9 research outputs found

    KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN STRATEGI HEURISTIK :Studi Eksperimen di SMU Negeri 8 Kota Bogor

    Get PDF
    masalah matematika siswa antara siswa yang mengikuti pembelajaran denean strategi heuristik dan yang mengikuti pembelajaran konvensional, fbl ketuntasan belajar siswa dari pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah matematika dengan strategi hcurisUk, (c) sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran pemecahan masalah matematika dengan strategi hcurisUk, (d) hambatan dan dukungan mengenai pembelajaran pemecahan masalah'matematika dengan strategi heuristik. Penclitian ini mcrupakan studi eksperimen di salah satu SMU Negeri di Bogor dengan disain penclitian Pretest Post-test Control Group Design. Subjck populasi adalah scluruh siswa kclas I dengan mengambil sampcl dua kclas sccara acak, yaitu kclas eksperimen dan kclas control. Pcngumpulan data dilakukan dengan cara 1) memberikan* tcs kemampuan pemecahan masalah matematika dalam bentuk uraian dengan pokok bahasan Persamaan Kuadrat dan Pcrbandingan Trigonometri. 2) memberikan skala sikap pada siswa. Data basil penclitian dianalisis sccara deskriptif untuk mengintrcprctasi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan sikap siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah matematika dengan strategi heuristik. Sclain itu untuk melihat adanya pcrbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol digunakan uji-t pada taraf kepcrcayaan 99%. Hasil penclitian menunjukkan, (a) kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelompok eksperimen lebih baik apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Terdapat perbedaan perolehan belajar antara kelompok yang mendapat perlakuan dan kelompok yang pembelajarannya biasa. Kelompok yang mendapat perlakuan termasuk katagori kemampuan sedang, sedangkan kelompok dengan pembelajaran biasa termasuk katagori kemampuan rendah, ditinjau dari setiap aspek pemecahan masalah ternyata kemampuan memahami masalah untuk kedua kelompok termasuk katagori baik, dan aspek memeriksa kembali hasil termasuk katagori rendah. Aspek memeriksa kembali hasil merupakan aspek yang paling sulit bagi siswa. (b) ketuntasan belajar siswa secara klasikal berdasarkan kurikulum 1994 belum tercapai, (c) sikap siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah matematika dengan strategi heuristik secara keseluruhan adalah positif, (d) Faktor penghambat dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika dengan strategi heuristik pada penelitian ini adalah waktu yang digunakan banyak dibutulikan pada saat memberikan tuntunan dan guru harus lebih siap dalam memberikan tuntunan. Sedangkan yang mendukung dalam penelitian ini adalah minat siswa terhadap pembelajaran cukup baik

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

    Get PDF
    The results of the evaluation of the midterm assessment in mathematics at SDN Ciapus 02 and 04 show low mathematical understanding abilities on certain indicators. This indicates that students' mathematical understanding is still low and learning objectives have not been achieved. the effect of applying two learning models, namely Problem Based Learning (PBL) and Discovery Learning (DL), on students' mathematical understanding abilities, as well as comparing differences in mathematical understanding abilities between students with visual and auditory learning styles. VI at SDN Ciapus 02 and 04 also consists of two groups of students with visual and auditory learning styles, each of which is divided into PBL and DL groups. Factorial 2x2. Independent variables include learning models (PBL and DL) and learning styles (Visual Learning Styles). and Auditory Learning Style), while the dependent variable is mathematical understanding (Y). Data analysis used the Mann Whitney Test with SPSS 25. The results of the data analysis showed that there was no difference in the if fish sign between the PBL and DL groups in mathematical understanding abilities. However, the PBL model more effective than the DL model in increasing the mathematical understanding abilities of students with a visual learning style. The DL model is more effective than the PBL model in increasing the mathematical understanding abilities of students with an auditory learning style. Based on these findings, it is suggested to teachers to consider using the PBL model in designing the process of learning mathematics and understanding student learning styles to adapt teaching approaches

    Sikap dan Kemampuan Metakognitif Sains Matematika Guru dan Peserta Didik: Kesiapan Pencapaian Standar Kompetensi Lulusan Pada Kurikulum 2013

