Penegak Hukum Kabupaten Aceh Besar.Disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Besar ada perhatian khusus terhadap masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan dengan mengalih profesi bagi warga desa setempat dan adanya kesadaran dari masyarakat terhadap akibat dari kerusakan hutan, dan adanya kerja sama Dinas Kehutanan dengan Dinas yang terkait lainnya dalam membasmi tindak pidana penebangan liar

    An Investigation of Intelligibility and Lingua Franca Core Features in Indonesian Accented English

    Get PDF
    Recent approaches to teaching pronunciation of English in second or foreign language contexts have favoured the role of students’ L1 accents in the teaching and learning process with the emphasis on intelligibility and the use of English as a Lingua Franca rather than on achieving native like pronunciation. As far as English teaching in Indonesia is concerned, there is limited information on the intelligibility of Indonesian Accented English, as well as insufficient guidance on key pronunciation features for effective teaching. This research investigates features of Indonesian Accented English and critically assesses the intelligibility of different levels of Indonesian Accented English.English Speech data were elicited from 50 Indonesian speakers using reading texts. Key phonological features of Indonesian Accented English were investigated through acoustic analysis involving spectrographic observation using Praat Speech Analysis software. The intelligibility of different levels of Indonesian Accented English was measured using a transcription task performed by 24 native and non-native English listeners. The overall intelligibility of each accent was measured by examining the correctness of the transcriptions. The key pronunciation features which caused intelligibility failure were identified by analysing the incorrect transcriptions.The analysis of the key phonological features of Indonesian Accented English showed that while there was some degree of regularity in the production of vowel duration and consonant clusters, more individual variations were observed in segmental features particularly in the production of consonants /v, z, ʃ/ which are absent in the Indonesian phonemic inventory. The results of the intelligibility analysis revealed that although light and moderate accented speech data were significantly more intelligible than the heavier accented speech data, the native and non-native listeners did not have major problems with the intelligibility of Indonesian Accented English across the different accent levels. The analysis of incorrect transcriptions suggested that intelligibility failures were associated more with combined phonological miscues rather than a single factor. These results indicate that while Indonesian Accented English can be used effectively in international communication, it can also inform English language teaching in Indonesia

    Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro Cilaki Kapasitas 5000 kW

    Get PDF
    Tenaga air telah digunakan untuk berbagai kebutuhan tenaga (energi) sejak lama, mulai dari teknologi sederhana (seperti kincir air di pedesaan) hingga teknologi yang kompleks dengan menggunakan berbagai turbin. Ada banyak sungai di Kabupaten Garut di Jawa Barat yang bisa berkembang menjadi pembangkit listrik dari kecil hingga besar. Sungai Cilaki merupakan salah satu sungai yang dapat dimanfaatkan dan berpotensi untuk menghasilkan listrik pada skala hidroelektrik kecil. Studi kelayakan dimulai dengan analisis hidrologi, perhitungan daya dan energi, perencanaan peralatan mekanik dan listrik, analisis ekonomi dan analisis lingkungan. Hasil analisis hidrologi Sungai Cilaki menunjukkan bahwa sungai tersebut berpotensi memiliki debit tahunan yang stabil sebesar 4.2 m3 / dt dengan probabilitas debit 70%. Ketinggian pipa penstock PLTM ini adalah 100,5 m, sehingga efisiensi turbin masing-masing generator dengan turbin Francis horizontal adalah 90% dan masing-masing dapat menghasilkan 3500 kW dan 1576 kW. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa rencana pembangunan PLTM dengan biaya investasi Rp 63.660.430.800,00 layak karena NPV 39.528 dan IRR 19,69% masih lebih tinggi dari suku bunga pinjaman 14%

    Mengelola Potensi Destruktif Olahraga Ke Arah Pengembangan Kebijakan Olahraga Yang Komprehensif

    Get PDF
    Sport reflects positive values referred by society. Sport can be a medium for building people character and personality. In the other hand, sport can also be an arena in spreading tensions and conflicts among groups of people, even fostering other social problems, like discrimination, unfairness, corruption and bribery, violence among players or supporters, and etc. Therefore, this article aims at describing the root of problem of destructive dimensions of sport that can threaten social integration, even national integration. This article offers some formulas of sport development that can minimize destructive potencies of the sport through a comprehensive sport policy. ABSTRAKOlahraga umumnya mencerminkan nilai-nilai apa yang menjadi rujukan masyarakat. Olahraga dapat menjadi wahana untuk membina dan sekaligus membentuk watak kepribadian. Di sisi lain, olahraga dapat pula menyebarkan nilai-nilai pertentangan atau konflik dan bahkan bisa mempersubur masalah sosial seperti: diskriminasi, ketidakjujuran, korupsi dan praktek suap, pemukulan wasit, perkelahian antarpemain atau antarsupporter, bahkan antarkeduanya, serta berbagai bentuk konflik lainnya. Karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menguraikan akar permasalahan perilaku potensi destruktif olahraga tersebut yang dapat mengancam integrasi sosial bahkan integrasi bangsa. Tulisan ini juga mengajukan tawaran suatu pola pengembangan olahraga yang dapat meminimalisir potensi destruktif tersebut melalui suatu kebijakan keolahragaan yang komprehensif. </p

    Analisis Kesalahan Membaca Kalimat Sederhana Bahasa Jepang pada Siswa Kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo Tahun Ajaran 2019 - 2020

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil wawancara dengan guru bahasa Jepang SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo yang mengatakan bahwa kendala yang umumnya dimiliki siswa adalah menulis dan membaca karena pada saat jenjang sebelumnya yaitu SMP mereka tidak mendapatkan bahasa Jepang. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mendeskripsikan kesalahan – kesalahan dalam membaca kalimat sederhana bahasa Jepang pada siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Taman dan mendeskripsikan faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan membaca kalimat sederhana bahasa Jepang pada siswa kelas XI IPA 7 SMA negeri 1 Taman Sidoarjo tahun ajaran 2019 – 2020. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis adalah hasil dari transkrip tes lisan dan angket yang dikerjakan oleh siswa. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kesalahan yang dominan dilakukan oleh siswa adalah kesalahan hyoki dibandingkan dengan kesalahan hatsuon. Kesalahan tersebut disebabkan karena beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang paling dominan adalah tidak hafal huruf kana dan tidak mengulangi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah, sedangkan untuk faktor eksternal yang paling dominan adalah kurangnya praktek dan latihan ketika pembelajaran bahasa Jepang di sekolah serta pelajaran di sekolah yang dirasa siswa kurang menarik
    corecore