24 research outputs found

    Dinamika Perilaku Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah: Behavior Dynamics of the Bornean Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) in Sebangau National Park, Central Kalimantan

    Get PDF
    Sebangau National Park represents a relatively intact peatland ecosystem and is one of the pockets of the P.p. ssp. wurmbii crucial in the world. Anthropological studies state that Orangutans have a social unit in a complex structure. The logical consequence of this condition is that many observed behaviors attract and open up new knowledge related to space use patterns. This study aims to uncover the dynamics of orangutan behavior by presenting critical evidence. This research is a descriptive exploratory study, using a non-invasive observation method with a camera trap approach, in the Punggualas area, from January 2012 to January 2014. The results show confirmation of walking on the forest floor as a new part of the orangutan association of behavior. Based on this, the conclusion drawn is that the dynamics of orangutan behavior develop dynamically in response to changes in natural habitat conditions

    KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKROSKOPIS DI HUTAN DESA TEWAH PUPUH KABUPATEN BARITO TIMUR

    Get PDF
    Jamur termasuk sel eukariotik yang tidak memiliki klorofil, tumbuh dari hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya, dan mengekresikan enzim ekstraseluler ke lingkungan melalui spora, melakukan reproduksi seksual dan aseksual. Jamur makroskopis adalah jamur yang tubuh buahnya berukuran besar (berukuran 0,6 cm atau lebih besar), struktur reproduktif yang terbentuk untuk menghasilkan dan menyebarkan sporanya. Keberadaan jenis jamur di Hutan Desa Tewah Pupuh Kabupaten Barito Timur masih banyak yang belum diketahui dan tidak dibudidayakan. Kurangnya perhatian pemerintah daerah setempat terhadap keanekaragaman dan pelestarian merupakan alasan penting untuk dilakukannya penelitian. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jamur Makroskopis di Desa Tewah Pupuh dan diharapkan dapat membantu pembelajaran siswa di Sekolah Menengah Atas dalam Materi Keanekaragaman Hayati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik Purposive Sampling untuk menjelajah daerah yang terdapat jenis jamur, yaitu dengan dilakukannya pengumpulan data dengan menyusuri area Hutan Desa Tewah Pupuh dengan total luas area 240 m. Data yang dikumpulkan adalah jumlah jenis, jumlah individu jenis, dan jumlah kehadiran jenis. Data dianalisis menggunakan Indeks Keanekaragaman Spesies (species diversity), dan Indeks Nilai Penting (INP). Hasil penelitian mendapatkan 16 jenis jamur di Desa Tewah Pupuh, yaitu Lycoperdon pyriforme, Sarcoscypha coccinea, Polyporus sp., Hygrocybe sp., Fomes fomentarius, Mycena overholtsii, Mycena filopes, Thelephora sp., Pleurotus florida , Trametes sp., Cariolus sp., Daedalea sp., Ganoderma sp., Tricholoma sejunctum, Mycena melligena, Microporus sp. Indeks keragaman Jenis (H’) jamur sebesar 2,549. Berdasarkan indikator nilai H’, maka tingkat keragaman jenis jamur di Desa Tewah Pupuh Kabupaten Barito Timur termasuk dalam kategori keragaman sedang yaitu, H’ 1,5 ? H ?3,5. Indeks nilai penting (INP) yang tertinggi mencapai 49,938 % yaitu jenis Mycena melligena, Sedangkan jenis jamur dengan indeks nilai penting (INP) yang rendah yaitu, Mycena filopes dengan nilai (INP) 6,699 %

    Pelatihan Pengolahan Jamur Tiram untuk Meningkatkan Keterampilan dan Pendapatan Petani Jamur di Desa Tanjung Sangalang

