22 research outputs found

    LEVEL OF DISCIPLINE ADHERING TO HEALTH PROTOCOLS AND VACCINATION WILLINGNESS AS PART OF COVID 19 CONTROL EFFORTS IN INDONESIA

    Get PDF
    The COVID-19 pandemic, which has been set since March 2020 until now, has impacted various aspects of human life. Restricting community activities is the primary key to breaking the chain of transmission of Covid 19. Changes in human behavior patterns have also changed following current conditions towards adapting to new habits. This study aims to describe the level of community discipline in implementing health protocols and the public's willingness to vaccinate. The sampling method was taken randomly using a form opened within two weeks with the number of respondents filling out 241 respondents. The conclusion in this study was that the level of discipline of the respondents in applying the use of masks, washing hands using soap and air showed promising results and supported the discipline of implementing health protocols. The point that still needs attention is that measures to maintain distance, avoid use and reduce activities are still in the category that is lacking in implementation. While public perception of vaccines and availability for vaccines is also good, there are still a small number of people who doubt the vaccines and the methods used

    PENGGUNAAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN LEPTOSPIROSIS WARGA DUSUN POTROBAYAN SRIHARDONO PUNDONG BANTUL

    Get PDF
    Latar Belakang: Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan masyarakat. Salah satu penyebab penyakit adalah keberadaan tikus. Penyakit yang disebabkan oleh keberadaan tikus adalah leptopirosis. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah melalui promosi kesehatan. Salah satu cara promosi kesehatan adalah dengan melakukan penyuluhan menggunakan media video. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh penggunaan video sebagai media penyuluhan terhadap peningkatan perilaku pencegahan dan pengendalian leptospirosis warga Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul. Metode Penelitian: penelitian ini adalah quasi experiment dengan desain non-equivalent control group. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018. Subjek penelitian adalah warga Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul yang berumur 26-55 tahun, pekerjaan sebagai petani, buruh dan ibu rumah tangga, tingkat pendidikan SMP dan SMA. Untuk analisis analitik uji normalitas data menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil Penelitian: Nilai probabilitas (Sig.) = 0.000, sehingga 0.000 < 0.05, maka Ho ditolak. Kesimpulan: ada pengaruh hasil peningkatan perilaku pencegahan dan pengendalian leptospirosis. Kata Kunci: leptospirosis,penyuluhan,video,perilak

    Distribution of Motor Vehicle Volumes and Ambient Air Dust Levels in Hot Points of Yogyakarta City, Indonesia

    Get PDF
    Introduction: Yogyakarta City, Indonesia is a center for tourism, government, education, and the economy. In line with increasing mobility and transportation, this situation has a positive impact economically, but a negative impact in terms of air pollution due to vehicle emissions. Motorized vehicles contribute to air pollution reaching 66.34% of total pollution. PM2.5 is a critical parameter in the city of Yogyakarta. Methods: This research aims to determine the volume of motorized vehicle traffic and the distribution of dust levels in the ambient air of Yogyakarta City. Data collection used non-probability purposive sampling with the roadside method. Vehicle volume is mapped using hotspots and dust levels using interpolation. Results and Discussion: The average vehicle volume in the morning was 2,293.147 pcu/hour and in the afternoon it was 2,301.173 pcu/hour. The hotspot results showed that the volume of motorized vehicles in the morning category was very high at 2,921.600-5,655 pcu/hour and in the afternoon it was 3,678.800-4,558 pcu/hour. The average dust content in the morning is 0.10667 grams/m3 and in the afternoon it is 0.10240 grams/m3. The interpolation results showed that the distribution of dust levels in the very high category in the morning was 0.17000-0.20000 grams/m3 and in the afternoon it was 0.21000-0.26000 grams/m3. Conclusion: The highest average volume of vehicles occurs in the afternoon while the highest total dust content occurs in the morning

