9 research outputs found

    POLA PENYUKUKATAAN DALAM BAHASA SUMBAWA

    Get PDF
    Tulisan ini bermaksud menjelaskan pola penyukukataan dalam bahasa Sumbawa, baik konsonan maupun vokal. Untuk menjelaskan permasalahan tersebut telah dilakukan pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan kepustakaan. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan intralingual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam bahasa Sumbawa ditemukan empat pola penyukukataan. Pertama, pola morfem bersuku tunggal memiliki lima tipe, yaitu V, KV, KVK, KKV, dan KKVK. Kedua, pola morfem bersuku dua memiliki empat belas tipe, yaitu V-V, V-VK, V-KV, V-KVK, VK-KV, VK-KVK, KV-V, KV-VK, KV-KV, KVK-KV, KVK-KVK, KKV-KV, KKV-KVK, dan KKVK-KVK. Ketiga, pola morfem bersuku tiga memiliki sepuluh tipe adalah KV-V-V, KV-V-KV, KV-KV-KVK, KV-KV-KV, KV-KV-KVK, KV-KV-VK, KV-KVK-KVK, KVK-KV-V, KKV-KV-V, dan KVK-KKV-V. Keempat, pola morfem bersuku empat memiliki tiga tipe, yaitu KV-KV-KV-KV, KV-KV-KV-KVK, dan KVK-KV-KV-KVK. Dengan demikian, dalam bahasa Indonesia enam struktur suku kata, yaitu V, KV, VK, KVK, KKV, dan KKVK

    Aspektualitas Bahasa Sasak

    Get PDF
    Tulisan ini memaparkan tentang aspek leksikal bahasa Sasak dan perilaku sintaksisnya yang unik dan berbeda dengan bahasa lainnya. Tulisan ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan di delapan wilayah pengguna bahasa Sasak. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalamĀ  penelitianĀ  ini adalahĀ  teknik rekam, teknik simak catat, dan teknik kerja sama dengan informan, kemudian data dianalisis dengan metode distribusional danĀ  metode padan, yang direalisasikan dengan teknik perluasan, teknik pelesapan, teknik pembalikan urutan, dan teknikĀ  referensial. Dalam penelitian ini ditemukan 28 wujud aspek bahasa Sasak yang dikelompokkan menjadi 11 kategori. Setiap aspek leksikal bahasa Sasak tersebut memiliki berbagai keunikan dalam perilaku sintaksisnya. Biasanya, aspek leksikal bahasa berdistribusi dengan verba membentuk frase verbal namun aspek bahasa Sasak diikuti oleh enklitik, contoh dalam kalimat jekanku mangan ā€˜sedangku makanā€™ dalam bahasa Indonesia tidak berterima, namun dalam bahasa Sasak berterima. Inilah yang membuat aspek leksikal bahasa Sasak unik dan berbeda

    PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIS GURU-GURU BAHASA INDONESIA SMP KOTA MATARAM DENGAN POLA LESSON STUDY FOR LEARNING COMMUNITY (LSLC)

    Get PDF
    Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk membantu mengembangkan kompetensi pedagogis guru-guru Bahasa Indonesia dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 12 Mataram. Melalui pola Lesson study for learning community (LSLC) satuan pendidikan diharapkan dapat mengatasi kendala yang muncul di kelas dengan kerja kolaborasi antar guru, kepala sekolah, diknas, dan orang tua. Di samping itu, melalui LSLC ini dapat memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk dapat terpenuhi hak belajarnya dan merasa nyaman belajar bersama di sekolah. Berdasarkan hasil pendampingan terhadap para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa mereka telah menghasilkan rancangan Lesson Design atau rencana pembelajaran yang disusun secara bersama-sama (Plan). Salah seorang guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan lesson design tersebut (Do). Sementara guru yang lain melakukan observasi kepada teman guru yang sedang melaksanakan proses pembelajaran (See). Hasil observasi didiskusikan bersama untuk membahas tentang kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran (Refleksi). Di samping itu, hasil observasi itu dapat dijadikan sebagai bahan peningkatan proses pembelajaran selanjutnya. Langkah selanjutnya melakukan kegiatan redesain pembelajaran, yaitu dengan merancang kembali perencanaan pembelajaran dengan menyempurnakan atas kekurangan dari proses pembelajaran sebelumnya untuk diterapkan pada kegiatan siklus pembelajaran berikutnya. Dalam kegiatan pembelajaran melalui redesain dilakukan open class dengan mengundang guru-guru dari sekolah lain

