23 research outputs found
Multikulturalisasi Pendidikan Islam Sejak Dini di Era Digital
The failure to response digitalization evidenzed by the violence of child in the education institution and social environment that KPAI declared as the impact of digital culture and civilization that indicated instead of the failure of home\u27s education. This paper will discuss and share an idea with literature view methode with the urgent of multicultural Islamic education. The Values of Multiculturalsm can be tought early like humanity, tolerance, respecting minority, loving a weak, keeping unity and peace, mentaining the culture. Those values can be implemented by the following methode such as; 1. al-Awamiru wa an-Nawahy (order and forbid),. 2. Taqdimu al-Qudwah al-Toyyibah (modelling), 3. Al-Tsawabu wa al-I\u27qobu (reward and punishment). 4. Al-Iyha\u27u (direct method), . 5. Metode Qisshoh(story)
Demokrasi dalam Filsafat Pendidikan Barat dan Islam (Kajian Tentang Nilai-nilai Demokrasi dan Implementasinya dalam Konteks Pendidikan Indonesia)
Is there democracy in Islam?, how is the attitude of Muslims to democracy, is Islam compatible with democracy? This question gets a different reaction from Muslim thinkers. This means that Democracy in Islam is still a controversial issue, both theoretically and practically. There are at least two groups or blocks of views from Muslim thinkers. First the conservative group, they reject openly Islamic relations with democracy. For them in Islam there is no place for democracy. Second, the moderate Islamic view group. This group holds that the substance (essence) of democracy is in line with Islamic principles. While democracy in the view of Western educational philosophy in this paper is represented by the opinion of Dewey (1916/1996), Schumpeter (1942), Dahl (1971) and Zulu records (2001). While the view of democracy in the philosophy of Islamic education is represented by the view of moderate Islamic groups that bring Democracy into Islamic education in a dialogical way. The point is that the values of Democracy can be strengthened through education. Democracy and education are entities that can not be separated in achieving the two educational objectives as Nurcholis Madjid said in Indonesia context
Implementasi program aflatoun dalam pendidikan karakter siswa Madrasah Tsanawiyah Pp. Raudhatul Hasanah Medan
Penelitian ini bertujuan ; (1) Untuk mendeskripsikan Proses Implementasi Program Aflatoun dalam Pendidikan Karakter Siswa MTs PP. Raudhatul Hasanah Medan; (2) Untuk mendeskripsikan muatan kurikulum Aflatoun dalam Pendidikan Karakter Siswa MTs PP. Raudhatul Hasanah Medan; (3) Untuk mendeskripsikan tujuan Implementasi Program Aflatoun di MTs PP. Raudhatul Hasanah Medan; (4) Untuk mendeskripsikan Target Implementasi Program Aflatoun di MTs PP. Raudhatul Hasanah Medan; (5) Untuk mendeskripsikan Karakter apa sajakah yang menjadi target/sasaran dalam program Implementasi Program Aflatoun di MTs. PP. Raudhatul Hasanah Medan; (6) Untuk mendeskripsikan penilaian keberhasilan implementasi Program Aflatoun dalam Pendidikan Karakter siswa MTs PP. Raudhatul Hasanah Medan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, di mana data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan observasi, wawancara, dan analisis dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Proses implementasi Program Aflatoun dalam pendidikan karakter siswa MTs. PP. Raudhatul Hasanah Medan disampaikan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Sementara pelaksanaan program disampaikan dengan metode fun learning dan students oriented ; (2) Muatan kurikulum Program Aflatoun yang digunakan di MTs PP. Raudhatul Hasanah Medan adalah terdapat dalam delapan buku kerja Aflatoun; (3) Tujuan Implementasi Program Aflatoun di MTs PP. Raudhatul Hasanah Medan adalah untuk memberdayakan anak-anak melalui sebuah pendekatan berimbang terhadap pendidikan sosial dan finansial anak serta membangun pendidikan karakter dalam diri anak; (4) Target Implementasi Program Aflatoun di MTs PP. Raudhatul Hasanah Medan adalah dapat mengetahui; religiusitas; harga diri dan mengetahui keunikan, kemandirian, kejujuran, hak dan tanggung jawab, tanggung jawab sosial, toleransi/menghormati perbedaan, , dan cinta tanah air; (5) Karakter yang menjadi target/sasaran dalam program Implementasi Program Aflatoun di MTs. PP. Raudlatul Hasanah Medan yaitu; religiusitas harga diri dan mengetahui keunikan, kemandirian, kejujuran, hak dan tanggung jawab, tanggung jawab sosial, toleransi/menghormati perbedaan, dan cinta tanah air; (6) Penilaian ditekankan pada delapan nilai karakter tersebut dengan metode pengamatan atau observasi secara langsung