    PENGKAYAAN MATERI BAGI KADER JUMANTIK YANG TERGABUNG DALAM TANGGAP BOCAH [TABO] DI KECAMATAN SLEMAN

    Get PDF
    Di Indonesia demam berdarah merupakan penyakit menular yang belum bisa diberntas. Kasus demam berdarah di kecamatan sleman pada tahun 2015 mencapai 28 kasus. Diperlukan peran aktif masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Salah satu peran aktif dalam pencegahan DBD ini melalui edukasi anak-anak. Melalui kegiatan Tanggap Bocah (TABO) diharapkan mampu meberikan edukasi pencegahan penyakit DBD. Tujuan dari kegiatan ini adalah membentuk kader kesehatan cilik melalui TABO di Wilayah Kerja Puskesmas Sleman. Kegiatan ini menggunakan metode dengan diskusi, tanya jawab, dan  simulasi. Media pembelajaran ini menggunakan permainan anak dengan memasukan materi kesehatan lingkungan khususnya gerakan 3 M plus. Hasil kegiatan ini mampu mengajak dan meningkatkan kepedulian anak-anak terhadap program pengendalian DBD yaitu mampu melakukan pemantauan jentik di lingkungan rumah.Kegiatan ini dinilai sangat efektif sehingga memerlukan peningkatan pola pelatihan baik dari segi materi maupun komponen lainnya sehingga dapat terus sejalan mengikuti perkembangan informasi

    PELATIHAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) STUNTING DI KALURAHAN ARGODADI KAPANEWON SEDAYU KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

    Get PDF
    Community-Based Total Sanitation is an approach and paradigm of sanitation development in Indonesia that emphasizes maximizing community empowerment through triggering to increase behavior change, especially behavior change in terms of sanitation. In addition to nutritional conditions, poor environmental factors related to drinking water and sanitation can also increase the risk of stunting. There is a very close relationship between poverty, access to drinking water, and sanitation and the incidence of stunting. One of the efforts to integrate the acceleration of nutrition improvement through stunting prevention, since 2017 various pieces of training involving nutrition and environmental health officers have begun to be provided. The addition of an output indicator of 3 stunting pillars so that currently there are 8 STBM-Stunting pillars. The material was delivered using the principles of adult learning, followed by simulation and practice of triggering the STBM pillar. Participants were health cadres and the stunting prevention team of Argodadi Village. Through practical simulations in training, then health cadres are expected to be able to trigger STBM-stunting. In the final session as a follow-up plan, the cadres agreed on a commitment to conduct similar training in their respective hamlet area

    Thesis : Valuasi Ekonomi Sanitasi Permukiman Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Kota Yogyakarta

