942 research outputs found
Hegemony and Regionalism: Brazil’s Subordination of Argentina through the Formation of Mercosur
Rivalitas strategis antara Brazil dan Argentina di masa Perang Dingin membuat kawasan Amerika Latin relatif tidak kohesif dan tidak terintegrasi. Ketidakbersatuan ini dimanfaatkan oleh Amerika Serikat (AS) dalam rangka mengimplementasikan doktrin Monroe-nya di mana AS perlu fokus atas situasi di Amerika Latin. Sehingga AS pada masa itu dapat membangun hegemoninya di kawasan tersebut misalnya dengan adanya otoritas moral AS atas junta-junta militer di Brazil, Argentina, dan Bolivia. Namun demikian, pasca Perang Dingin AS disibukkan dengan situasi di Timur-Tengah dan Indo-Pasifik, oleh sebab itu prioritasnya terhadap Amerika Latin relatif berkurang. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Brazil dalam rangka mengaktualisasikan keinginannya menjadi kekuatan regional di kawasan tersebut melalui pendirian Mercosur dan memarginalkan kekuatan regional berpotensi lainnya seperti Meksiko dari sebuah kawasan baru yang bernama Amerika Selatan. Penelitian ini berpendapat bahwa tujuan Brazil dibalik pendirian Mercosur adalah tidak hanya untuk kepentingan ekonomi tetapi juga guna menenangkan Argentina dan memasukkan Argentina ke dalam hegemoninya. Dengan menggunakan metode kualitatif, tulisan ini menganalisis upaya-upaya Brazil melalui perspektif sub-sistem regional di mana harus terdapat sebuah pemimpin kawasan dalam proses membangun suatu kawasan baru
COMPARING MENTAL LEXICON BETWEEN L1 AND L2 ON INTERMEDIATE EFL LEARNERS OF FOURTH SEMESTER STUDENTS AT STUDY PROGRAM OF ENGLISH, UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Psycholinguistics show that words are stored in the mental lexicon. In exploring the mental lexicon, WAT (Word Association Test) has been used by psycholinguists. The principle of WAT is that stimulus words are presented to the subjects and then the subjects are asked to respond with the first word that appears in mind. There are three problems to be solved in this research, namely: (1) What types of word association are produced by intermediate EFL learners at Study Program of English; (2) What pattern emerges from the responses in L1 and L2 produced by those intermediate EFL learners; (3) What are the reasons of those intermediate EFL learners in choosing the responses. In this research, the researcher investigates the mental lexicon in intermediate EFL learners of fourth semester students at Study Program of English in Universitas Brawijaya. This research is expected to describe the comparison of mental lexicon between L1 and L2. Furthermore, It is expected to trigger the exploration of mental lexicon in Bahasa Indonesia. This research is classified as qualitative research. The type of qualitative research employed in this research is case study. The data were collected from 26 EFL learners from Study Program of English, Universitas Brawijaya. All subjects were asked to take a word association test which consists of eight stimulus words in Indonesia and eight stimulus words in English. Keywords: mental lexicon, first language, second language, word association test
Community Empowerment Dynamics of Masjid-Based Bayt al-Mal: A Phenomenology Approach
Historically, masjids were the center of government, education, and economy. Nowadays there is an impression that Muslims are only busy to build the physical masjid and are not familiar with reality because Muslims tend to prioritize ceremonial rituals and underestimate the social functions of masjids. This study aims to assess the above assumptions and provide an overview of analytical reviews in capturing the phenomena of the management of masjid-based bayt al-mal. Thus, it can be well recognized the sides of excellence and weaknesses that may exist. This research uses qualitative methods with a phenomenological approach. The research found that there are four phenomena of management of masjid-based bayt al-mal in the Special Province of Yogyakarta namely providing people with social funds through bayt al-mal, empowering people through bayt al-mal, empowering communities not through bayt al-mal. This research emphasizes the evolving roles of masjids, extending beyond mere places of worship. The effectiveness of these multifaceted roles hinges on strong financial management, active fundraising, and transparent utilization of bayt al-mal funds. Training and professional management are also crucial for optimizing resources and building community trust. Masjids can serve as centers of community empowerment and positive social change when embracing their broader roles and responsibilities.
