8 research outputs found

    EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA BEURADEN KECAMATAN PEKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR

    Get PDF
    Endang Priatna Efisiensi Penggunaan Faktor - Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Di Desa Beuradeun Kecamatan Pekan Bada Kabupaten Aceh Besar di bawah bimbingan Ibu Agustina Arida., SP. M.Si sebagai pembimbing utama dan lbu Zakiah, S.P, M.Si sebagai pembimbing anggota.Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil produksi padi sawah dan apakah penggunaan faktor luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja pada usahatani padi sawah di Desa Beuradeun Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar tersebut telah efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi seperti luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja pada usahatani padi sawah.Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey. Metode pengambilan sampel dan pengumpulan data dilakukan secara (Stratified Random Sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara langsung dan melalui pengisian angket/kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Dalam analisis data digunakan model analisis Cobb Douglas.Secara serempak luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh sangat nyata terhadap penggunaan faktor produksi pada usahatani padi sawah. Namun secara parsial hanya faktor Luas lahan,dan penggunaan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah didaerah penelitian. Hasil analisis efisiensi menunjukan bahwa jumlah bibit dan pupuk tidak efisien sehingga perlu pengurangan, sedangkan untuk faktor luas lahan, pestisida dan umlah tenaga kerja belum efesien sehingga perlu penambahan.Dalam upaya meningkatkan produksi padi sawan di daerah penelitian, maka harus dilakukan berbagai upaya agar petani dapat dan mau mengatur kembali kombinasi dan penggunaan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Untuk meningkatkan keuntungan, maka petani perlu melakukan penambahan faktor produksi pada luas lahan, pestisida, dan tenaga kerja, sedangkan untuk jumlah bibit dan pupuk perlu pengurangan

    PENGAWASAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN TERORISME DI KOTA CIMAHI

    Get PDF
    In 2013, 2018, and 2019, there were arrests of terrorism in Cimahi City. Cimahi City is considered prone to become a hiding place. So this research seeks to study the supervision of the City Government of Cimahi in combating terrorism. The results showed that the City of Cimahi in combating terrorism, National Unity, and Politics in Cimahi City synergized with the police and also the people of Cimahi City. Through the Community Early Awareness Forum, Kesbangpol together with the police, provide education to the public regarding radikaslime and terrorism. Both the Kesbapol and the police have competent human resources in supervision. It's just beyond this that the shortcomings are related to the strengths of HR in the police. Planning of supervision in combating terrorism in Cimahi City is carried out by monitoring the tasks of each unit in the police. A special budget for handling terrorism does not yet exist. So, the conclusion is that the monitoring of countermeasures in the Cimahi City Government is carried out by inviting the public to look at the adjacent environment, and denies that what can be done can be directly reported to the Government or the police. Keywords: Monitoring, Terrorism, Local GovernmentPada tahun 2013, 2018, dan 2019 terjadi penangkapan terorisme di Kota Cimahi. Kota Cimahi dianggap rawan menjadi tempat persembunyian teroris. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengawasan Pemerintah Daerah Kota Cimahi dalam penanggulangan terorisme. Metode penelitian yang digunakan yaitu desktiptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah DaerahKota Cimahi dalam penanggulangan terorisme, melalui Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Cimahi bersinergi dengan pihak kepolisian dan juga masyarakat Kota Cimahi. Melalui Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat, Kesbangpol bersama dengan pihak kepolisian, memberi edukasi kepada masyarakat terkait radikaslime dan terorisme. Baik pihak Kesbapol dan kepolisian, telah memiliki SDM yang berkompeten dalam pengawasan. Hanya saja sejauh ini yang menjadi kekurangan adalah terkait kuantitas dari SDM di kepolisian. Perencanaan pengawasan dalam penanggulangan terorisme di Kota Cimahi dilakukan dengan pemetaan tugas kepada masing-masing unit yang ada di kepolisian. Anggaran khusus untuk penanganan terorisme belum ada. Jadi, kesimpulannya adalah pengawasan penanggulangan di Pemerintah Kota Cimahi dilakukan dengan cara mengajak masyarakat untuk melihat lingkungan sekitarnya, dan apabila ada hal yang mencurigakan bisa langsung melaporkan kepada Pemerintah atau pihak kepolisian. Kata Kunci: Pengawasan, Terorisme, Pemerintah Daerah &nbsp

