6 research outputs found

    Pengaruh Suhu dan Jenis Perekat Terhadap Kualitas Biobriket dari Ampas Kopi dengan Metode Torefaksi

    Get PDF
    Penggunaan energi biomassa sebagai sumber energi alternatif terbarukan diupayakan untuk mengurangi emisi CO2. Ampas kopi merupakan limbah biomassa yang dihasilkan dari proses produksi yang digunakan sebagai raw material dalam pembuatan biobriket. Limbah biomassa mempunyai calorific value yang relatif tinggi jika diolah menjadi biobriket dengan perekat. Jenis perekat yang digunakan adalah tepung tapioka dan getah pinus dengan komposisi tepung tapioka yang digunakan 0%, 10% dan 20% sedangkan jumlah perekat getah pinus 0%, 10%, 20%, dan 40%. Dengan mengetahui pengaruh jenis dan jumlah perekat dalam pembuatan biobriket menggunakan metode torefaksi, diharapkan limbah ampas kopi dapat menjadi biomassa sebagai energi alternatif. Penelitian dilakukan pada suhu torefaksi yaitu 200 oC, 250 oC dan 300 oC. Suhu torefaksi yang optimal untuk pembuatan biobriket dari ampas kopi adalah 300 oC dengan perekat getah pinus 40% yang menghasilkan biobriket lebih padat dan tidak mudah hancur dengan nilai kalori sebesar 6124 kal/gr

    Simulation of Hydrogen Purification using Two Bed System Pressure Swing Adsorption

    Get PDF
    Hydrogen has various functions in chemical industries, as an agent of organic compounds synthesis, a reactant in hydrocracking, hydroalkelation, and hydrodesulfurization process in petrochemical industry, a reactant in hydrogenated fat process, a reductant agent in material industry, methanol production, silicon manufacture. Therefore, hydrogen purification is very important process for the industry processes. Pressure Swing Adsorption (PSA) is commonly used hydrogen purification process. Different utility used for hydrogen purification using PSA will change adsorbent’s capacity and pressure to separate the mixture of gas into desirable components. In this study, pressure is varied from 2 to 10 bar and adsorbents are used silica gel and activated carbon. Hydrogen purification using two beds system PSA is simulated using Aspen Adsorption software. Based on the simulation result, it can be concluded that the pressure that gives most steady system is at 7 bar, which produces 99,92 % hydrogen purity using activated carbon in bed 1 and silica gel in bed 2

    Pengaruh Tekanan Dan Adsorben Pada Sistem Pressure Swing Adsorption (Psa) Dalam Pemurnian Hidrogen

    Get PDF
    Hidrogen merupakan salah satu gas yang memiliki banyak fungsi seperti agen sintesis senyawa organik , reaktan dalam proses hydrocracking, hidroalkilasi, dan hidrodesulfurisasi dalam industri petrochemical, reaktan proses hidrogenasi lemak dalam industri food and beverages, agen reduktor dalam industri material, produksi metanol, pembuatan silikon dan masih banyak lagi. Oleh karena itu proses pemurnian hidrogen sangat penting. Pressure Swing Adsorption (PSA) merupakan cara yang paling sering digunakan dalam memurnikan hidrogen. Hasil kemurnian hidrogen dalam PSA dipengaruhi oleh jumlah bed, jenis adsorben yang digunakan serta tekanan operasinya. Pemurnian hidrogen dengan unit PSA dapat dipermudah menggunakan software Aspen Adsorption. Dalam penelitian ini disimulasikan dengan 2 dan 4 bed dengan jenis adsorben silica gel, karbon aktif, dan zeolite serta tekanan operasi yang divariasikan antara 2 hingga 34 bar. Hasil simulasi menunjukkan bahwa sistem PSA dengan 2 bed untuk adsorben karbon aktif/ silica gel pada tekanan 7 bar diperoleh kemurnian hidrogen tertinggi sebesar 99,92% sedangkan kemurnian hidrogen sebesar 99,99% menggunakan adsorben karbon aktif pada 4 bed PSA dengan tekanan operasi 4 bar. Penelitian ini menggunakan data industri seperti PT Pertamina Cilacap untuk memurnikan hidrogen yang menghasilkan 87,92% pada tekanan 8 bar dengan adsorben molecular sieve pada 2 bed PSA =============================================================================================== Hydrogen has various functions in chemical industries, as an agent of organic compounds synthesis, a reactant in hydrocracking, hydroalkelation, and hydrodesulfurization process in petrochemical industry, a reactant in hydrogenated fat process, a reductant agent in material industry, methanol production, silicon manufacture, and many more. Therefore, hydrogen purification is very important process for the industry processes. Pressure Swing Adsorption (PSA) is commonly used hydrogen purification process. It is developed into the multi-bed process with combination of different adsorbent in every column at a step pressure equalization. Purification of hydrogen by PSA can be simulated using Aspen Adsorption software. This study simulated 2 and 4 beds PSA process with various type of adsorbent, those are silica gel, activated carbon, and zeolite with variation of pressure from 2 to 34 bar. Simulation results showed that 2 beds PSA using combination of activated carbon and silica gel at 7 bar gave the highest purity of 99.92% hydrogen, while 4 beds PSA using activated carbon as an adsorbent gave highest purity of 99.99% hydrogen at 4 bar. This study used industry data such as hydrogen purification process from PT Pertamina Cilacap and the result gave purity of 87.92% hydrogen at 8 bar using molecular sieve adsorbent in 2 beds PS