Multikulturalisasi Pendidikan Islam Sejak Dini di Era Digital
The failure to response digitalization evidenzed by the violence of child in the education institution and social environment that KPAI declared as the impact of digital culture and civilization that indicated instead of the failure of home’s education. This paper will discuss and share an idea with literature view methode with the urgent of multicultural Islamic education. The Values of Multiculturalsm can be tought early like humanity, tolerance, respecting minority, loving a weak, keeping unity and peace, mentaining the culture. Those values can be implemented by the following methode such as; 1. al-Awamiru wa an-Nawahy (order and forbid),. 2. Taqdimu al-Qudwah al-Toyyibah (modelling), 3. Al-Tsawabu wa al-I’qobu (reward and punishment). 4. Al-Iyha’u (direct method), . 5. Metode Qisshoh(story).Kegagalan merespon era digital dengan ditandai terjadinya kekerasan anak dalam institusi Pendidikan dan di lingkungan masyarakat yang disebut KPAI sebagai akibat dari budaya digital, mengindikasikan gagalnya Pendidikan keluarga. Artikel ini akan mendiskusikan dan menawarkan gagasan secara sederhana dengan metode pustaka akan pentingnya Pendidikan islam dengan pendekatan multicultural. Nilai-nilai multicultural yang dapat diajarkan kepada anak sejak dini adalah seperti Humanis, toleransi, menghargai, menerima, mengutamakan silaturahim, (dialog) pada semua individu, menyayangi kaum lemah, dan monoritas, menjaga persatuan, dan perdamaian, mengembangkan budaya, menjaga kearifan budaya lokal dalam masyarakat. Berbagai macam metode Pendidikan anak sejak dini dalam Pendidikan Islam, di antaranya adalah : 1. al-Awamiru wa an-Nawahy (perintah dan larangan),. 2. Taqdimu al-Qudwah al-Toyyibah (Pendidikan keteladanan), 3. Al-Tsawabu wa al-I’qobu (reward and punishment). 4. Al-Iyha’u (direct method) atau metode langsung, . 5. Metode Qisshoh( bercerita).
 
MEMBANGUN GENERASI LITERASI DALAM PENDIDIKAN NON FORMAL DI BADAN OTONOM DI PONDOK PESANTREN MAMBAUL ULUM BATA-BATA
This paper thoroughly covered what PKN participants of IAI Al-Khairat Pamekasan Posko 17 have done. As we know, the first verse of the Al-qur'an that came down was iqro 'which means read. Departing on the basis of this verse, PKN Participants had initiated the development of creating literacy in non-formal education at Pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata and make this program a superior program initiated by PKN Posko 17 participants. Many steps and efforts to take attitudes and actions to create Islamic boarding schools with literacy culture have received positive responses from various stakeholders in the PKN place, especially from the head of Pondok pesantren. They are very enthusiastic in efforts to improve the literacy culture for students or santri. The final point of this activity is creating the formation of literacy groups that are active in non-formal institutions in Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bat
MENAKAR EFEKTIFITAS PROGRAM AFLATOUN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
Bahasa Indonesia:Program Aflatoun adalah program pendidikan sosial dan finansial untuk anak. Lembaga ini berfokus pada pembelajaran tentang tanggung jawab sosial dan pendidikan finansial yang diselenggarakan dalam lingkup pendidikan formal dan non-formal. Tujuan utama pembelajarannya adalah membangun hak dan tanggung jawab yang memungkinkan individu untuk mengembangkan komunitas mereka dengan teliti. Program ini menginspirasi anak memberdayakan diri secara sosial dan finansial untuk menjadi agen perubahan dalam kehidupan mereka sendiri dan dunia yang lebih adil. Dengan demikian, Aflatoun berusaha mewujudkan anak untuk menjadi inspirasi bagi lingkungannya. Aflatoun merupakan sebuah organisasi non-pemerintah lintas negara yang memberikan perhatian besar kepada pendidikan anak melalui organisasi-organisasi non-profit di dunia. Di Indonesia, program ini dilaksanakan oleh Lekdis Nusantara yang aktif menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan/workshop aflatoun di berbagai daerah. Penelitian ini akan melihat manfaat dan tawaran apa saja yang diberikan untuk menumbuh kembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik. Sehingga, program ini dapat diterima sebagai salah satu alternatif dalam memberikan solusi berbagai isu pendidikan yang kian