    Klausa Pemerlengkapan Bahasa Sasak: Ke Arah Penyusunan Bahasa Sasak Standar

    Get PDF
    Artikel ini bertujuan untuk memaparkan hasil kajian tentang sistem klausa pemerlengkapan bahasa Sasak. Hasilnya diharapkan dapat dikembangkan ke arah penyusunan bahan ajar muatan lokal bahasa Sasak. Teori yang dipakai untuk mengkaji klausa pemerlengkapan ini adalah teori Linguistik Struktural yang dikemukakan para ahli seperti Harimurti Kridalaksana, 1982; Hans Lapoliwa, Crystal, 1991 dan lainnya. Data dikumpulkan dengan metode simak. Metode tersebut dilaksanakan dengan teknik SLC, SLBC dengan bantuan informan yang merupakan penutur asli bahasa Sasak. Selain itu, data diperoleh dari buku dan data introspeksi. Data dianalisis dengan metode padan dengan teknik ā€œbagi unsur langsungā€. Hasilnya adalah sebagai berikut: verba transitif klausa pemerlengkapan dalam bahasa Sasak berbentuk verba berafiks: 1) (N-D / Ƙ -D), 2) (N-D-ang, Ƙ-D-an), 3) (N-D-in, pe-D) 4), (N-D-in, pe-D, Ƙ-D), 5) (be-D-an); dan, verba (kata kerja) aus. Verba aktif dengan penanda afiks tersebut akan berubah menjadi verba pasif dengan afiks 1) te-D, 2) te-D-ang, 3) te-D-an, 4) te-D-in. Verba intransitif adalah verba yang tidak membolehkan kehadiran objek. Konstituen yang hadir sesudah verba ini merupakan pelengkap. Konstituen pelengkap ini tidak dapat menduduki fungsi subjek dan tidak dapat pula diubah menjadi konstruksi pasif. Verba intransitif dalam bahasa Sasak dimarkahi dengan afiks: 1) (N-D, Ƙ-D); 2) (be-D). Bentuk klausa pemerlengkapan dalam bahasa Sasak menggunakan konjungsi: kata agen, adeq-n, ade-n, kanjeq, mun, lamun, dan lainnya.

    PENYULUHAN STANDARDISASI SISTEM FONOLOGI BAHASA SUMBAWA

    Get PDF
    Tulisan ini bermaksud menjelaskan standardisasi aspek fonologi dalam bahasa Sumbawa yang mencakup, yaitu (1) sistem pengembangan ejaan dan (2) standardisasi aspek fonologi bahasa Sumbawa. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, secara metodologis akan dilakukan beberapa tahapan, yaitu (1) observasi dan penelaahan studi dialektologis, studi sosiolinguistis, dan studi fonologis bahasa Sumbawa, (2) klasifikasi materi dan penyusunan pokok materi penyuluhan, (3) koordinasi dan penyiapan perangkat penyuluhan, (4) penyuluhan, (5) penyusunan artikel; serta (6) penyusunan laporan. Sesuai materi penyuluhan, ejaan dikembangkan berdasarkan beberapa prinsip, di antaranya kesederhanaan yang berpijak pada satu dalil tertentu, misalnya satu bunyi (fonem) dilambangkan dengan satu huruf. Prinsip kedua fleksibel, artinya meskipun penyusunan ejaan menganut suatu prinsip dasar tertentu tetapi dalam konteks tertentu bersifat fleksibel, misalnya pada bunyi-bunyi tertentu tidak menganut satu bunyi satu huruf, bunyi /e/ dan /ĆƒĆ¢Ā¢/ (dua bunyi) dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan [e] (satu huruf)

    PENYULUHAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA SASAK: KE ARAH PENYUSUNAN BAHASA SASAK STANDAR PADA KELOMPOK KERJA GURU DI KECAMATAN MASBAGIK