    Get PDF
    Sangalang Hapakat Oyster Mushroom Farmers Group is a farmer group specializes in developing oyster mushrooms in Tanjung Sangalang Village, Central Kahayan District, Katingan Regency, Central Kalimantan Province. This farmer group has nine members, which currently sell seeds, baglogs, and oyster mushrooms to the community. To diversify oyster mushroom products and the knowledge of the group is still needed for oyster mushroom post-harvest processing training. Therefore, this service aims to provide training in oyster mushroom processing in product diversification to maximize the benefits obtained. The activity is divided into two stages: processing oyster mushrooms and online marketing of oyster mushroom products. The processing of oyster mushrooms into commercial food products has been successfully carried out at the Sangalang Hapakat Oyster Mushroom Farmers Group, Tanjung Sangalang Village. All farmer groups, especially mothers, can process oyster mushrooms into home food or commercial use. The products produced from this training are crispy mushrooms, mushroom satay, risoles, and shredded mushrooms. Besides, online marketing training provides knowledge to farmer groups in selling their products on various online market platforms and social media. The village's condition, which still has difficulties with internet access, has made the results of this online marketing training less optimal; however, the farmer groups have been able to market their mushroom products online

    Linking Zoopharmacognocy with Ethnomedication, an Evidence Base From Sebangau National Park, Central Kalimantan Indonesia

    Full text link
    The ability of animal to perform self-medication has been studied decades, as well as their relationship with medication practices by communities. Long-term observation of Orangutans\u27 behaviour (Pongo pygmaeus wurmbii), by communities surround Sebangau National Park, has suggested as their modes to today ethno-medication practice. The study was aimed to study the relationship of Orangutans self-medicate behavior with ethno-medication practice, in Sebangau area. The research was conducted in Punggualas, SNP, from 29 April to 03 October 2017. A number of 13 traditional healers (TH) from Karuing (n = 4), Baun Bango (n = 4), and Jahanjang (n = 5) have been interviewed. All plants are listed and photograph. Plants parts, and their mechanism of utilization were also kept for record. Meanwhile, the behavior followed the Orangutan protocol, with focus on their feeding behavior. All data were analyzed descriptively, while the relationship was analyzed using chi-square and F test. We have recorded a total 131 plants at various life forms, in Baun Bango (n = 59), Jahanjang (n = 41), and Karuing (n = 21). Plants that were found similar among three villages, removed, were only 95 left. We observed one female, showing the ability to perform self-mediaction. It is characterized by selectively choosing young leaves of Mezzetia sp., pulp of the Dyera lowii and Ilex cymosa, and lastly chew the entire leaves of Belang Handipek. It suggests a form of prevention against fatigue conditions, and the combination of these three plants species assume to be relating to fitness. This study shows that there is a relationship between the plant part used by the traditional healer and the orang- utan (x2 = 43,887; n = 115, df = 11, p-value = 0.0000), the relationship between the use of plant parts utilized by the traditional healer and orangutans (x2 = 15, 647; n = 50, df = 8, p-value = 0.0000). Furthermore, there is a relationship between the practice of traditional healer treatment using plant parts and Orang-utan (F1, 113 = 230.158; p-value = 0,000). The study urges to isolate secondary metabolites for further investigation, especially in terms of phyto-pharmacy

    Akumulasi Merkuri Pada Ikan Baung (Mytus Nemurus) Di Sungai Kahayan Kalimantan Tengah

    Get PDF
    Abstrak Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah mengalami tekanan lingkungan karena adanya limbah merkuri yang berasal dari aktivitas penambangan emas tradisional. Di tempat tersebut terdapat 1014 teinpat penambangan emas sepanjang sungai dari hulu sampai hilir. Merkuri dalam sedimen sungai secara berturut- turut mengaiami inetilasi (methylation) oleh reduksi sulfat bakteri. Riset ini merupakan studi akumulasi merkuri (11g) dalam Mytus nemurus. sedimen dan air. dari hulu ke hilir di sungai Kahayan. Total jarak dari huh\u27 sekitar 296 kin. Data dikumpulkan dari 3 lokasi sepanjang sungai. Dalam tiap lokasi tapak sampling herada di clataran banjir (floodplain). Penelitian dilaksanakan selama musim hujan. Ikan ditangkap menggunakan renege (gillne1). Penentuan metil merkuri digunakan metode "modified CV-AAS (cold vapor atomic absorption spectrophotontetty). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (Namara sample yang diukur, akumulasi tertinggi masing-masing herada dalam sedimen sungai (0.336 pg.) dikutip dengan daging M. numerus (0.303 pg.g.\u27 0.342). dan air (0.058 mg-\u27). Merkuri memiliki tendensi meninggi menuju bilk. Hal ini disebabkan oleh tekstur sedimen yang didominasi oleh silt. Kondisi ini berpotensi untuk metilasi. Turbiditas, arus. dan pH menyumbangkan kenaikan lingkat merkuri di hilir. Asupan merkuri mingguan yang dapat ditoleransi menurut W110 adalah 171,42 pg adalah sama dengan 24,4 lig sehari jika seseorang mengkonsumsi 100 g daging M. Numerus sehari. dimungkinkan bahwa akan ada 30,3 pg.g-\u27 yang masuk ke tubuh. Hal ini berarti bahwa menikuri disepanjang sungai Kahayan mengancam penduduk yang mengkunsuinsi ikan dari sungai tersebut. Kata kunci: Sungai Kahayan, limhah mercury (Hg), ikan Baung (Mytus nemurus), sedimen, pertambangan emas tradisiona

