101 research outputs found
HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA UNIT SPINNING IV DEPARTEMEN TWO FOR ONE (TFO) DI INDUSTRI TEXTILE DI SEMARANG
Kebisingan adalah suara yang tidak di inginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu. Tingkat kebisingan yang berlebihan memberikan dampak negatif pada tenaga kerja.Kelelahankerjamerupakanfenomena yang seringdialamiolehtenagakerjasepertipenurunankondisifisikdanpenurunan stamina. Pada industri textile ini dilakukan pengukuran 21 titik pengukuran kebisingan dengan hasil rata-rata dari 3 bagian kerja yaitu 72,75 dB(A), 87,17 dB(A) dan 97 dB(A) dari kedua area kerja kebisingan melebihi Nilai Ambang Batas.Jika suatu perusahaan Intensitas kebisingannya melebihi nilai ambang batas menyebabkan banyak pekerja yang mengalami kelelahan.Tujuan dari Penelitian ini adaalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan tingkat kelelahan pada pekerja unit spinning IV departemen two for one pada Industri textile di Semarang. Jenis dan rancangan penelitian menggunakan explanatory research dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 47 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan teknik purposive sampling sehingga dalam penelitian ini diperoleh sampel sejumlah 32 orang tenaga kerja bagian produksi unit spinning IV departemen two for one. Teknik pengambilan data dilakukan dengan pengukuran intensitas kebisingan menggunakan Sound Level Meter. Didapatkan hasil tingkat kelelahan pekerja paling banyak yaitu 11 pekerja mengalami kelelahan kerja ringan.Berdasarkan uji Rank Spearman didapatkan hasil hubungan antara intensitas kebisingan dengan tingkat kelelahan dan hubungan keduanya sangat signifikan r=0,580, p=0,001
Kata Kunci: Kebisingan, kelelahan Kerj
DRE’S TRANSNATIONAL HEROIC JOURNEY IN HARALD ZWART’S THE KARATE KID MOVIE
Hero's journey exists in every story. According to Vogler, every character could be a hero in their own journey. Thus, this study is to analyze the Hero's journey in The Karate Kid movie. Instead of using Campbell's, this study uses Vogler's stages to reveal the heroic representation of Dre -the main character from the movie. The study also employs a critical approach on Dre's cross-cultural experience by using Hofstede's cultural values dimension theory to identify the discrepancy between his native and Chinese (his new) culture. The result of this study contains twelve stages of Hero's Journey proposed by Vogler as well as Dre's challenge on his personal growth. Moreover, cultural values dimension took major part on supporting his journey to achieve his goals.
Keywords: cross culture, hero's journey, The Karate Kid movi
Decision Support System For Developing Application For Pharmaceutical Supplies Using The MMSL And Pareto Law Methods
This study discusses the design and manufacture of a decision support system for pharmaceutical supply needs using the MMSL and Pareto Law methods. The development of this decision support system aims to assist the planning process for pharmaceutical supply needs including: drugs and consumables, as well as to reduce the cost of pharmaceutical supplies. Problem analysis is done by observing and conducting feasibility studies of ongoing information systems, and analyzing problem findings. The data used for the main support of this decision support system is dummy data. The decision support system is made using the PHP and MySQL programming languages as the database and will be implemented based on a web base. The results of this study produce a web-based decision support system that can support the management of pharmaceutical supplies and provide accurate and effective reports
Penerapan Standarisasi Fasade Pada Unit Kerja BRI di Kantor Cabang Sewilayah Semarang Terhadap Citra dan Persepsi
Bank merupakan salah satu wadah yang dimiliki pemerintah dalam melaksanakan fungsi kebijakan moneter. Bank sebagai institusi yang bertujuan untuk memperoleh laba, dimana dalam hal ini bank tidak akan lepas darifungsinya dalam mencari laba yang tinggi dan untuk memberi keuntungan maksimal bagi pemegang saham. Dalam perancangan sebuah bangunan bank khususnya bentuk dan fasade perlu di rencanakan sebaik mungkin. Sehingga karakteristik yang muncul dari desain bentuk dan fasade sebuah bangunan bank akan membentuk suatu citra dari bangunan itu sendiri. Tampilan yang baik dan
memiliki estetika dapat memberi persepsi yang berbeda pada setiap orang yang memandang. Oleh karena itu estetika pada sebuah bangunan bernilai subjektif.
Maka dalam pengolahan bentuk massa dan fasade dianggap utama dalam sebuah proses perancangan untuk menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai lebih yang dapat mencerminkan karakteristik dari sebuah bangunan khusus pada bangunan bank, yang mana harus memberikan pencitraan/tampilan bank.
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero). tbk memliki banyak unit kerja di seluruh Indonesia baik di kota besar sampai dengan di pedesaan. Fasade bangunan Bank BRI memiliki unsur yang tidak dimiliki oleh bank pesaing lainnya dan tidak
dapat dihilangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1.