kompleks. English:Aflatoun is a social and financial education program for children. The program focuses on social responsibility and financial education which is organized in both formal and non-formal education. The main purpose of learning is to establish rights and responsibilities to enable individuals in developing their communities. This program inspires children to socially and financially develop themselves in order to be agents of change in their own lives and better world. In other words, Aflatoun promotes children as the inspiration for their environment. Aflatoun is a transnational non-governmental organization which pays a great attention to children education via non-profit organization in the world. In Indonesia, the program is implemented by Lekdis Nusantara and actively organizes socialization, training, and workshops in various under represented areas. This study examines benefits and opportunities given to cultivate education to a better direction. Thus, this program can be accepted as an alternative way in providing solutions for increasingly complex issues in education
Merdeka Belajar: A New Paradigm of Islamic Education in the Setting of Social Change
Social change is an inseparable part of Islamic education with a new paradigm. These changes have strong implications in the educational order that demands a more humanist and liberating education system. Freedom of learning is an educational concept that offers a new direction that allows the implementation of education to be carried out autonomously and decentralized. The policies launched in this concept carry a mission to free education from the shackles of administrative-formalistic aspects. The implementation of this policy package resulted in essential changes including; 1) Minimum Competency Assessment (AKM); 2) Character Survey; 3) Study Environment Survey.Perubahan sosial menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan Islam yang berparadigma baru. Perubahan tersebut berimplikasi kuat dalam tatanan pendidikan yang menuntut adanya system pendidikan yang lebih humanis dan memerdekakan. Merdeka belajar merupakan konsep pendidikan yang menawarkan arah baru yang memungkinkan penerapan pendidikan dilakukan secara otonom dan desentralistik. Kebijakan yang diluncurkan dalam konsep ini membawa misi lepasnya pendidikan dari belenggu aspek adminsistratif-formalistik. Implimentasi dari paket kebijakan ini melahirkan perubahan yang esensial meliputi; 1) Assesment Kompetensi Minimum (AKM); 2) Survey Karakter; 3) Survey Lingkungan Belajar
Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Melalui Pendekatan Pendidikan Responsif Gender di Kabupaten Sumenep
This article aims to discuss increasing the human development index through a gender-responsive education approach. This article uses a library research approach with content analysis techniques. The results showed that the HDI of Sumenep Regency was still relatively low, namely that males were at 72.32% while females were at 58.38%. This figure illustrates that there are still significant differences between males and females. One of the indicators is the school average of 6.60% for boys and 4.63% for girls. This fact is still detrimental to women. Then the Gender Empowerment Index (IDG) in Sumenep is 60.99% better than other districts in Madura. IDG Sumenep data from 2010 to 2019 shows a fairly good increase, even better than other districts in Madura. However, this gap is still a development problem in the field of education in Sumenep. This study shows the revitalization of the human development agenda in the field of gender responsive education, especially in rural areas and islands. Development challenges in Sumenep are still faced with cultural praxis, some of which are not yet in favor of gender equality. The Sumenep government should be able to increase the human development index through gender responsive education, by making this study a recommendation to the relevant agencies. One of them is revitalizing the role of the education board, by optimizing the function of the education board as an advisory agency, supporting agency, controlling agency, and mediating agencyArtikel ini bertujuan untuk membahas tentang peningkatan indek pembangunan manusia melalui pendekatan pendidikan resposif gender. Artikel ini menggunakan pendekatan library research dengan teknik konten analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IPM kabupaten Sumenep masih relatf rendah yaitu laki-laki berada pada angka 72.32 % sementara