    Cultural diversity and biodiversity as foundation of sustainable development

    Get PDF
    INTRODUCTION We know that there is only one earth, there are many different worlds. Different worldviews  do not only have significant political and socio-economic repercussions but  they  also  determine  the  way  in which people perceive and interact with nature, thus forming their specific culture. Natural ecosystems cannot be understood, conserved and managed without  recognizing  the human  culture  that  shape them, since biological and cultural diversities are mutually  reinforcing  and interdependent. Together, cultural diversity and biological diversity hold the key to ensuring resilience in both social and ecological systems (Erdelen, 2003). Through the environmental sciences and  cultural  activities,  in promoting awareness and understanding of the relationships between biological and cultural diversity as a key basis for sustainable development.Beside has  high  biological  diversity  Indonesia also possesses high cultural diversity. It doesn’t marvel that Indonesia is the world’s largest archipelago, containing more than seventeen thousand island extending in an east-west direction for five thousand two hundred kilometers across the Sunda and Sahul continent shelves. The archipelago exhibits rich biodiversity that is unequalled in Asia (McNelly et al.,1990). Indonesia’s territory cover 7.7 million square kilometer, of which approximately 5.8 million square kilometers (75.3 %) is comprised of marine and coastal waters. Indonesia is located between two of Earth’s biogeographic regions: Indo-Malaya and Oceania.   The  Indo-Malaya   region   to  the   west includes Sumatra,  Kalimantan,  Java,  and Bali, and the Oceanic region to the east includes Sulawesi, Moluccas,  the  eastern  Sunda  Islands,  and  West Papua.  The vegetation types to the east and the west of the Wallace line are  divided  by  a  biogeographical boundary that extends from north to south along the Sunda Shelf. The natural  vegetation  on the shelf it self  is comprised principally  of  the Malesian  type, dominated by the commercially important Dipterocarpaceae. Vegetation to the east has greater affinities with Oceanic Austro-Pacific zone and is dominated by mixed tropical hardwood species. Deciduous monsoon forest occurs in seasonally dry areas, particularly in the southern and eastern islands such as the Lesser Sunda and the southern part of Papua. The outer islands of Sumatra,  Kalimantan, Sulawesi, Moluccas, and Papua comprise approximately 10 % of the world’s tropical rainforest. Indonesia has more tropical  forest than  any  other single Africa or Asia country, and is second only to Brazil in terms of tropical forest area. This country characterized  by an enormously varied topography of shallow coastal water, swamp, lakes, alluvial plains, volcanoes, and High Mountain ranges. This country also presents at least forty-seven distinct natural and man-made ecosystems. These ecosystem types ranges from   the   ice   mountain   ecosystem   and   alpine grassland  on the high mountains in Papua (Puncak Jaya Wijaya, at an altitude of over five thousand metres0 to variations of tropical rainforest ecosystems–  from  lowland  to  mountain  landscape,  shallow swamp to deep lakes, from mangroves to algae communities and coral reefs – as well as an ocean ecosystem reaching as deep as eight thousand meters below sea level (MoF/FAO, 1991).Unfortunately, little respect has been given to the high diversity of the archipelago, resulting in disappearance of many of these cultures. Studies to  document and learn traditional  wisdom are needed urgently,  not least because traditional  knowledge is often compatible with sustainable development objectives,  as  discussed in  the  World Summit  on Sustainable  Development, in Rio  de Janeiro,  1992 and in Johannesburg in 2002.   Meanwhile the deforestation in Indonesia occurs at an alarming rate. Forest cover decreased from about 193.7 million hectares in 1950s (Hannibal, 1950) to 119.7 million hectares in 1985 and to 100 million hectares in 1997 (GOI/World   Bank,  2000)  and   only   98   million hectares remain (FWI/GWF, 2001).The local knowledge of environment management and indigenous custom, as part of indigenous culture, is the product of long interaction between man and their environment and also results of   their   ability   for   application   the   technique adaptation to their environment. High biological diversity   has  utilized  for  economic  reason,  even though this national asset has not yet been fully developed.Dynamic interaction between people and biodiversity in Indonesia let to the creation of many different cultures  and  thus languages  and  dialects. More than  four hundred Indonesian ethnic groups are dispersed in different regions. Indonesia boasts665 different languages and dialects, with Papua accounting for 250 of these, Moluccas 133, Sulawesi105, Kalimantan  77, Nusa Tenggara  (Lesser SundaIslands) 53, Sumatra  38, Java  and Bali 9 (Grimes,1988). Such ethnics have  specific knowledge about how to manage  their environment and biodiversity surrounding them. Every ethnic has a specific culture, knowledge  and  local  wisdom  and  technique adaptation to their various environments.Concerning the cultural richness in Indonesian, besides have  advantages  also constitute  weaknesses for biodiversity resource management. One of these advantages    is   that   we   have   various   referable traditional pattern and alternative selection of space management and we have material to design system admissible management by all societies and also government. Meanwhile its weakness is that each ethnic  has  specific  pattern  according   to environmental condition and cultural level. But along with time developing marks sense decentralization of policy in Indonesian, therefore local or region policy that  based on actual  condition area  and society is more  elegant  compared  with  uniformity management   which  hasn’t  obviously  fastened  byother    area    that    has    different    culture    and environmental condition