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah menggali sikap dan kemampuan metakognitif guru dan peserta didik sebagai dasar pengembangan program sekolah untuk mencapai standar kompetensi lulusan sesuai kurikulum 2013. Indonesia mulai tahun 2016 secara serentak menerapkan kurikulum baru bernama kurikulum 2013. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum baru menghendaki pencapaian pengetahuan metakognitif pada semua jenjang, termasuk jenjang sekolah menengah atas. Penelitian ini memfokuskan pada kelas IPA. Sebanyak 30 guru dan 168 peserta terlibat dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan dalam sikap metakognitif guru dan murid sudah baik, rerata kesadaran metakognitif berada pada kisaran 80%. Namun kemampuan metakognitif sains matematika para guru dan peserta didik sangat rendah. Rerata hasil tes metakognitif berkisar antara 0% sampai 33%. Berdasarkan hasil ini sekolah harus mengembangkan pembelajaran berbasis masalah dan literasi guna meningkatkan kemampuan metakognitif peserta didik

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

    Get PDF
    The results of the evaluation of the midterm assessment in mathematics at SDN Ciapus 02 and 04 show low mathematical understanding abilities on certain indicators. This indicates that students' mathematical understanding is still low and learning objectives have not been achieved. the effect of applying two learning models, namely Problem Based Learning (PBL) and Discovery Learning (DL), on students' mathematical understanding abilities, as well as comparing differences in mathematical understanding abilities between students with visual and auditory learning styles. VI at SDN Ciapus 02 and 04 also consists of two groups of students with visual and auditory learning styles, each of which is divided into PBL and DL groups. Factorial 2x2. Independent variables include learning models (PBL and DL) and learning styles (Visual Learning Styles). and Auditory Learning Style), while the dependent variable is mathematical understanding (Y). Data analysis used the Mann Whitney Test with SPSS 25. The results of the data analysis showed that there was no difference in the if fish sign between the PBL and DL groups in mathematical understanding abilities. However, the PBL model more effective than the DL model in increasing the mathematical understanding abilities of students with a visual learning style. The DL model is more effective than the PBL model in increasing the mathematical understanding abilities of students with an auditory learning style. Based on these findings, it is suggested to teachers to consider using the PBL model in designing the process of learning mathematics and understanding student learning styles to adapt teaching approaches

    PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI MATEMATIS MAHASISWA

    No full text
    ABSTRAK   Pembelajaran matematika di tingkat perguruan tinggi lebih banyak menggunakan pendekatan berbasis masalah. Mahasiswa diberikan masalah dan diminta memecahkannya. Pada proses pemecahan masalah pada umumnya yang dilakukan adalah problem lansung solving, melewatkan argumentasi, padahal argumentasi merupakan hal penting. Pada argumentasi akan terlihat proses berpikir yaitu data apa yang diketahui, dukungan dari definisi atau teorema yang digunakan, sanggahan apa yang dapat dilakukan, sehingga sampai pada klaim. Seseorang dikatakan memahami masalah secara bermakna apabila ia dapat mengemukakan alasan, data, jaminan, idea bahkan klaim dalam masalah secara benar. Karena itu, untuk memeriksa apakah mahasiswa telah memiliki kemampuan mengemukakan masalah matematika secara bermakna, dapat diestimasi melalui kemampuan mahasiswa menyampaikan secara lisan atau menuliskan kembali idea dalam argumentasi matematis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan argumentasi matematis mahasiswa pendidikan matematika dalam pembelajaran kalkulus 1. Untuk meningkatkan kemampuan argumentasi matematis mahasiswa, perlu adanya upaya untuk menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi mahasiswa dalam berargumentasi. Penelitian eksperimen ini, dengan populasi seluruh mahasiswa pendidikan matematika di UHAMKA. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposif random sampling, dua kelas sebagai kelas eksperimen dan dua kelas sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran berbasis masalah (PBM), dan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional (KS). Sampel yang terlibat sebanyak 141 orang mahasiswa. Instrumen yang digunakan adalah soal tes kemampuan argumentasi matematis. Analisis data menggunakan uji-t, dan ANOVA satu dan dua jalur. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan peningkatan kemampuan argumentasi matematis mahasiswa antara kelompok PAM (atas, tengah dan bawah) pada pendekatan PBM. Perbedaan peningkatan terjadi pada kelompok PAM atas dengan tengah. Secara signifikan peningkatan kemampuan argumentasi matematis mahasiswa berdasarkan kelompok PAM pada pendekatan PBM lebih baik dibandingkan dengan peningkatan kemampuan argumentasi matematis yang memperoleh pembelajaran KS. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan argumentasi matematis mahasiswa pada masing-masing kelompok PAM dengan pendekatan PBM dan KS. Secara bersamaan kedua faktor kelompok PAM dan pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan argumentasi matematis mahasiswa Kata Kunci    :   Argumentasi matematis, Pembelajaran berbasis masalah   ABSTRACT   Learning mathematics at the college level more problem-based approach. Students are given a problem and asked to solve it. In the problem-solving process is generally carried out direct problem solving, skip the argument, but the argument is important. On the argument would seem to think that the data is what is known, the support of the definition or theorem is used, a rebuttal of what to do, so until the claim. Someone said to understand the problem substantially if he can give the reasons, the data, assurance, ideas and even claims in issue correctly. Therefore, to check whether the student has the ability significantly raised the issue of mathematics, can be estimated by the ability of the students expressed orally or rewrite the idea in mathematical argument. This study aims to determine the increase in the ability of mathematical argumentation mathematics education students in learning calculus 1. To improve student mathematical argument, should the effort to implement a learning approach that can facilitate students in arguing. This experimental study, the entire student population in UHAMKA mathematics education. The selection of the sample in this study using purposive random sampling, two classes as experimental class and two classes as the control class. Given experimental class problem-based learning (PBM), and the class is given control of conventional learning (KS). Samples were involved as many as 141 students. The instrument used is a matter of testing the ability of mathematical argumentation. Data analysis using t-test and ANOVA one and two lanes. Based on the results of data analysis, it is concluded that there are significant differences in improvement of student mathematical argumentation ability between groups PAM (top, middle and bottom) in the PBM approach. The difference in the increase occurred in the group of PAM on the middle. Significantly increased the ability of the student mathematical arguments based on the PAM group PBM approach is better than the increase in the ability to obtain a mathematical argumentation learning KS. There are significant differences in improvement of mathematical argumentation ability of students in each group PAM PBM approach and KS. Taken together these two factors and the PAM group learning approach has a significant influence on the improvement of the ability of the student mathematical arguments. Keywords:            mathematical argumentation, problem-based learnin

    PENGARUH KUALIFIKASI PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN GURU MATEMATIKA DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

    Get PDF
    Perencanaan pelaksanaan pembelajaran sebagai proses penting dalam mengajar matematika, dalam penyusunan perencanaan pembelajaran melibatkan beberapa komponen diantaranya pengetahuan konten matematika dan pengetahuan pedagogis. Kualitas penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat dipengaruhi oleh kualifikasi pendidikan dan pengalaman mengajar. Tujuan penelitian ini yaitu: (a) mengetahui pengaruh kualifikasi pendidikan dan lama mengajar terhadap kemampuan guru matematika dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); dan (b) mengetahui kualitas pengetahuan guru matematika dalam merumuskan RPP. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kasus tunggal dan analisis ganda. Kasus yang diamati dalam penelitian ini yaitu kemampuan guru matematika dalam menyusun RPP ditinjau dari kualifikasi pendidikan dan lama mengajar, serta pengetahuan matematika guru dalam menyusun RPP. Subjek penelitian sebanyak 69 guru matematika di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Kualifikasi pendidikan dibagi kedalam tiga kriteria, yaitu: Sarjana Pendidikan Matematika, Sarjana non-Pendidikan Matematika, dan Sarjana non-Pendidikan. Selain kualifikasi pendidikan, ditinjau juga dari lama mengajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berbentuk penyusunan RPP oleh SP pada KD 3.3 dan 4.3 pada materi SPLDV, sedangkan instrumen non tes berbentuk wawancara dan observasi. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah kemampuan menyusun RPP tidak dipengaruhi oleh lama mengajar, namun sangat dipengaruhi oleh kualifikasi pendidikan, dan kualifikasi pendidikan memberikan dampak secara signifikan tehadap pengetahuan guru matematika.Kata kunci:  Aktivitas matematis, antisipasi pedagogis-didaktis, pengetahuan konten matematika, pengetahuan pedagogis, RP

    PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING AND COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK-PAIR-SHARE DITINJAU DARI GAYA BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS 2 SD ABC [THE EFFECT OF THE THINK-PAIR-SHARE TYPE OF PROBLEM-BASED LEARNING AND COOPERATIVE LEARNING MODEL ON THE CRITICAL THINKING SKILLS OF SECOND GRADE STUDENTS OF ABC SCHOOL]

    No full text
    Critical thinking ability needs to be developed from an early age, so it is very important to find an effective learning model to foster critical thinking skills. The learning model being tested is the Problem-Based Learning and the Cooperative Learning Model Think-Pair-Share (TPS) Type. This study aims to see the effect of the learning model reviewed from learning style on critical thinking skills. This research was conducted in SD ABC with a population of 153 students in grade II. This research method is quantitative research using quasi-experimental. Data analysis was tested using normality and homogeneity tests. Hypothesis testing using two-way ANOVA and Tukey's test. The conclusion obtained is that there are differences in the results of critical thinking skills between students who received learning with Problem-Based Learning and Cooperative Learning Model TPS Type with a significance level of 0.017, there is no difference in students' critical thinking skills with auditory learning styles between those who received learning with Problem-Based Learning and Cooperative Learning Model TPS Type with a significance value of 0.211, and there is no difference in students' critical thinking skills with kinesthetic learning styles between those who received learning with Problem-Based Learning and Cooperative Learning Model TPS Type with a significance value of 0.421.Bahasa Indonesia Abstrak: Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan sejak dini, maka sangat penting untuk menemukan model pembelajaran yang efektif memupuk kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran yang diujicobakan adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe ThinkPair-Share (TPS). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran ditinjau dari gaya belajar terhadap kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini dilakukan di SD ABC dengan jumlah populasi 153 siswa di kelas II SD. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuasi eksperimen. Analisis data diuji menggunakan uji normalitas dan homogenitas. Pengujian hipotesis menggunakan ANAVA dua jalur serta uji Tukey. Kesimpulan yang didapatkan adalah adanya perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dengan taraf signifikansi 0,017, tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan gaya belajar auditori antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe ThinkPair-Share dengan nilai signifikansi 0,211, dan tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan gaya belajar kinestetik antara yang mendapatkan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan nilai signifikansi 0,421

    Problem-Based Learning to Enhance Mathematical Argumentation Ability of College Students

    No full text
    Abstract This study aim to find out mathematical argumentation ability enhancement of mathematics education students who take Calculus 1 lesson. The design of this study is quasi experimental, with pretest and posttest control group. Sample selection in this study uses purposive sampling, two classes as experimental class and two classes as control class. Experimental class are taught by using problem-based learning (PBL), and control class are taught by conventional learning (CL). Samples involves 141 students. Instruments which is used is mathematical argumentation ability test. Before implementation of the research, students was given test of prior mathematical knowledge (PMK). Data analysis uses t-test, and one way and two ways ANOVA. Based on data analysis result, it is concluded that there are significant differences on students' mathematical argumentation ability between PMK group (high, mediocre, and low) with PBL approach. The difference of enhancement occur in high PMK group and mediocre PMK group. Significantly, the enhancement of students' mathematical argumentation ability based on PMK group with PBL approach is better compared to students' mathematical argumentation ability which uses CL approach. There is significant enhancement difference of student's mathematical argumentation ability in each PMK group with PBL and CL approach. Concurrently, the two factors of PMK group and learning approach give significant impact towards the enhancement of students' mathematical argumentation ability
    corecore