    Effect of Burning Temperature on The Quality of Alternatife Bio-energy from Coffee Waste

    No full text
    ABSTRAK Sumber daya energi terbarukan alternatif, seperti biobriket dari biomassa atau limbah organik, dapat menjadi solusi untuk masalah ini. Limbah kopi merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses produksi, limbah biomassa ini berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan biobriket karena memiliki nilai kalor yang cukup tinggi. Briket arang bio adalah arang gumpalan atau batang yang dibuat dari limbah organik yang telah dicetak sedemikian rupa dengan kekuatan tekanan tertentu dan dicampur dengan bahan perekat seperti tepung tapioka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu pirolisis dalam produksi briket dari limbah kopi. Suhu pirolisis yang akan digunakan: 200oC, 250oC, 300oC, 400oC dan 500oC. Selain itu, briket akan terdeteksi kadar air, kadar abu, dan nilai kalor. Briket terbaik dari ampas kopi ditemukan pada suhu pembakaran 300oC tanpa perekat dengan nilai kalor 7549,42 kal/gram dan dapat menghasilkan daya listrik sebesar 292,49 W. Namun, briket ini menghasilkan kadar abu tak terduga sebesar 3,7% yang masih di bawah standar SNI 01-6235-2000. Kata kunci: Bahan Bakar Alternatif, Ampas Kopi, Briket, Pirolisis   ABSTRACT Alternative renewable energy resources, such as biobriquette from biomass or organic wastes, can be a solution for this problem. Coffee waste is a waste generated in the production process, this biomass waste is potential to be used as raw material for making biobriquette because it has a high enough calorific value. Bio charcoal briquettes are clots or rods charcoal that made from organic wastes which has been molded in such a way with a certain force of pressure and mixed with adhesive materials such as tapioca starch. The purpose of the study is to determine the effect of pyrolysis temperature in the production of briquettes from coffee waste. Based on several literature studies, the pyrolysis temperatures which are going to be used: 200oC, 250oC, 300oC,  400oC and 500oC. In addition, the briquette will be detected the water content, ash content, and caloric value. The best briquettes from coffee grounds are found at a combustion temperature of 300oC without adhesive with a heating value of 7549.42 cal/gram and can produce electrical power of 292,49 W. However, this briquette produces unexpected ash content of 3.7% which is still below to SNI 01-6235-2000 standards. Keywords: Alternative Energy, Biofuel, Briquettes, Coffee Waste, Pyrolysi

    Analisis Pengaruh Konsentrasi Asam dan Basa terhadap Recovery Tembaga (Cu) dari Limbah Elektronika

