25 research outputs found

    Pengaruh Pupuk Kompos Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max(L.) Merrill)

    Get PDF
    Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi makanan bergizi. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil kedelai adalah dengan varietas dan kompos yang bersumber dari eceng gondok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil dari berbagai varietas kedelai pada penambahan kompos eceng gondok. Penelitian ini dilakukan di Aula Teungku Mahmud, Desa Uteun Geulinggang, Dewantara, Aceh Utara, mulai dari bulan Maret hingga Juli 2018. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah varietas kedelai (V1 = Baluran, V2 = Anjasmoro, V3 = Kipas Merah). Faktor kedua adalah dosis kompos eceng gondok (terdiri dari 3 level: E0 = 0 g, E1 = 17,5 g, E2 = 24,5 g). Untuk membandingkan setiap perlakuan, tes lebih lanjut dilakukan menggunakan uji lanjutan Duncan pada tingkat 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis varietas memiliki diameter batang, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji kering per tanaman, Sedangkan pemberian kompos eceng gondok mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan volume akar. Interaksi antara penambahan kompos eceng gondok dan varietas tidak mempengaruhi semua variabel yang diamati

    Karakteristik Agronomi Beberapa Jenis Padi (Oryza sativa L.) Lokal Aceh Akibat Pemberian Pupuk Nitrogen

    Get PDF
    Penelitian  bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik agronomi beberapa jenis padi lokal Aceh akibat pemberian pupuk Nitrogen.  dilaksanakan di Desa Bangka Jaya, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, Penelitian ini dilakukan bulan April-Agustus 2021. Metode yang digunakan yaitu Rancangan acak lelompok  faktorial dengan dua faktor yaitu jenis padi (P) dan pupuk Urea (N). Faktor 1 jenis padi: P1=Padi Sigupai P2= Padi Sikuneng, P3 = Padi Keumala, P4 = Padi Manyam RO, P5 = Padi Cbd-08, P6=Padi Siputeh. Faktor 2 : N1= Pupuk Urea (dosis standar). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis padi Sikuneng memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman pada semua umur dengan nilai 39.40 cm,  68.42 cm, 99.8 cm, 109.05 cm dan 117.84 cm. Parameter jumlah anakan jenis padi Kumala memberikan jumlah anakan terbanyak yaitu 2.55 cm, 6.53 cm, 16.01 cm, 18.38 cm, 21.52 cm.  Pemberian  pupuk urea dosis 200 kg/h  berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada semua umur pengamatan dengan nilai 35.78 cm, 62.22 cm, 81.13 cm, 91.75 cm dan 101.08 cm, begitu juga dengan Jumlah anakan dengan nilai masing-masing 2.29, 5.50, 11.86, 15.71 dan 19.14. Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan jenis padi mayam RO, CBD08 dan pupuk urea 200 g terbaik pada jumlah anakan dan Panjang akar

    Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merrill) pada Aplikasi Kompos Azolla

    Get PDF
    Pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai (Glycine max L. Merrill) terhadap pemberian pupuk organik (Azolla pinnata). Tujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil berbagai varietas kedelai terhadap pemberian pupuk kompos Azolla pinnat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Baluran, Anjasmoro, Kipas Merah, kompos Azolla pinnata, pupuk majemuk Phonska dan Polybag. Metode Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial. Terdiri dari dua faktor yaitu Faktor pertama adalah jenis varietas, yaitu :V1 = Baluran, V2 = Anjasmoro dan V3 = Kipas Merah. Faktor kedua adalah perlakuan kompos Azolla pinnata, yaitu : A0 = 0 g/polybag, A1 = 20 g/polybag, A2 = 40 g/polybag dan A3 = 60 g/polybag sehingga terdiri dari 12 kombinasi percobaan, masing-masing percobaan terdiri dari 3 ulangan. Perlakuan varietas memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun trifoliat bobot biji kering dan bobot 100 biji, perbedaan setiap varietas memiliki respon yang berbeda beda terhadap lingkungan tumbuh. Varietas kipas merah (V3) mampu beradaptasi baik dibandingkan dengan verietas anjasmoro (V2) dan baluran (V1) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun trifoliat umur 2, 4, 6 dan 8 MST, bobot biji kering dan 100 biji. Dosis kompos Azolla pinnata 60 g/polybag mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman

    Pelatihan Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) Berbasis Limbah Rumah Tangga sebagai Alternatif Penggunaan Pupuk Organik di Desa Uteunkot Cunda Lhokseumawe