    Analisis Persepsi Guru Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persepsi guru tentang faktor-fakor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar siswa sekolah dasar se-Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan serta menghitung seberapa pengaruh dari faktor-faktor tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif-korelasional pada Sekolah Dasar se Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 30 orang guru dengan perincian 5 orang guru SDN 001 Gunungkijang, 5 orang guru SDN 002 Gunungkijang, 7 orang guru SDN 003 Gunungkijang, 5 orang guru SDN 006 Gunungkijang, 3 orang guru SDN 007 Gunungkijang, dan 5 orang guru SDN 008 Gunungkijang. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan angket berbentuk Rating Scale dan Skala Likert. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis faktor dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal dan faktor ekstemal baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa SD Se Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Secara parsial faktor internal dan faktor eksternal masing-masing berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa sebesar 32,36% dan 21,82%. Secara simultan faktor internal dan faktor ekstemal berpengaruh terhadap hasil belajar siswa sebesar 54,18%, sedangkan sisanya sebesar 45,82% ditentukan oleh faktor yang lain

    PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

    No full text
    Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen yang dilakukan kepada siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai sampel penelitian. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan model Treffinger, sementara kelas kontrol diberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan model konvensional. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol, serta untuk mengetahui apakah siswa memberikan sikap positif terhadap penerapan model Treffinger dalam pembelajaran matematika. Hasil yang diperoleh adalah bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol dan siswa memberikan sikap positif terhadap penerapan model Treffinger dalam pembelajaran matematika. Siswa memberikan sikap positif terhadap penerapan model Treffinger pada pembelajaran matematika.Kata kunci: kemampuan berpikir kreatif, model pembelajaran Treffinge

    Analisis Mikroplastik Pada Daging dan Saluran Cerna Sotong (Sepia spp.) dari Perairan Lamongan, Jawa Timur

    No full text
    Plastik merupakan limbah antropogenik yang tersebar luas dalam lingkungan perairan. Proses pelapukan limbah plastik secara mekanik, kimiawi dan biologis akan menghasilkan mikroplastik yaitu pecahan partikel plastik berukuran <5 mm. Mikroplastik dalam perairan laut diketahui telah merambah ke seluruh tingkatan tropik dalam rantai makanan dari produsen primer hingga predator puncak. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keberadaan mikroplastik dalam cephalopoda yaitu sotong yang merupakan hasil laut dengan konsumsi yang mulai populer di Indonesia. Penelitian mikroplastik dalam cephalopoda diketahui sangat terbatas dan studi ini merupakan studi pertama yang meninjau mikroplastik dalam cephalopoda di perairan Indonesia. Perairan yang ditinjau adalah perairan lepas pantai Lamongan, Jawa Timur yang merupakan bagian dari Laut Jawa. Perairan Lamongan merupakan perairan yang disinyalir mengalami pencemaran dari 2 muara sungai besar dan 2 pelabuhan perikanan aktif. Penelitian terdahulu telah mengonfirmasi pencemaran mikroplastik dalam lingkungan dan biota di perairan ini. Sampel diperoleh dari tangkapan nelayan secara acak sebanyak 35 ekor. Metode analisis mikroplastik dilakukan dengan mengekstraksi mikroplastik dari organ saluran cerna dan daging. Kedua organ tersebut dipisahkan melalui pembedahan dan dikeringkan pada suhu 60oC selama 24 jam. Destruksi dilakukan pada kedua organ dengan larutan H2O2 30% pada suhu 55-65oC. Hasil destruksi difiltrasi dengan pompa vakum dan kertas saring berukuran pori 0,45 μm. Identifikasi dan dokumentasi partikel mikroplastik dilakukan dengan mikroskop inverted. Analisis statistika dilakukan pada data menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab. Hasil analisis mengkonfirmasi adanya pencemaran mikroplastik dalam tubuh sotong dari perairan Lamongan, Jawa Timur terutama dalam saluran cerna dan daging. Jenis mikroplastik yang ditemukan meliputi bentuk fiber, fragmen dan butiran dengan warna meliputi putih, hitam, coklat dan tidak berwarna. Partikel berbentuk fiber dan warna putih mendominasi temuan mikroplastik. Terdapat 4 kelas ukuran partikel yang ditemukan dalam saluran cerna yaitu 0-50 μm, 50-100 μm, 100-200 μm dan >200 μm dan 1 kelas ukuran yang ditemukan dalam daging yaitu 0-50 μm. Kelas ukuran terkecil mendominasi temuan mikroplastik dalam saluran cerna dan daging sotong. Nilai rerata kelimpahan mikroplastik dalam saluran cerna adalah sebesar 2,91±2.1 butir/g dan niilai rerata kelimpahan dalam daging adalah sebesar 0,15±0 butir/g. Keberadaan mikroplastik dalam kedua organ yang dianalisis menunjukkan kemungkinan translokasi mikroplastik dalam tubuh sotong. Analisis korelasi antara nilai kelimpahan dengan panjang tubuh dan berat basah individu secara berturut-turut menghasilkan nilai korelasi yang tidak signifikan. Hal ini menunjukkan interaksi sotong dengan pencemar mikroplastik masih memerlukan pengamatan lebih lanju