    Get PDF
    Studi terhadap hasil penelitian dan buku pelajaran bahasa Sasak yang sudah dilakukan, diperoleh gambaran bahwa belum ada kajian yang secara rinci mengungkap struktur kalimat bahasa Sasak. Selain itu, dialek yang diteliti dan dibahas terbatas pada satu dialek, sehingga data bahasa Sasak yang disajikan masih terbatas pada dialek tertentu saja dan masih diwarnai struktur kalimat bahasa Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut pengabdian ini bertujuan untuk mengenalkan Struktur Kalimat Bahasa Sasak dari variasi dialek umum yang sudah dikenal oleh masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam pengabdian ini adalah pendekatan andragogi dan untuk melaksanakan pendekatan tersebut, metode yang diterapkan adalah metode diskusi, metode latihan dan metode seminar. Hasilnya adalah guru lebih mengenal Struktur Kalimat Bahasa Sasak serta variasi dialektal tentang Struktur kalimat dasar, Struktur kalimat tunggal dan Struktur kalimat kompleks. Hasil tersebut, selanjutnya dijadikan sebagai acuan penyusunan bahan ajar pembelajaran kalimat bahasa Sasak yang standar

    PENYULUHAN TENTANG PENULISAN KARANGAN ILMIAH BAGI GURU-GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATANGERUNG LOMBOK BARAT

    Get PDF
    Dalam rangka peningkatan keprofesionalan guru, maka penyuluhan ini sangat perlu dilakukan untuk memberikan bekal wawasan yang lebih luas dan pengetahuan praktis mengenai karangan ilmiah, yang selama ini mereka rasakan sangat sulit. Materi penyuluhan ini meliputi ikhwal karangan ilmiah, sistematika karangan ilmiah, bahasa dalam karangan ilmiah, dan langkah-langkah karangan ilmiah. Materi penyuluhan disajikan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan partisipasi. Untuk memperdalam pemahaman materi, para peserta diberikan tugas membuat sebuah karangan ilmiah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kegiatan itu dapat dikatakan cukup berhasil. Hal ini terlihat dari tanggapan para peserta yang menyatakan bahwa dengan kegiatan ini mereka telah memperoleh wawasan pengetahuan tentang seluk beluk penulisan karangan ilmiah. Berbekal pengetahuan itu mereka lebih termotivasi untuk menulis karangan ilmiah dalam rangka peningkatan keprofesionalan guru. Keberhasilan kegiatan ini berkat kerja sama yang baik semua anggota tim dengan Kepala SDN 1 Gapuk Kecamatan Gerung, Lombok Barat

    Pronouns traces of grammar transformation version of government and binding

    No full text
    A problem concerned to be examined in this study was how the description of personal pronoun was contained in the single sentence. Therefore, this study was conducted aiming at describing personal pronouns in a single sentence and identifying the role of semantic of the personal pronoun in the single sentence. The theory used to study the phenomenon was Trace theory version of Transformation Theory of Government and Binding. This study discovered findings as follows: 1) the base position of the personal pronoun was under the position of NP, VP node; however, with the transfer process, the personal pronoun was under the position of NP, Agr. It was because every visible NP should have a case from its verb; 2) the trace marked by t was the landing site or base position before the pronoun and other elements move; 3) this theory was sufficient to give an idea of the position of the element of aspect and modal as the category of MP in phrase structure

    Basic materials of literature genre text in Sasak language: The utilization as teaching materials for local content of Sasak language

    No full text
    Teaching materials about literature in the 2013 Curriculum should be text-based, but after careful discussion of the material in the curriculum and Sasak language textbooks in primary and secondary education, the emphasis is more on the value of beauty and character of story characters. In addition, teaching materials about the text of the Sasak literary genre are presented in Indonesian, not in Sasak; the amount of literature both in the form of fiction and poetry and others is still very limited. The limited material about literary genre texts has the consequence that learning about literary texts does not receive adequate attention. Based on these problems, this paper aims to discuss the text of the genre of folk literature in the Sasak language in terms of text structure, linguistic tools, and community values contained in it. Learning based on literary genre texts will support language skills and can help children understand the value and beauty of Sasak literature. The results of the study of literary genre texts are expected to help teachers prepare teaching materials for local content in the Sasak language
    corecore