821 research outputs found

    Relationship Between Method and Duration of Contraception Usage to Subjective Health Complaints

    Full text link
    Subjective health complaints is identified is symptoms and uncomfortable feeling felt by the respondents. Health Complaint is the most common cause of acceptor stops using contraception. The aim of this study was to exsamine between of subjective health complaints related by contraception method and duration of contraception USAge. This study was observational analytic with cross sectional design. The sample of study were acceptor living at RW 6 Kalitengah Sidoarjo district and using simple random sampling technique to collect the data. Statistical test using chi square to determine the relationship between variables. The study showed that most of the respondents were aged > 35 years old (62,5%), educated as high as high school (59,7%), were housewife (70,8%). Statistic test using chi square showed that there was relationship between contraception method (p = 0.0098) and the duration of contraception USAge (p = 0.012) with subjective health complaints. Hormonal contraceptive methods may increase the risk of 4,05 times to experience subjective health complaints compared with respondents who use non-hormonal contraception. Respondents with long ≤ 5 years of contraceptive use may increase the risk of 7,82 times to experience subjective health complaints compared with respondents who used the contraceptive for > 5 years. It is concluded that contraception method and the duration of contraception USAge are related to subjective health complaints. It is recommended for the midwives to educate respondents who were using hormonal contraception to change into using non hormonal contraception when have complaint

    SOEDARSONO : KEPEMIMPINAN DAN KEBIJAKANNYA TERHADAP TATA RUANG PUBLIK DI KOTA KUDUS TAHUN 1988-1998

    Get PDF
    INTISARI Sripsi ini berjudul “Soedarsono, Kepemimpinan dan Kebijakan Terhadap Tata Ruang Publik di Kota Kudus Tahun 1988 – 1998”. Judul skripsi ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara kepemimpinan seorang kepala daerah dengan perkembangan tata ruang publik suatu kota. Model kepemimpinan yang dipilih seseorang ikut menentukan keberhasilan seorang pemimpin dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dipimpinnya. Skripsi ini mencoba membahas bagaimana kepemimpinan Soedarsono dan pengembangan tata ruang publik yang dilakukannya sebagai salah satu usaha mengangkat harkat dan martabat Kota Kudus seisinya selama 2 periode kepemimpinannya. Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode sejarah kritis yang mencakup 4 langkah. Pertama, Heuristik, dengan melakukan penelusuran dan pengumpulan sumber-sumber mengenai kepemimpinan Soedarsono dan perkembangan tata ruang publik selama tahun 1988 – 1998. Kritik Intern dan Ekstern, sebagai langkah kedua, dilakukan untuk memperoleh kredibilitas dan otentisitas sumber. Langkah ketiga adalah menginterpretasi dan mensintesakan fakta-fakta yang diperoleh secara kronologis dan berdasarkan hubungan sebab akibat. Historiografi merupakan langkah terakhir, yaitu menuliskan peristiwa sejarah dalam bentuk penulisan sejarah kritis. Pendekatan yang penulis gunakan dalam skripsi ini ada 2 yaitu Sosiologi Politik untuk mengkaji kepemimpinan dalam pemerintahan dan Planologi untuk memahami bagaimana perkembangan tata ruang publik di Kabupaten Kudus yang terjadi selama tahun 1988 – 1998. Soedarsono menerima jabatan sebagai Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Kudus sebagai perintah ”penugaskaryaan anggota ABRI” pada tahun 1988. Selama lebih dari 24 tahun menggeluti dunia militer, Soedarsono merasa sedikit kecewa dengan tugas ini, tetapi tugas ini kemudian diterimanya sebagai amanah yang harus dijalankan. Basis pendidikan militer ia terapkan selama masa kepemimpinannya di Kabupaten Kudus. Meskipun demikian, ia dikenal dekat dengan masyarakat dan tidak segan untuk terjun langsung ke lapangan. Selama tahun 1988 – 1998 Kabupaten Kudus mengalami proses perkembangan spasial horizontal baik perkembangan spasial sentripetal horisontal dan vertikal maupun perkembangan spasial sentrifugal. Proses perkembangan spasial kota ini terutama tampak dalam pembangunan kembali pasar-pasar tradisional di seluruh Kabupaten Kudus, pembangunan jalan lingkar dengan sistem Konsolidasi Tanah Perkotaan (KTP) dan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ikut andil dalam memperoleh ADIPURA 7 kali berturut-turut sampai berakhirnya masa jabatan Soedarsono pada tahun 1998

    Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Pengggunaan Paket Kuota Internet

    Get PDF
    Banyaknya penggunaan kuota internet oleh remaja dan penggunaannya yang tidak mendukung peran siswa ini dapat dikatakan sebagai perilaku konsumtif. Sebagian besar remaja tidak dapat mengendalikan diri untuk terus membeli kuota internet dan bahkan melakukan hal-hal negatif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ini dapat dikaitkan dengan kontrol diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kontrol diri dengan perilaku konsumtif siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 5 Samarinda, dengan teknik pengambilan sampel adalah probability sampling. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah dengan menggunakan rumus Slovin kemudian diperoleh sampel sebanyak 259 siswa. Metode pengambilan data dengan menggunakan skala kontrol diri dengan rix = 0,385 - 0,089 dan reliabilitasnya 0,876. Skala perilaku konsumtif dengan rix = 0,313- 0,609 dan reliabilitas 0,887. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara pengendalian diri dan perilaku konsumtif menggunakan paket kuota internet dengan r = -0,356, p = 0,000