perempuan 58.38 % angka ini menggambarkan bahwa masih terjadi perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Salah satu indikatornya adalah rata-rata sekolah laki-laki 6.60 % dan perempuan 4.63%. Fakta ini masih merugikan perempuan. Kemudian indek pemberdayaan Gender (IDG) di Sumenep adalah 60.99% lebih baik dari kabupaten lainnya di Madura. data IDG Sumenep dari 2010 sampai 2019 menunjukkan peningkatan yang cukup baik, bahkan lebih baik dari kabupaten lain di Madura. Kendati demikian kesenjangan ini masih menjadi persoalan pembangunan dalam bidang pendidikan di Sumenep. Studi ini menunjukkan revitalisasi agenda pembangunan manusia di bidang pendidikan yang responsif gender, terutama di wilayah perdesaan dan kepulauan. Tantangan pembangunan di Sumenep masih dihadapkan pada praksis budaya yang sebagian diantaranya belum berpihak pada kesetaraan gender. Pemerintah Sumenep seyogyanya dapat meningkatkan indek pembangunan manusia melalui jalur pendidikan responsive gender, dengan menjadikan kajian ini sebagai rekomendasi kepada dinas terkait. Salah satunya adalah merevitalisasi peran dewan pendidikan, yaitu mengoptimalkan fungsi dewan pendidikan sebagai advisory agency, supporting agency, controlling agency, dan mediating agenc
Patterns of Strengthening Conservative Muslims in the Middle of Culture WasathiyahMadurese Society: PAI Approach to Religious Moderation
Conservatism hits all religions, including Islam. Muslim conservatives have found momentum in the last decade as identity politics divides the nation. This study aims to describe the problem of depression in Muslim analysis amid the wasatiyyah culture of the Madurese people. This study uses a qualitative approach with the main data network in-depth interviews with religious leaders, activists, academics, and the government. And also direct data observations with the community with relatively long observations, researchers also use documents from several online mass media, BPS data. The data collection technique was carried out purposefully, and data analysis was carried out using Aceberg's theory and U analysis. This study found that the pattern of strengthening Muslim destruction in Pamekasan was through the praxis of religious intolerance and aggressiveness, such as burning tourist attractions and besieging the homes of state officials. The action was carried out due to low knowledge, political sociology, and the influence of Wahhabi salafi ideology. The most responsive Islamic organization is Nahdlatul Ulama (NU). Meanwhile, other mass organizations, such as Muhammadiyah, are less responsive to cases of violence of this kin
Equity Pedagogy di Pesantren Dirasatul Mualimin Islamiyah Al-Hamidy Banyuanyar
One of the dimensions of multicultural education is the dimension of Equity Pedagogy or justice and equality in receiving learning. The educational culture of Islamic boarding schools that is centralized to Kyai poses a challenge to how pesantren provide equity education services to students through the learning system in it. This study aims to identify the value of equity pedagogy in the type of traditional pesantren (salaf) with a phenomenological approach, the results of this study indicate that the Banyuanyar pesantren has a culture of Equity Pedagogy values ​​such as equity in Kyai policies, equity in Nyabis culture, equity in Discipline culture, equity in living culture mutual tolerance (mutual tolerance). equity in the culture of living together (help each other). equity in the culture of living tawashi (reminding each other). A culture of equal living that is fair in the context of genderSalah satu dimensi pendidikan multicultural adalah dimensi Equity Pedagogy atau keadilan dan kesamaan dalam menerima pembelajaran. Kultur pendidikan Pesantren yang sentralistik kepada Kyai memberikan tantangan bagaimana pesantren memberikan layanan pendidikan yang equity kepada santri melalui system pembelajaran di dalamnya. Penelitin ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai equity pedagogy pada jenis pesantren tradisional (salaf) dengan pendekatan fenomenogy, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pesantren Banyuanyar memiliki kultur nilai Equity Pedagogy seperti equity dalam kebijakan Kyai, equity dalam budaya Nyabis equity dalam budaya Disiplin, equity dalam budaya hidup bertasamuh (saling toleransi). equity dalam budaya hidup berta’awun (saling tolong menolong). equity dalam budaya hidup bertawashi (saling mengingatkan). Budaya hidup setara yang berkeadilan dalam konteks gende