    Get PDF
    Sampah merupakan limbah yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari manusia yang berbentuk padat dan cair. Salah satu sampah yang berbentuk padat adalah sampah dari sisa-sisa kulit buah-buahan dan sayur-sayuran yang dibuang ke tempat sampah, karena tidak digunakan dan diinginkan lagi oleh manusia. Salah satu manfaat yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah berupa sisa kulit buah-buahan, sayuran dan bahan organik lainnya adalah dapat dibuat sebagai Mikroorganisme Lokal (MOL). Disekitar kita banyak bahan-bahan yang dapat dibuat untuk MOL. Berdasarkan pengamatan di lapangan, masyarakat di Desa Uteukot sudah mengelola sampah dengan baik seperti pemisahan sampah organik dan anorganik. Namun untuk pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai pupuk organik cair belum dilakukan. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan pembuatan pupuk organik cair yang bisa dijadikan sebagai penambah ketrampilan masyarakat dengan memanfaatkan bahan organik yang ada disekitarnya. Pelatihan bagi masyarakat di Desa Uteukot cunda Lhokseumawe untuk membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) sebagai alternatif dalam pembuatan pupuk organik cair ini dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilam serta sumber pendapatan bagi masyarakat. Berdasarkan pengabdian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan POC di Desa Uteunkot cunda Lhokseumawe mendapat respon positif bagi masyarakat dan dapat menambah pengetahuan terhadap pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai solusi pengelolaan sampah organic hasil dari sampah rumah tangga yang mempunyai banyak manfaat salah satunya untuk meningkatkan produksi pangan sehari-hari di Desa Uteunkot. Selain itu juga pengabdian ini membawa manfaat yang berkesinambungan bagi masyarakat, serta untuk memajukan Desa Uteunkot dalam kemandirian pangan

    Pelatihan Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) Berbasis Limbah Rumah Tangga sebagai Alternatif Penggunaan Pupuk Organik di Desa Uteunkot Cunda Lhokseumawe

    Get PDF
    Sampah merupakan limbah yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari manusia yang berbentuk padat dan cair. Salah satu sampah yang berbentuk padat adalah sampah dari sisa-sisa kulit buah-buahan dan sayur-sayuran yang dibuang ke tempat sampah, karena tidak digunakan dan diinginkan lagi oleh manusia. Salah satu manfaat yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah berupa sisa kulit buah-buahan, sayuran dan bahan organik lainnya adalah dapat dibuat sebagai Mikroorganisme Lokal (MOL). Disekitar kita banyak bahan-bahan yang dapat dibuat untuk MOL. Berdasarkan pengamatan di lapangan, masyarakat di Desa Uteukot sudah mengelola sampah dengan baik seperti pemisahan sampah organik dan anorganik. Namun untuk pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai pupuk organik cair belum dilakukan. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan pembuatan pupuk organik cair yang bisa dijadikan sebagai penambah ketrampilan masyarakat dengan memanfaatkan bahan organik yang ada disekitarnya. Pelatihan bagi masyarakat di Desa Uteukot cunda Lhokseumawe untuk membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) sebagai alternatif dalam pembuatan pupuk organik cair ini dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilam serta sumber pendapatan bagi masyarakat. Berdasarkan pengabdian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan POC di Desa Uteunkot cunda Lhokseumawe mendapat respon positif bagi masyarakat dan dapat menambah pengetahuan terhadap pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai solusi pengelolaan sampah organic hasil dari sampah rumah tangga yang mempunyai banyak manfaat salah satunya untuk meningkatkan produksi pangan sehari-hari di Desa Uteunkot. Selain itu juga pengabdian ini membawa manfaat yang berkesinambungan bagi masyarakat, serta untuk memajukan Desa Uteunkot dalam kemandirian pangan

    PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO PADA LAHAN BEKAS TAMBANG LNG DENGAN APLIKASI BIOFERTILIZER

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan menyeleksi varietas padi gogo yang adaptif pada lahan bekas tambang gas alam cair (LNG) di aceh utara. Bahan yang digunakan adalah 10 varietas padi gogo, mikoriza,tanah top soil dari areal lahan bekas tambang gas LNG, pupuk kandang, pupuk Phonska + Urea (300 kg/ha + Urea 200 kg/ha), Dithane M-45, Curater 2G,polybag ukuran 40 cmx50 cm. Alata yang digunakan terdiri dari: ayakan kasa ukuran  6 mm, timbangan portable kapasitas 25 kg, timbangan digital kapasitas 0.5 kg, papan lat, triplex, meteran, selang  plastik, ember plastik, tali rafia, sprayer dan hand sprayer, gelas ukur erlenmeyer, thermometer digital, soil tester dan oven. Metode penelitian menggunakan  Rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan, dengan dua faktor yaitu Faktor pertama Varietas (V) terdiri dari 10 taraf : inpago 9, Situbagendit, inpago 6, batutugi, Situpatenggang, Inpago 4, Towuti,  inpago 7,Inpari 33, Sintanur. Faktor kedua Mikoriza (M) terdiri dari 3 taraf yaitu  M0 (tanpa mikoriza), M1 ( mikoriza 15 g/lubang tanam), M2 (25 g/lobang tanam).  Hasil analisis tanah menunjukkan Kandungan Hg melampaui ambang kritis yakni 118,60 ppm dan Pb 25 ppm, unsur Pb masih normal yaitu < 0,01 ppm. Tingginya kandungan merkuri disebabkan karena sangat dekat dengan pengolahan tambang LNG dan konsentrasi Pb di permukaan tanah sekitar 25 ppm tetapi dengan menyebarnya polutan Pb, sudah cukup banyak lahan pertanian yang tercemar Pb. Dari hasil penelitian Varietas Inpago 7 dengan mikoriza 25 g/tanaman memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah anakan tertinggi pada umur 20, 40 HST begitu juga dengan kandungan klorofil daun dan berat gabah.