    No full text
    Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajad kesehatan manusia. Parameter dalam penilaian rumah sehat meliputi: komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku. Penyakit berbasis lingkungan adalah penyakit yang sering muncul bersamaan dengan kondisi fasilitas sanitasi yang kurang memadai. Metode valuasi ekonomi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Tujuan dari studi valuasi adalah untuk menentukan besarnya nilai Contingent Valuation Method (CVM). Metode CVM merupakan salah satu metode penilaian ekonomi secara langsung melalui pertanyaan kemauan membayar seseorang atau Willingness to Pay (WTP).Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kondisi sanitasi permukiman di Kota Yogyakarta, (2) Mengetahui kondisi ekonomi masyarakat di permukiman di Kota Yogyakarta, (3) Mengetahui hubungan kondisi sanitasi permukiman dan ekonomi terhadap kesehatan masyarakat di Kota YogyakartaJenis penelitian ini adalah observasinal dengan desain retrospektif. Sampel adalah 597 kepala keluarga di Kota Yogyakarta yang diambil dengan menggunakan teknik multi-stage random sampling. Data kondisi sanitasi rumah yang terdiri dari komponen rumah, sarana sanitasi, perilaku dan keberadaan vektor, diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Sementara, data lingkungan fisik rumah dikumpulkan dengan cara pengukuran, yaitu suhu dan kelembapan menggunakan thermohygrometer, pencahayaan menggunakan lux meter dan kebisingan menggunakan sound level meter. Adapun data valuasi ekonomi yang meliputi kemauan dan kemampuan membayar PDAM, pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair rumah tangga, diperoleh juga dengan menggunakan kuesioner.Hasil penelitian pada penilaian sanitasi rumah, prosentase rumah sehat terbesar 30,49% dan rumah kurang sehat 69,51%. Sementara itu, pada penilaian valuasi ekonomi: (1) WTP untuk PDAM pada kisaran biaya Rp.2.500-Rp.4.000/10 m3 sebanyak 70,19% sedangkan ATP sebesar Rp. 7.585/10m3/bulan. (2) WTP untuk retribusi sampah pada kisaran biaya Rp.2.000- Rp.4.000/bulan sebanyak 59,02% dengan ATP sebesar Rp. 13.594/bulan. (3) WTP untuk pengelolaan limbah cair kisaran biaya Rp.3.000/bulan sebanyak 80,08% dengan ATP sebesar Rp.2.870/bulan .(4) sebanyak 38,19% responden penelitian dengan kondisi rumah yang kurang sehat memiliki penghasilan kurang dari Rp.1.500.000,- per bulan. Adapun kejadian penyakit karena kondisi lingkungan yang kurang baik dalam kurun waktu tiga bulan terakhir dialami oleh 52,00% responden.Kesimpulan : (1) Kondisi sanitasi permukiman di Kota Yogyakarta termasuk kategori rendah. (2) Kondisi ekonomi masyarakat Kota Yogyakarta termasuk kategori rendah. (3) Kondisi sanitasi permukiman dan ekonomi masyarakat Kota Yogyakarta termasuk kategori rendah, sehingga faktor risiko terjadinya penyakit yang berbasis lingkungan masih tinggi.xv+163 hlm; 21x3

    Thesis : Valuasi Ekonomi Sanitasi Permukiman Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Kota Yogyakarta

    No full text
    Sanitasi adala

    PENGARUH PENCEMARAN UDARA TERHADAP TERJADINYA AIR BORNE DISEASE DAN GANGGUAN KESEHATAN LAINNYA

    No full text
    Environmental quality deterioration occurs globally, both in developed and developing countries. The concentration of greenhouse gases in the atmosphere has increased, with the occurrence of the process of climate change (climate change) and global warming, which impacts and effects can be felt in everyday life. The development development in various cities and regions still ignores sustainable development or sustainable development. The growth of an area vertically or horizontally has an impact on the occurrence of pollution to water, soil and air. Although naturally air can carry out self-purification, according to WHO, the current condition has reached an alarming stage, this is because nine out of 10 people in the world breathe polluted air in turn. Meanwhile, more than half of the world's population currently live in urban environments. This article is written to explore the extent of the impact of air pollution that is currently occurring with the incidence of air borne disease on a local, regional and global scale. The current decline in air quality is more predominantly caused by human activities in the form of transportation and increased industrial activities. Poor air quality is associated with an increase in the prevalence of clinical manifestations of asthma and allergies, especially in children, this is because the development of the respiratory organs in children has not yet been formed and is accustomed to breathing in excess amounts of air pollutants. He further stated that air pollution kills around seven million people every year. Efforts to monitor air environment conditions are a good step to provide an early warning system of actions that must be taken so as not to cause greater impacts and losses.Penurunan kualitas lingkungan terjadi secara global, baik pada negara maju maupun negara berkembang. Konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer mengalami kenaikan, dengan terjadinya proses perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming) yang mulai dapat dirasakan dampak dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan pembangunan di berbagai kota dan wilayah masih mengabaikan terhadap sustainable development atau pembangunan berkelanjutan. Pertumbuhan suatu wilayah secara vertikal maupun horizontal memberikan dampak terhadap terjadinya cemaran terhadap air, tanah dan udara. walaupun secara alami udara dapat melakukan self purification akan tetapi saat ini kondisinya menurut WHO sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan, hal ini dikarenakan sembilan dari 10 orang di dunia menghirup udara yang tercemar secara bergantian. Sementara itu lebih dari setengah populasi dunia saat ini hidup di lingkungan perkotaan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menggali sejauh mana dampak pencemaran udara yang terjadi saat ini dengan kejadian air borne disease baik dalam skala lokal, regional maupun global. Penurunan kualitas udara yang terjadi saat ini lebih dominan disebabkan oleh kegiatan manusia berupa transportasi dan peningkatan kegiatan industri. Kualitas udara yang buruk berhubungan dengan peningkatan prevalensi manifestasi klinis asma dan alergi terutama pada anak-anak, hal ini dikarenakan perkembangan organ pernafasan pada anak-anak belum terbentuk dan terbiasa menghirup polutan udara pada jumlah yang berlebih. Lebih lanjut disampaikan bahwa polusi udara membunuh sekitar tujuh juta orang setiap tahunnya. Upaya pemantauan kondisi lingkungan udara merupakan langkah yang baik untuk memberikan early warning system tindakan yang harus dilakukan agar tidak menimbulkan dampak dan kerugian yang lebih besa