Mendeskripsikan dan menganalisa kesesuaian hubungan citra dan persepsi pengunjung terhadap fasade Bank BRI. Penelitian ini dilakukan di Uker BRI yang berada di wilayah Semarang, jenis penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan Kualitatif.Hasil penelitian menunjukan adanya kesesuaian antara yang dikeluarkan BRI dengan apa yang ditangkap oleh nasabah maupun calon nasabah. Dengan tujuan yang harapkan BRI adalah one single image dan untuk memperkuat corporate image
Kata Kunci : Fasade, Persepsi dan Citr
KORELASI ANTARA KADAR IFN- SERUM DENGAN SKOR PASI PADA PSORIASIS
Latar Belakang : Kaitan antara kadar interferon-gamma ( IFN-g ) serum dan tingkat keparahan psoriasis masih kontroversial. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai korelasi antara kadar IFN-g serum dan derajat keparahan psoriasis yang diukur dengan skor psoriasis area severity index (PASI).Metode :  Penelitian observasional analitik, dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi, Semarang.Hasil :  Total sampel adalah 30 pasien psoriasis vulgaris, usia termuda 23 tahun, tertua 67 tahun. Sebanyak 17 sampel berjenis kelamin laki – laki dan 13 wanita. Dari penelitian didapatkan skor de psoriasis area severity index (PASI) dengan rentang 6,7 – 51 yang terbagi menjadi 3 kategori yaitu ringan (skor PASI 12) 22 pasien. Nilai rerata skor PASI adalah 20,96  11,56 dengan nilai tengah 15,7. Interferon-gamma  (IFN-g ) mempunyai rentang dari 0,98-44,27, rerata 8,678,06 dan nilai tengah 8,05. Lama sakit bervariasi dari setengah sampai 11 tahun, dengan rerata 5,35  2,75 dan nilai tengah 5,0. Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara skor PASI dan kadar IFN-gamma (p<0,001, r0869), sedangkan lama sakit tidak ber korelasi baik dengan skor PASI ataupun dengan kadar serum IFN-g (masing – masing dengan p.Kesimpulan : Penderita psoriasis ditemukan peningkatan kadar IFN-g serum yang berkorelasi positif dengan derajat keparahan psoriasis yang dihitung dengan skor PASI. Kata Kunci :  Psoriasis, interferon-gamma, IFN-g, skor PAS
Welfare of marine mammals in captivity. Problems and Improvement Strategies
PòsterVeterinà ri
The Correlation between Neutrophil Lymphocyte Ratio, C-reactive Protein, and Serum Amyloid a with the Degree of Stenosis in Acute Coronary Syndrome
BACKGROUND: Inflammation plays a central role in the pathophysiology of acute coronary syndrome (ACS), involving neutrophils as non-specific markers of inflammation and lymphocytes as regulatory markers, measured in the form of neutrophil lymphocyte ratio (NLR). C-reactive protein (CRP) plays a role in the blockage of heart arteries and serum amyloid A (SAA) plays a role in the pathophysiology of coronary stenosis.
AIM: The study aimed to determine the correlation between NLR, CRP, and SAA levels with the degree of coronary artery stenosis in ACS.
METHOD: The design of this study was cross-sectional. The target population in this study was patients with ACS in Dr. Kariadi Hospital Semarang. We performed an NLR measurement with a hematologic analyzer, CRP, and SAA levels using the ELISA method, and coronary angiography using the Gensini score. Furthermore, we also performed the Spearman correlation test between variables.
RESULTS: The median (min; max) values of NLR, CRP, SAA levels, and Gensini score were 4.39 ± 0.48 (0.36; 18.17); 8.63 ± 2.22 (5; 105.11) mg/dL; 36.859 (3.909–69.724); 65 (6–178), respectively. The correlation between NLR, CRP, and SAA levels with the Gensini scores was r = 0.064, p = 0.595; r = 0.240, p = 0.044; r = −0,164, p = 0.171, respectively.
CONCLUSION: CRP measurement could be used as a marker of inflammation in ACS to manage the inflammation process. Furthermore, SAA levels were clinically useful biomolecular parameters in evaluating acute inflammation in ACS, although it did not correlate with the Gensini scores
EFEK PEMBERIAN NIKOTIN INHALASI PADA PERUBAHAN MOTILITAS DAN MORFOLOGI SPERMA TIKUS STRAIN WISTAR (Penelitian Laboratoris Eksperimental)
Latar Belakang :Merokok diketahui memiliki efek yang merugikan pada sperma. Efek ini
diduga berasal dari nikotin yang merupakan komponen farmakologis utamanya. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis pengaruh paparan nikotin per inhalasi terhadap perbedaan
persentase motilitas sperma dan persentase morfologi sperma normal pada tikus wistar jantan.
Materi dan Metode :Tiga puluh tikus jantan digunakan untuk penelitian ini. Mereka secara acak
dibagi menjadi 5 kelompok dan diberikan perlakuan berupa inhalasi nikotin 0,5 mg / kgBB, 1 mg
/ kgBB, 2 mg / kgBB dan 4 mg / kgBB selama 30 hari sementara kelompok tikus kontrol tidak
diberikan perlakuan. Pada akhir percobaan, analisis sperma dilakukan untuk mengukur
persentase sperma motil dan persentase sperma dengan morfologi normal.
Hasil :Persentase sperma motil menurun secara signifikan (P <0,05) pada semua kelompok
perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbandingan antara kelompok perlakuan
bahwa persentase sperma motil menurun secara signifikan dalam 0,5 mg / kgBB vs 2 mg / kgBB,
0,5 mg / kgBB vs 4 mg / kgBB, dan 1 mg / kgBB vs 4 mg / kgBB. Persentase morfologi sperma
normal menurun secara signifikan (P <0,05) dalam 1 mg / kgBB, 2 mg / kgBB, dan 4 mg / kgBB
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbandingan antara kelompok perlakuan
mengungkapkan bahwa tidak ada penurunan yang signifikan antar kelompok perlakuan.
Kesimpulan :Penelitian ini menyimpulkan bahwa paparan nikotin per inhalasi dapat
memperburuk persentase sperma motil dan persentase morfologi sperma normal tikus wistar jantan
- …