    Get PDF
    ABSTRAKPenangan limbah elektronika dengan cara recycle dapat menjadi sumber alternatif untuk mendapatkan material yang bernilai. Salah satu komponen utama dalam pembuatan peralatan elektronika adalah PCB. Printed Circuit Board (PCB) mengandung banyak material logam yang berharga seperti tembaga (Cu) sekitar 25% b/b. Dari segi ekonomi maupun kebutuhan pasar, material tembaga layak untuk di recovery. Salah satu cara recovery tembaga dari PCB limbah elektronika adalah dengan proses hidrometalurgi. Pada proses ini PCB direaksikan dengan larutan asam kuat seperti HNO3 sehingga membentuk Cu(NO3)2. Parameter yang digunakan adalah konsentrasi perolehan tembaga, sedangkan variabel yang berubah pada penelitian ini adalah konsentrasi HNO3, NaOH dan jenis PCB sebagai limbah elektronika. Konsentrasi tembaga yang dihasilkan dalam percobaan ini dicari menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectroscopy). Hasil yang didapatkan dihitung menggunakan Anova dengan software Minitab 17 untuk melihat pengaruh konsentrasi asam dan basa terhadap jenis PCB limbah elektronika. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan anova dengan Minitab 17 didapatkan pengaruh HNO3 7N pada waktu percobaan 60 menit lebih signifikan dalam mendaur-ulang tembaga dari PCB televisi.Kata Kunci: Limbah Elektronik, PCB, Tembaga, MinitabABSTRACTHandling of electronic waste by recycle can be an alternative source for obtaining valuable material. One of the main components in making electronic equipment is PCB. Printed Circuit Board (PCB) contains many valuable metal materials such as copper (Cu) around 25% b / b. In terms of economy and market needs, copper material is suitable for recovery. One method of copper recovery from PCB electronic waste is the hydrometallurgical process. In this process the PCB is reacted with a strong acid solution such as HNO3 to form Cu(NO3)2. The parameters used were the concentration of copper recovery, while the variable that changed in this study was the concentration of HNO3, NaOH and PCB type as electronic waste. The concentration of copper produced in this experiment was sought using the AAS method (Atomic Absorption Spectroscopy). The results obtained were calculated using Anova with Minitab 17 software to see the effect of acid and base concentrations on the type of electronic waste PCB. Based on the calculation results using Anova by Minitab 17, the influence of the HNO3 7N on the 60 minute was found to be more significant in recycling copper from a television PCB.Keywords: Electronic Waste, PCB, Copper, Minita

    Analisis Pengaruh Waktu Aktivasi dan Adsorpsi dalam Pemanfaatan Karbon Aktif dari Serutan Kayu menjadi Adsorben Limbah Cair

    Get PDF
    ABSTRAKIndustri pemanfaatan kayu cukup sering ditemukan di Indonesia, namun limbah yang dihasilkan tidak diolah dan hanya dibuang ke lingkungan. Limbah serutan kayu yang mengandung rantai karbon dapat dimanfaatkan menjadi karbon aktif. Pengaruh kualitas karbon aktif dari serutan kayu ini diuji berdasarkan waktu aktivasi dan daya adsorpsi limbah cair. Karbon aktif dibuat melalui pirolisis hingga mencapai suhu 5000C dengan ukuran 100-150 mesh dan diaktivasi dengan H3PO4 10% selama 6 jam, 12 jam, dan 18 jam. Karbon aktif yang dihasilkan digunakan sebagai adsorben dan diujikan pada limbah cair zat warna tekstil Sumikaron Yellow Brown S-2RL. Adsorpsi dilakukan dengan variasi waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Selanjutnya larutan zat warna yang telah dijerap oleh karbon aktif dianalisa menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 480nm. Berdasarkan absorbansi atau konsentrasi (%) pengurangan warna yang dihitung menggunakan anova dengan software Minitab 17, pengaruh yang lebih signifikan dalam pemanfaatan karbon aktif dari serutan kayu yaitu pada waktu aktivasi 12 jam dan waktu adsorpsi 3 jam. Karbon aktif dari limbah serutan kayu mampu mengurangi limbah cair zat warna sebesar 98,2519%. Hasil uji pendahuluan dengan menghitung bilangan iod dari adsorben karbon aktif yang telah diaktivasi selama 12 jam menjadi kondisi terbaik dengan menjerap iod sebanyak 144,8961 mg/g.Kata Kunci: limbah cair, karbon aktif, serutan kayu, MinitabABSTRACTThe wood utilization industry is quite often found in Indonesia, but the waste produced is not processed and is only disposed of into the environment. Wood shavings containing carbon chains can be used as activated carbon. The effect of the quality of activated carbon from wood shavings was tested based on the activation time and adsorption liquid waste’s capacity. Activated carbon is made through pyrolysis to reach a temperature of 5000C with a size of 100-150 mesh and activated with 10% H3PO4 for 6 hours, 12 hours, and 18 hours. The activated carbon produced was used as an adsorbent and tested on the liquid waste of textile dye Sumikaron Yellow Brown S-2RL. Adsorption is carried out with variations of 1 hour, 2 hours and 3 hours. Furthermore, the dye solution that has been absorbed by activated carbon is analyzed using a spectrophotometer with a wavelength of 480nm. Based on the absorbance or concentration (%) of color reduction calculated using anova with Minitab 17 software, a more significant effect on the utilization of activated carbon from wood shavings is the activation time of 12 hours and the adsorption time of 3 hours. Activated carbon from wood shavings waste is able to reduce dye wastewater by 98.2519%. The results of the preliminary test by calculating iodine number from the adsorbent of activated carbon which has been activated for 12 hours are the best conditions by absorbing iodine is 144.8961 mg/g.Keywords: liquid waste, activated carbon, wood shavings, Minita
    corecore