    PENGARUH PENCEMARAN UDARA TERHADAP TERJADINYA AIR BORNE DISEASE DAN GANGGUAN KESEHATAN LAINNYA

    No full text
    Environmental quality deterioration occurs globally, both in developed and developing countries. The concentration of greenhouse gases in the atmosphere has increased, with the occurrence of the process of climate change (climate change) and global warming, which impacts and effects can be felt in everyday life. The development development in various cities and regions still ignores sustainable development or sustainable development. The growth of an area vertically or horizontally has an impact on the occurrence of pollution to water, soil and air. Although naturally air can carry out self-purification, according to WHO, the current condition has reached an alarming stage, this is because nine out of 10 people in the world breathe polluted air in turn. Meanwhile, more than half of the world's population currently live in urban environments. This article is written to explore the extent of the impact of air pollution that is currently occurring with the incidence of air borne disease on a local, regional and global scale. The current decline in air quality is more predominantly caused by human activities in the form of transportation and increased industrial activities. Poor air quality is associated with an increase in the prevalence of clinical manifestations of asthma and allergies, especially in children, this is because the development of the respiratory organs in children has not yet been formed and is accustomed to breathing in excess amounts of air pollutants. He further stated that air pollution kills around seven million people every year. Efforts to monitor air environment conditions are a good step to provide an early warning system of actions that must be taken so as not to cause greater impacts and losses.Penurunan kualitas lingkungan terjadi secara global, baik pada negara maju maupun negara berkembang. Konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer mengalami kenaikan, dengan terjadinya proses perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming) yang mulai dapat dirasakan dampak dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan pembangunan di berbagai kota dan wilayah masih mengabaikan terhadap sustainable development atau pembangunan berkelanjutan. Pertumbuhan suatu wilayah secara vertikal maupun horizontal memberikan dampak terhadap terjadinya cemaran terhadap air, tanah dan udara. walaupun secara alami udara dapat melakukan self purification akan tetapi saat ini kondisinya menurut WHO sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan, hal ini dikarenakan sembilan dari 10 orang di dunia menghirup udara yang tercemar secara bergantian. Sementara itu lebih dari setengah populasi dunia saat ini hidup di lingkungan perkotaan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menggali sejauh mana dampak pencemaran udara yang terjadi saat ini dengan kejadian air borne disease baik dalam skala lokal, regional maupun global. Penurunan kualitas udara yang terjadi saat ini lebih dominan disebabkan oleh kegiatan manusia berupa transportasi dan peningkatan kegiatan industri. Kualitas udara yang buruk berhubungan dengan peningkatan prevalensi manifestasi klinis asma dan alergi terutama pada anak-anak, hal ini dikarenakan perkembangan organ pernafasan pada anak-anak belum terbentuk dan terbiasa menghirup polutan udara pada jumlah yang berlebih. Lebih lanjut disampaikan bahwa polusi udara membunuh sekitar tujuh juta orang setiap tahunnya. Upaya pemantauan kondisi lingkungan udara merupakan langkah yang baik untuk memberikan early warning system tindakan yang harus dilakukan agar tidak menimbulkan dampak dan kerugian yang lebih besa
    corecore