    Niche Overlap between Pongo pygmaeus wurmbiiand Helarctos malayanusRaffles within Small Scale Habitat in Punggualas Area, Sebangau National Park

    Get PDF
    The SebangauNational Park is a major stronghold for Bornean Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) ranging from 6000 –9000 individuals. In comparison with Bornean Orangutans, very little ecological fieldwork has been conducted to inves-tigate sun bear biology, and there have been no thorough surveys of distribution or population densities. Thus, this study aimed to investigate the basic information on niche overlap between these two endangered species,specifically to quantify their relationship within the small-scale habitat in Punggualas area, SNP. Data was collected and measured during 15 –21 June 2019; using line transects methods. A total of 6580 m waswalked along 8 consecutive transects. Bear and aging sign follow Augeri protocols. A total 18 printed mark-claw and 17 Orangutan nests was measured according to the mentioned methodology. The relationships be-tween signs use binary logistic regressions (StatPlus for Mac) and PCA model (using R), while interspecific relationships use Co-Occurrence modeling,ESP for Windows. The results showed that there is no difference between bear sign and orangutan nest (2: 26.249; df :1, p-value:0.001); While the results on habitat selection between transects isfailed to reject the null hypothesis (2= 0.29; df :1, p-value : 0.490). The Mann-Whitney U test, also confirmed no distinctive overlap between the Orangutan and the Sun Bear (Z: 0.84; p-value: 0.40). The co-occur-rence simulations also revealed significant results (C-Score = 1.00), by means both target animals co-existed in the habitat. Obviously, the Orangutan and Sun Bear occupy the same habitat. There is no distinctive overlap between them in termsof tree species selection and having a close interrelationship in terms of feeding ground,whereas the fruiting is not available. The only distinctive difference is that the Bear sign was tend hindering waterlogged terrai

    Pengaruh Pemberian Air Rebusan Akar Ilalang (Imperata cylindrica) Terhadap Stamina Mencit Jantan (Mus musculus): The Influence of Ilalang Root Drinking Water (Imperata cylindrica) Against Stamina Chicking A Heart (Mus musculus)

    Get PDF
    Ilalang (Imperata cylindrica) termasuk famili Poaceae. Akar tumbuhan ini oleh sebagian masyarakat di Kalimantan Tengah digunakan untuk meningkatkan stamina. Masyarakat yang memanfaatkan air rebusan akar ilalang agar tidak mudah lelah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui khasiat air rebusan ilalang terhadap stamina mencit Swiss Webster jantan. Penelitian ini dilakukan dengan acar menghitung frekuensi tunggangan mencit jantan selama satu jam. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan memiliki 6 kali ulangan. Masing-masing perlakuan menggunakan akuades, minuman berenergi 13 mL/kg BB, Rebusan air akar ilalang 9 mL/kg BB, dan rebusan air akar ilalang 18 mL/kg BB. Analisis data menggunakan aplikasi spss PASW versi 18 dengan uji ANOVA 1 arah (one way anova) dan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan air rebusan akar ilalang meningkatkan stamina mencit jantan secara nyata (Fhit 11,51 > Ftab 3,10). Hasil uji lanjut menggunakan DMRT menunjukkan pemberian air rebusan akar ilalang 18 mL/kg BB memiliki rata-rata frekuensi kawin tertinggi 47,50 kali dibandingkan dengan tiga kelompok perlakuan lainnya. Kesimpulan; air rebusan akar ilalang meningkatkan stamina mencit Swiss Webster jantan