    Evaluasi Toleransi Berbagai Varietas Padi Gogo Terhadap Cekaman Kekeringan Dengan Penggunaan Peg (Polyetilene Glicol)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengevaluasi varietas padi gogo toleransi terhadap cekaman kekeringan dengan teknik penyaringan yang efektif berdasarkan tanggap pertumbuhan awal tanaman (vegetatif). Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu varietas dan konsentrasi PEG dengan tiga ulangan. Varietas yang di gunakan adalah VI (Limboto), V2 (Situ Patenggang), V3 (Situ Bangendit), V4 (Towuti), V5 (Ciapus), V6 (Inpago 4), V7 (Inpago 7), V8 (Inpago 8), V9 (Inpago 6), V10 (Inpago 5), V11 (Inpago 9), V12 (Inpari 33), V13 (Inpari 6 Jahe), V14 (Batutegi) dan V15 (Sintanur). Konsentrasi PEG yaitu 0%, 20% dan 25%. Hasil percobaan menunjukkan peubah-peubah berkontribusi dalam penentuan toleransi varietas terhadap cekaman kekeringan varietas V5 (ciapus) memiliki panjang plumula lebih tinggi dan V10 (inpago 5) panjang akar tertinggi. Berat kering plumula tertinggi pada V5 (ciapus) serta akar tertinggi padaV6 (inpago 4) sedangkan indeks plumula tertinggi pada V7 (inpago 7) dan indeks akar tertinggi terdapat pada tiga varietas yaitu V12 (inpari 33), V13 (Inpari 6 jete) dan V15 (sintanur). Konsentrasi 20% PEG 6000 dapat digunakan untuk mendeteksi varietas yang toleran cekaman kekeringan terhadap bobot kering plumula, bobot kering akar,ratio plumula akar, indeks plumula dan indeks akar.Kata kunci: Varietas, Padi Gogo, Cekaman Air,PEG PENDAHULUANKendala kekeringan di lahan kering khususnya di lahan tadah hujan menyebabkan tingkat produktivitas padi gogo rendah. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka pengembangan produksi padi gogo di lahan tadah hujan perlu mendapatkan perhatian serius. Potensi yang besar di daratan Indonesia seluas 188,2 juta ha dan 148 juta ha diantaranya merupakan lahan kering (Mulyani, 2006). Namun demikian, potensi lahan kering di banyak daerah belum dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan tanaman padi dan tanamana pangan lainnya. Sampai saat ini, kontribusi produksi padi gogo masih rendah.Varietas padi gogo yang unggul merupakan salah satu teknologi utama untuk meningkatkan produktivitas padi gogo, memenuhi kebutuhan konsumen, serta meningkatkan pendapatan petani. Teknologi varietas merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi, karena teknologi ini murah dan penggunaannya sangat praktis (Suhendrata et al., 2007). Padi merupakan tanaman yang sangat peka terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh kekurangan air. Ketersediaan air merupakan faktor pembatas utama dalam budidaya tanaman. Pada varietas tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Penurunan daya hasil akibat cekaman tidak sebesar yang terjadi pada varietas peka sehingga penggunaan varietas toleran mempunyai arti penting dalam budidaya tanaman untuk mengantisipasi kondisi cekaman kekeringan (Lafitte dan Curtois, 2003)

    Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Terhadap Pemotongan Umbi dan Aplikasi Pupuk Organik

    Get PDF
    Shallots is a horticultural commodity that has high economic value. One way to improve the growth and yield shallots is by cutting the tubers and providing it with chicken manure. This research was conducted in Paloh Lada Village which is located in Dewantara Sub-district, North Aceh Regency and Agroecotechnology Laboratory at the Faculty of Agriculture, Malikussaleh University starting from September-November 2018 with the aim to determine the effect the size the tuber cuts and the adduction chicken manure doses to Bima Brebes shallots growth and yield. This research uses a Randomized Block Design with Factorial pattern. The first factor is the size of the tuber cuts which consists of three levels, namely level 0 (without cutting), cutting 1/4 part of the tuber and the last one is cutting 1/3 part of the tuber. The second factor is the dose of the chicken manure which also consists of 3 levels, namely dose 0 (without chicken manure), 75 grams of chicken manure/polybag and 100 grams of chicken manure/polybag. This research consists of 9 treatment combinations 3 replications and 27 experimental units. The results of this research shows that the tuber cutting significantly affected the number of leaves at 14 days after planting, then it has a very significant effect on the number of leaves at 42 days after planting and it has an effect on the tuber dry weight. Meanwhile, the tuber cutting has no significat effect on the plant height, number of tillers, tuber gross weight and tuber weight loss. The adduction of chicken manure significantly affected the plant height at 28 days after planting and the tuber dry weight, although it doesn’t have any significant effect on the plant height at 14 and 42 days after planting, number of leaves, number of tillers, tuber gross weight and tuber weight loss
    corecore