59 research outputs found

    Collaborative Governance dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Tegal

    Get PDF
    Mendasari data dari BPS jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (2013-2018) menunjukkan tren yang fluktuatif. Meskipun persentase jumlah penduduk miskin ada dibawah Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional, bukan berarti kemiskinan tidak lagi menjadi permasalahan. Sebab dalam rentang waktu 6 tahun terakhir tren persentase penurunan angka kemiskinannya masih fluktuatif dan rata-rata penurunan per-tahun relatif kecil. Hal ini menjadi cukup ironis karena anggaran untuk penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tegal cukup besar. Beberapa permasalahan dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tegal antara lain pertama, belum adanya sinergitas dari masing-masing Perangkat Daerah pengampu program penanggulangan kemiskinan. Kedua, isu penanggulangan kemiskinan masih belum menjadi arus utama dalam perencanaan dan penganggaran di level pemerintahan desa. Yang ketiga, peran sektor swasta dan masyarakat yang belum dimaksimalkan untuk berkontribusi dalam penanggulangan kemiskinan. Selanjutnya persoalan validitas data yang akan digunakan sebagai basis data penerima manfaat program penanggulangan kemiskinan. Pemerintah Kabupaten Tegal menginisiasi kebijakan Rencana Aksi Bersama Penanggulangan Kemiskinan Daerah (RAB PKD) pada pertengahan tahun 2017. Terlibatnya berbagai unsur stakeholder untuk berkenan hadir dan berdiskusi bersama dalam sebuah forum yang diinisiasi oleh pihak pemerintah daerah dalam membahas permasalahan, merumuskan alternatif solusi hingga menentukan kebijakan bagi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa sekilas konsep collaborative governance dalam penanggulangan kemiskinan nampak telah berjalan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses collaborative governance dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tegal yang dilakukan oleh beberapa pihak antara lain Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal, masyarakat, dan pihak swasta. Pembahasan mengenai collaborative governance dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tegal dalam penelitian ini hendak melihat proses collaborative governance yang diuraikan dalam empat aspek yaitu, (1) identifikasi proses dialog tatap muka, (2) identifikasi komitmen terhadap proses, (3) identifikasi proses sikap saling memahami, (4) identifikasi hasil sementara. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, dan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis interaktif, dengan lokasi penelitian di Kabupaten Tegal. Penelitian ini menggunakan teori collaborative governance. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum proses collaborative governance telah berjalan dengan baik dan mampu menjawab permasalahan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tegal. Dari aspek proses dialog tatap muka telah melibatkan tiga pihak yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal, masyarakat dan pihak swasta. Aspek komitmen terhadap proses terlihat dari adanya ketergantungan dan keterbukaan dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Dari aspek Share understanding atau sikap saling memahami masing-masing pihak telah memiliki pemahaman yang sama terkait latar belakang masalah dan tujuan dari kolaborasi penanggulangan kemiskinan. Adapun untuk aspek hasil sementara kolaborasi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tegal berupa adanya dokumen kesepakatan Aksi Bersama Penanggulangan kemiskinan yang telah diimplementasikan dalam bentuk realisasi anggaran dan pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan oleh masing-masing pihak. Kata Kunci: Collaborative Governance, kemiskinan, stakeholde

    Analisis Jaringan Distribusi Komoditas Strategis Sebagai Upaya Mewujudkan Stabilitas Harga di Kabupaten Bekasi

    Get PDF
    Undang-Undang No 18 tahun (2012) tentang pangan, khususnya pada pasal tertera pada pasal 46 ayat (1) pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam mewujudkan keterjangkauan pangan bagi masyarakat. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan. Tujuan penelitian yaitu menganalisis stabilitas harga pangan pada pasar tradisional di Kabupaten Bekasi dan menganalisis pengaruh jaringan distribusi pangan dan komoditas pangan strategis terhadap stabilitas harga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode non-probabilty sampling, dengan teknik Snowball sampling. Analisa yang digunakan adalah Standar deviasi untuk menentukan sebaran data dalam sampel, dan penentuan stabilitas harga dapat diukur dengan menggunakan coevisiens variation (CV), serta pengujian regresi linier berganda. Stabilitas harga ditentukan dengan persentase berjumlah 10%, yaitu Beras Medium, Jagung, Bawang Putih, Daging sapi, Daging Ayam Ras, Telur Ayam Ras dan Gula Pasir Lokal, bahwa harga stabil sedangkan diatas 10% yaitu Cabai Merah Besar, Cabai Kering, Cabai Rawit Merah dan Bawang Merah, bahwa harga tidak stabil. Nilai F hitung sebesar 29,965 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai F hitung > F tabel (25,965 > 3,24) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H1) diterima dengan arti Jaringan Distribusi Pangan (X1) dan Komoditas Pangan Strategis (X2) berpengaruh secara bersama sama terhadap Stabilitas Harga Pangan (Y) dan variabel yang sudah diujikan memilki keterbatasan sehingga belum dapat membuktikan secara menyeluruh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas harga pangan

    PENERAPAN BUSINESS MODEL CANVAS PADA PERKUMPULAN PETERNAK LEBAH MADU DI KEDIRI

    Get PDF
    Berkurangnya eksistensi peternak lebah madu dalam mengembangkan usahanya baik saat proses pemeliharaan, pemanenan maupun memasarkan produknya mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk membeli produk dari peternak lebah madu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang diterapkan Perkumpulan Peternak Lebah Kediri dan mengidentifikasi strategi yang seharusnya dilakukan Perkumpulan Peternak Lebah Kediri melalui pendekatan sembilan elemen business model canvas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan segmen pelanggan mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap komponen lainnya (key partners) berupa Jasa Ekspedisi dan supplier bahan baku & packaging serta peternak mitra sebagai pemasok bahan baku yang bertujuan untuk kelancaran key activity produksi dalam perluasan costumer segmentation sehingga berdampak pada sumber daya utama yang dapat mempengaruhi struktur biaya dan arus pendapatan yang semakin meningkat

    STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SUSU SAPI PERAH DI UD. ROJO SUSU SAPI KOTA SURABAYA

    Get PDF
    Keberadaan UD. Rojo Susu Sapi dikenal sebagai daerah penghasil susu sapi perah, karena berkompeten menghasilkan produk susu segar walaupun usaha sapi perah berskala kecil dengan kepemilikan sapi 6–20 ekor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, menganalisis keragaan usaha meliputi biaya, penerimaan, dan pendapatan, menyusun strategi pengembangan usaha susu sapi perah. Responden terdiri dari 3 pihak internal dan 3 pihak eksternal dengan teknik purposive sampling. Metode analisis data menggunakan analisis SWOT dan analisis usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal dari kekuatan dan kelemahan yaitu pengalaman produksi susu sapi penggunaan modal usaha kualitas produk akses pemasaran saluran distribusi sarana dan prasarana menunjang, kurangnya SDM, daya tahan susu teknologi administrasi keuangan kemasan produk dan promosi. Faktor eksternal dari peluang dan ancaman yaitu terjalinnya hubungan baik dengan stakeholder loyalitas pelanggan agen memperluas pasar daya beli konsumen dan kemitraan banyaknya pesaing munculnya usaha produk sejenis berkembangnya produk susu dengan berbagai inovasi harga relatif tinggi dan adanya produk subtitusi di pasar, penerimaan usaha diperoleh sebesar Rp 17.640.000/bulan dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 1.269.383/bulan. Strategi pengembangannya melalui terletak pada Kuadran II yang berarti situasi ini menggunakan strategi diversifikasi atau strategi ST. Keberadaan UD. Rojo Susu Sapi dikenal sebagai daerah penghasil susu sapi perah, karena berkompeten menghasilkan produk susu segar walaupun usaha sapi perah berskala kecil dengan kepemilikan sapi 6–20 ekor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, menganalisis keragaan usaha meliputi biaya, penerimaan, dan pendapatan, menyusun strategi pengembangan usaha susu sapi perah. Responden terdiri dari 3 pihak internal dan 3 pihak eksternal dengan teknik purposive sampling. Metode analisis data menggunakan analisis SWOT dan analisis usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal dari kekuatan dan kelemahan yaitu pengalaman produksi susu sapi penggunaan modal usaha kualitas produk akses pemasaran saluran distribusi sarana dan prasarana menunjang, kurangnya SDM, daya tahan susu teknologi administrasi keuangan kemasan produk dan promosi. Faktor eksternal dari peluang dan ancaman yaitu terjalinnya hubungan baik dengan stakeholder loyalitas pelanggan agen memperluas pasar daya beli konsumen dan kemitraan banyaknya pesaing munculnya usaha produk sejenis berkembangnya produk susu dengan berbagai inovasi harga relatif tinggi dan adanya produk subtitusi di pasar, penerimaan usaha diperoleh sebesar Rp 17.640.000/bulan dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 2.703.669/bulan. Strategi pengembangannya melalui meningkatkan daya saing melalui efisiensi penggunaan sarana dan prasarana produksi untuk memperoleh kualitas produk yang baik mengoptimalkan penggunaan modal usaha dan meningkatkan pemasaran susu sapi dalam menghadapi persaingan dan menawarkan diskon kepada konsumen yang membeli dalam jumlah banyak

    Peran Kepemimpinan Transformasional, Kompetensi, Kesiapan Berubah dalam Mencapai Kinerja pada masa Pandemi

    Get PDF
    This study aims to analyze the effect of transformational leadership and competence on employee performance during the Covid-19 pandemic, either directly or through mediation of readiness to change. By using purposive sampling method, 76 respondents were selected from 93 employees of CV Anggraini Sejati Cemerlang. The results of the analysis using SEM PLS show that (1) Transformational leadership has a positive effect on employee performance, (2) Competence has a positive effect on employee performance, (3) Readiness to change does not mediate the influence of both transformational leadership and competence on employee performance. Based on the results of this research, it is expected that leaders will continue to adopt and improve the transformational leadership style and continue to provide encouragement so that employees can excel, provide training, provide opportunities for employees to solve problems in their own way and appreciate employee contributions. management needs to improve the competence of their employees by continuing to provide job training, so that they understand more about their work and employees can have bright ideas to advance the company

    PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu komponen dari modal intelektual diantaranya Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE). Variabel dependennya yaitu kinerja keuangan yang diproksikan menggunakan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) serta variabel kontrol menggunakan leverage dan ukuran perusahaan. Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018-2020. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan sampel yang diperoleh sebanyak 22 perusahaan. Untuk analisis data menggunakan uji asumsi klasik, uji deksriptif, uji regresi data panel, uji determinasi, uji f, uji t. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel HCE dan CEE berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel SCE berpengaruh negatif dan tidak signfikan terhadap ROA pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman periode 2018-2020. HCE dan CEE berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Sedangkan SCE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman periode 2018-2020. Implikasi dan kesimpulan di atas yaitu memberikan sudut pandang baru bagi perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman untuk dapat mengelola pemanfaatan aset tidak berwujud berupa intellectual capital, kinerja keuangan (ROA & ROE), serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk investor dalam menginvestasikan dananya pada perusahaan
    • …
    corecore