    PENGARUH DOSIS PENAMBAHAN SERABUT KELAPA MUDA TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH UNTUK MENUNJANG MATERI FUNGI

    Get PDF
    ABSTRAK Harlinson, Rio Rajamia. 2019. Pengaruh Dosis Penambahan Serabut Kelapa Muda Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih Untuk Menunjang Materi Fungi. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bilogi, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya. Pembimbing: (I) Dr. Hj. Siti Sunariyati, S.Si., M.Si. (II) Adventus Panda, S.Si., M.Si. Kata Kunci: Pleurotus ostreatus, Pertumbuhan, Serabut Kelapa Muda Jamur tiram putih dimafaatkan masyarakat untuk dikonsumsi sehingga permintaan terhadap jamur konsumsi terus meningkat. Terbatasnya ketersediaan serbuk gergaji membuat para pembudidaya jamur tiram putih mencari alternatif bahan lain. Salah satu alternatif menggunakan limbah serabut kelapa muda. Serabut kelapa muda memiliki kandugan hemiselulosa,selulosa, lignin dan pektin. Kandungan dalam serabut kelapa sesuai dengan unsur-unsur jamur tiram putih sehingga dapat menjadi media tanam untuk pertumbuhan jamur.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan serabut kelapa muda terhadap media tanam jamur tiram putih, takaran optimum media serabut kelapa muda dan penunjang pembelajaran materi fungi pada mata pelajaran biologi di tingkat SMA. Metode penelitian ini menngunakan eksperimen dan desain penelitian menggunakan Racangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan memiliki 6 ulangan. Ada 4 taraf perlakuan menggunakan serabut kelapa muda dengan komposisi 0 gram, 200 gram, 300 gram, dan 400 gram. Analisis data menggunakan aplikasi Minitab version 18 for windows dengan uji ANAVA 1 arah (one way anova) dan uji lanjut Least Significance Difference (LSD) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan Penambahan serabut kelapa muda pada media tanam dapat berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) meliputi miselium, berat basah, diameter tudung dan tinggi tangkai, Komposisi media tanam terbaik untuk hasil penelitian pertumbuhan jamur tiram putih yaitu P2 penambahan serabut kelapa muda 300 gram karena menghasilkan pertumbuhan jamur yang terbaik diaantara perlakuan lainnya dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menunjang pembelajaran biologi di tingkat SMA kelas X materi fungi diaplikasikan kedalam bentuk leaflet

    PENGARUH PEMUPUKAN Fe** TERHADAP PERTAMBAHAN TINGGIDAN KADAR KLOROFIL BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielson)

    Get PDF
    Burung Cinenen Kelabu ( Orthotomus sepium) dan Prenjak Sayap Garis ( Prinia familiaris termasuk burung dari Familia Silvidae. Kedua burung tersebut mempunyai kicauan yang erdu dan irama yang khas. Selain bemilai ekonomis kedua burung tersebut juga memiliki ilai ekologis yang memegang peranan penting sebagai pengendali hama serangga tanaman budidaya, karena makanan kedua burung tersebut adalah serangga. Di Hutan Wanagama I yang terletak di Kawasan Gunung Kidul, kedua jenis burung tersebut masih banyak dijumpai. Burung Prenjak Sayap Garis dan burung Cinenen Kelabu terkadang hadir secara bersamaan dalam satu habitat atau dalam satu pohon. Penelitian di petak 5 Hutan Wanagama I akan dicoba diungkapkan relung masing-masing jenis burung tersebut dan untuk mengetahui perbedaan relung burung Prenjak Sayap Garis dan Cinenen Kelabu di Hutan Wanagama I Wonosari, Gunung Kidul. Penelitian tentang perbedaan relung antara Prenjak Sayap Garis dan Cinenen Kelabu diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengelolaan Hutan Wanagama I selanjutnya, khususnya dalam pengelolaan satwa burung
    corecore