Â
Secara historis, masjid adalah pusat pemerintahan, pendidikan, dan perekonomian. Saat ini ada kesan umat Islam hanya sibuk membangun fisik masjid dan tidak paham dengan kenyataan karena umat Islam cenderung mengutamakan ritual seremonial dan meremehkan fungsi sosial masjid. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji asumsi-asumsi di atas dan memberikan gambaran tinjauan analitis dalam menangkap fenomena pengelolaan masjid berbasis bayt al-mal. Dengan demikian, dapat diketahui dengan baik sisi keunggulan dan kelemahan yang mungkin ada. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat empat fenomena pengelolaan bayt al-mal berbasis masjid di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu pemberian dana sosial kepada masyarakat melalui bayt al-mal, pemberdayaan masyarakat melalui bayt al-mal, pemberdayaan masyarakat tidak melalui bayt al-mal, -mal. Penelitian ini menekankan perubahan peran masjid, tidak hanya sekedar tempat ibadah. Efektivitas peran multifaset ini bergantung pada pengelolaan keuangan yang kuat, penggalangan dana yang aktif, dan pemanfaatan dana bay al-mal yang transparan. Pelatihan dan manajemen profesional juga penting untuk mengoptimalkan sumber daya dan membangun kepercayaan masyarakat. Masjid dapat berfungsi sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial yang positif ketika menjalankan peran dan tanggung jawab mereka yang lebih luas
VIDEO STREAMING WITH GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK TECHNOLOGY
Perkembangan teknologi berpengaruh kepada kebutuhan user untuk mengakses data lebih
cepat, perlahan sistem dengan menggunakan Fiber Optic mulai menggeser posisi kabel tembaga
dalam transmisi data karena lebih cepat. Tren user saat ini adalah membutuhkan transmisi data
yang lebih cepat dan lebih besar, seperti Video Streaming. Penelitian ini bertujuan untuk membuat
system Video Streaming dengan infrastruktur GPON (Gigabit Passive Optical Network). Dalam
penelitian dilakukan konfigurasi Video Streaming dengan GPON kemudian juga dilakukan dengan
system Ethernet. Keduanya dibandingkan dengan parameter kecepatan dan frame rate untuk Video
Streaming. Hasil yang dapat diperoleh dari penelitian dengan menggunakan system GPON adalah
kestabilan untuk melakukan Streaming Video dibandingkan Ethernet
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DUKUNGAN PEKERJA TERHADAP PEMOGOKAN KERJA (Studi Pada Perusahaan-perusahaan di Wilayah Kota Surakarta)
Pemogokan kerja berlangsung karena adanya kesediaan pekerja/buruh
untuk mendukung pemogokan kerja. Faktor yang mendorong dukungan pekerja
terhadap pemogokan kerja antara lain : kepuasan kerja, komitmen terhadap serikat
pekerja, dukungan sosial, peluang biaya pemogokan, dan solidaritas. Hipotesis
yang dibuat adalah kepuasan kerja, komitmen terhadap serikat pekerja, dukungan
sosial, peluang biaya pemogokan, dan solidaritas berpengaruh signifikan terhadap
pemogokan kerja.
Populasi dari penelitian ini adalah pekerja/buruh pada tujuh perusahaan
yang pernah mengalami pemogokan kerja. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah teknok cluster sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
dengan dua tahap. Tahap pertama menentukan jumlah perusahaan yang akan
dijadikan sampel. Jumlah perusahaan yang terambil menjadi sampel sebanyak tiga
perusahaan. Tahap kedua menentukan jumlah pekerja/buruh yang akan dijadikan
sampel. Jumlah pekerja/buruh yang dijadikan sampel sebanyak 140 orang
pekerja/buruh.
Dengan menggunakan metode statistik regresi linear berganda diperoleh
persamaan sebagai berikut :
1 2 3 4 5 Y = −0,588X + 0,131X + 0,154X + 0.221X + 0,123X
Terlihat pada persamaan tersebut koefisien regresi variabel kepuasan kerja
bertanda negatif, yang artinya pengaruhnya berlawanan atau hubungan antara
kepuasan kerja dengan pemogokan kerja berbanding terbalik. Apabila kepuasan
kerja pekerja/buruh semakin turun maka pemogokan akan semakin naik.
sebaliknya, apabila kepuasan kerja semakin naik maka pemogokan kerja akan
semakin turun. Sementara itu, koefisien regresi variabel komitmen terhadap
serikat pekerja, dukungan sosial, peluang biaya pemogokan, dan solidaritas
bertanda positif, yang artinya apabila komitmen terhadap serikat pekerja,
dukungan sosial, peluang biaya pemogokan, dan solidaritas semakin naik maka
pemogokan kerja juga akan semakin naik. Dari kelima variabel bebas, yang
memiliki pengaruh paling besar adalah variabel kepuasan kerja. Hal ini
disebabkan selama ini pemogokan kerja terjadi lebih dikarenakan alasan normatif
yang meliputi perlindungan, pengupahan, dan kesejahteraan tenaga kerja.