    Penentuan Pola Frekuensi Jenis Perawatan Kecantikan Berbasis Web Menggunakan Algoritma Apriori (Studi Kasus: Peterson Salon Bekasi)

    No full text
    Currently, technology can affect services in any field, both in areas such as salon services and sales of clothing products. How to plan a marketing strategy using the web based on service transaction data and products that are most often chosen by customers. Therefore, an information system for determining frequency patterns is needed using the website-based Apriori Algorithm method. The results of research on salons based on the type of beauty treatment obtained for the type of treatment with a minimum confidence = 70%, the first confidence value is 63% if the customer chooses to wash (shampoo), the customer chooses scissors, the second the confidence value is 100%, if the customer chooses to blow then chooses also cut, and the third confidence value is 86% if the customer chooses creambath then the customer chooses to cut too. Meanwhile at the shop clothes determining the frequency pattern of types of clothes with a minimum value of confidence = 70% so that the results include if a customer buys a veil, the customer buys a robe with a confidence value of 71.43% and if a customer buys khimar then the customer will also buy a robe with a confidence value of 78, 57%. With these results salon and clothing store owners can determine marketing strategies by providing the right product and service recommendations to customers. Keywords: Apriori Algorithm, Beauty Care, Recommendations, Sales   Abstrak Saat ini teknologi dapat mempengaruhi pelayanan dalam bidang apapun seperti jasa salon maupun penjualan produk pakaian. Bagaimana merencanakan strategi pemasaran menggunakan web berdasarkan data transaksi layanan dan produk yang paling sering dipilih oleh pelanggan. Oleh karena itu dibutuhkan sistem informasi penentuan pola frekuensi menggunakan metode Algoritma Apriori berbasis website. Hasil penelitian pada salon berdasarkan jenis perawatan kecantikan diperoleh untuk jenis perawatan dengan minimum confidence=70% yang pertama nilai confidence sebesar 63% jika pelanggan memilih cuci (keramas) maka pelanggan memilih gunting, yang kedua nilai confidence sebesar 100% jika pelanggan memilih blow maka memilih digunting juga, dan yang ketiga nilai confidence 86% jika pelanggan memilih creambath maka pelanggan memilih digunting juga. Sedangkan pada toko pakaian penentuan pola frekuensi jenis baju dengan nilai minimum confidence= 70% sehingga mendapatkan hasil diantaranya jika pelanggan membeli kerudung maka pelanggan membeli gamis dengan nilai confidence sebesar 71,43%  dan  jika  pelanggan  membeli  khimar maka pelanggan juga akan membeli gamis dengan nilai confidence sebesar 78,57%. Dengan hasil tersebut pemilik salon dan toko pakaian dapat menentukan strategi pemasaran dengan memberikan rekomendasi jasa dan produk yang tepat kepada pelanggan. Kata kunci: Algoritma Apriori, Penjualan, Perawatan Kecantikan, RekomendasiPeterson Salon merupakan sebuah salon kecantikan yang terdapat banyak pilihan menu perawatan yang dapat dipilih oleh pelanggan, permasalahan yang terjadi dari pelaku usaha salon kecantikan adalah bagaimana strategi pemasaran yang efektif untuk menarik perhatian pelanggan. Salah satu strateginya yaitu dengan memanfaatkan data transaksi untuk mengetahui jenis perawatan yang sering dilakukan pelanggan secara bersamaan dalam satu transaksi, namun dengan data yang begitu besar sulit dilakukan oleh pemilik salon untuk menemukan pola-pola jenis perawatan yang dilakukan pelanggan tersebut. Data mining fungsi asosiasi merupakan metode yang tepat untuk memecahkan masalah keterkaitan antar suatu barang, dengan menggunakan algoritma apriori dapat ditemukan pola-pola jenis perawatan yang dilakukan pelanggan dalam satu transaksi. Penelitian ini akan menghasilkan sistem informasi yang dapat menganalisa data pelanggan dengan menggunakan algoritma apriori, dengan demikian pemilik salon dapat melakukan sebuah strategi pemasaran yang efektif kepada calon pelanggan dengan mengacu pada kombinasi perawatan yang sering dipilih oleh pelanggan dalam kurun waktu tertentu. Kata Kunci: Data Mining, Aturan Asosiasi, Algoritma Aprior
    corecore