Dari hasil perhitungan, R2 yang dihasikan sebesar 0,709 atau 70,9 %.
Dengan demikian variabel kepuasan kerja, komitmen terhadap serikat pekerja,
dukungan sosial, peluang biaya pemogokan, dan solidaritas mampu menjelaskan
variable pemogokan kerja sebesar 70,9 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variable lain
Tinjauan Karakteristik Bata Merah Dan Karakteristik Batako Dengan Campuran Biasa
Batako merupakan bata cetak yang terdiri dari campuran antara pasir, semen dan air. Bata merah merupakan suatu unsur bangunan yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan dibuat dari tanah yang dibakar dengan pemanasan cukup tinggi. Seiring perkembangan zaman, inovasi atau alternatf dalam pembuatan merupakan experimen dengan judul Tinjauan Karakteristik Bata merah Dan Karakteristik Batako Dengan Campuran Biasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kuat tekan, uji geser, uji gravitasi, serta perbandingan biaya antara bata merah dan batako. Penelitian ini menggunakan pengujian kuat tekan, uji geser dan uji gravitasi. Dalam penelitian ini mempergunakan benda uji berupa batako dan bata merah dengan ukuran 22,5 cm x 10,5 cm x 3,5 cm. Bahan-bahan yang digunakan adalah pasir dari Klaten, Semen merk Holcim, air di ambil dari desa Ngabeyan, Kartasura, Sukoharjo, yang menggunakan nilai fas 0,4 dan 0,5 pada perbandingan 1:6, 1:7, 1:8 dan 1:9. Tiap macam persentase batako dibuat 3 buah untuk masing-masing pengujian, sehingga total benda uji adalah 72 buah. Pengujian dilakukan pada umur 28 hari di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada pengujian kuat tekan pada perbandingan 1:6 dengan fas 0,4 diperoleh kuat tekan maksimum rata-rata sebesar 0,122 MPa dan pada fas 0,45 sebesar 0,118 MPa. Pada perbandingan 1:7 dengan fas 0,4 diperoleh kuat tekan maksimum rata-rata sebesar 0,104 MPa dan pada fas 0,45 sebesar 0,118 MPa. Pada perbandingan 1:8 dengan fas 0,4 diperoleh kuat tekan maksimum rata-rata sebesar 0,113 MPa dan pada fas 0,45 sebesar 0,118 MPa. Pada perbandingan 1:9 dengan fas 0,4 diperoleh kuat tekan maksimum rata-rata sebesar 0,104 MPa dan pada fas 0,45 sebesar 0,113 MPa. Pada uji tekan bata merah klaten diperoleh kuat tekan maksimum rata-rata sebesar 0,063 MPa dan bata merah sukoharjo sebesar 0,050 MPa.. Sedangkan pada uji geser menunjukan bahwa batako dalam kondisi utuh tetapi sedikit mengalami keausan. Pada uji geser bata merah klaten maupun sukoharjo semuanya mengalami keausan. Sedangkan untuk hasil pengujian gravitasi batako terbelah menjadi dua, retak dan pecah sedikit pada ujung. Pada uji grafitasi bata merah klaten maupun sukoharjo semuanya terbelah menjadi dua. Pada perbandingan biaya dapat disimpulkan bahwa untuk harga per biji bata merah di klaten adalah Rp 600,-/biji, untuk harga bata merah di sukoharjo adalah Rp 750,-/biji. Sedangkan untuk harga batako pada perbandingan 1:6 adalah Rp 1.700,-/biji, pada perbandingan 1:7 adalah Rp 1.669,-/biji, pada perbandingan 1:8 adalah Rp 1.645,-/biji, dan pada perbandingan 1:9 adalah Rp 1.626,-/bij
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AMUSEMENT PARK DI YOGYAKARTA
AMUSEMENT PARK DI YOGYAKART
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2015/2016
Aditya Surya Pratama. K8410004. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X-3 DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2015/2016. SKRIPSI. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2016.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Soiologi kelas X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2015/2016.Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdari dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi atas tindakan yangtelah dilakukan. Subjek penelitian adalah peserta didik kleas X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban yang berjumlah 36 peserta didik. Sumber data berasal dari guru dan peserta didik. Teknik utama dalam pengumpulan data menggunakan observasi dan tes, sementara teknik pendukung menggunakan wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Sosiologi di kelas X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai hasil belajar pada pra tindakan dengan nilai rata-rata 74.17 meningkat menjadi 77.94 pada siklus I dan 86.64 pada siklus II.Simpulan penelitian ini adalah penerapan Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2015/2016
- …