    Pengaruh Status Sosial terhadap Kesantunan Ungkapan Perintah Bahasa Jepang dalam Serial Drama Mei-chan No Shitsuji Episode 1 – 2 Karya Junichi Ishikawa

    Full text link
    Bahasa adalah alat komunikasi yang dapat menunjukkan hubungan sosial tertentu dalam masyarakat. Hubungan sosial penutur dan lawan tutur berpengaruh terhadap penggunaan bahasa. Sebagai contoh yaitu pola komunikasi di Jepang yang tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Latar belakang sosial penutur berpengaruh terhadap pemilihan bahasa yang kemudian menimbulkan adanya ragam bahasa. Selain latar belakang sosial, kesantunan juga merupakan hal penting dalam kegiatan komunikasi di Jepang, sehingga perlu kecermatan dalam penggunaan bahasa. Penggunaan ungkapan perintah bahasa Jepang juga harus memperhatikan hal-hal tersebut. Salah satu contoh ragam penggunaan ungkapan perintah tersebut dapat dilihat pada serial drama Mei-chan no Shitsuji episode 1-2. Penelitian ini menggunakan acuan teori C.R.J Ross untuk menganalisis perbedaan status sosial berdasarkan keadaan ekonomi. Sedangkan untuk analisis penggunaan strategi kesantunan menggunakan acuan teori Brown dan Levinson. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis berupa kutipan dialog dari serial drama Mei-chan no Shitsuji episode 1-2 yang mengandung ungkapan perintah. Analisis yang dilakukan adalah dengan mengklasifikasikan data yang ditemukan, kemudian menganalisis penggunaan ungkapan perintah sesuai konteksnya. Pada hasil penelitian, ditemukan lima jenis strategi kesantunan dalam penggunaan ungkapan perintah yakni melakukan tindakan pengancaman muka dengan apa adanya (bald on record), melakukan tindakan pengancaman muka dengan kesantunan positif (positive politeness), melakukan tindakan pengancaman muka dengan kesantunan negatif (negative polteness), melakukan pelunakan (off record), dan tidak melakukan tindakan pengancaman muka (don\u27t do the FTA). Sedangkan berdasarkan perbedaan kelas sosial ekonomi yakni upper class dan non-upper class terdapat variasi penggunaan ungkapan perintah. Pada kategori upper class menggunakan ketiga bentuk ungkapan perintah, yakni bentuk perintah, permintaan dan anjuran. Sedangkan pada kategori non-upper class cenderung menggunakan bentuk perintah. Pada penelitian selanjutnya disarankan lebih dalam meneliti tentang variasi bentuk ungkapan perintah dalam ragam bahasa percakapan. Selain itu juga disarankan membahas lebih dalam tentang ragam bahasa sosiolek yang dikhususkan pada kategori umur, pekerjaan dan pendidikan dengan menggunakan objek kajian yang lain

    THE USE OF PUPPET TO TEACH SPEAKING DESCRIPTIVE TEXT FOR TENTH GRADERS OF SENIOR HIGH SCHOOL IN SMA YPM 3 SUMOBITO

    Get PDF
    Bahasa digunakan dalam pembelajaran, sosial, dan emosional dan merupakan elemen penting dalam pembelajaran di subjek lain dalam ilmu pengetahuan. Bahasa cenderung digunakan untuk berbicara bukan untuk menulis jadi berbicara merupakan hal yang utama dalam komunikasi antar manusia. Ketika memulai untuk belajar bahasa lain, maka harus dimulai dengan belajar berbicara. Di sekolah, berbicara itu sangat penting jadi, murid harus percaya diri untuk berbicara didepan kelas, tetapi sebagian besar murid tidak dapat berbicara bahasa Inggris dengan baik. Hasilnya, murid-murid berpikir bahwa berbicara bahasa Inggris itu sulit karena murid-murid merasa takut untuk berbicara bahasa inggris. Untuk menghadapi masalah tersebut, guru seharusnya memodifikasi aktifitas dalam pembelajaran berbicara ketika guru mengajar dan dapat memberikan solusi untuk murid yang tidak percaya diri. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti di pembelajaran dalam mengimplementaasikan wayang sebagai media dalam mengajar berbicara teks deskriptif untuk kelas x dan respon murid di implementasikan dari wayang di pengajaran berbicara teks deskripsi. Peneliti menggunkan deskriptif kualitatif untuk meneliti di penelitiannya. Kelas x dari SMA YPM 3 Sumobito adalah subjek dari penelitiannya. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan observation checklist, dan field note yang digunakan untuk mengimplementasikan dari wayang dalam pengajaran berbicara deskriptif teks. Untuk mengetahui respon murid dari pengimplementasian wayang dalam pengajaran ini penulis menggunaka questionnaire. Selain itu peneliti juga menggunakan test berbicara untuk mengetahui hasil dari murid dalam berbicara di embelajaran speaking deskriptif. Setelah mengkoleksi data, peneliti menganalisis data tersebut. Berdasarkan observasi, dia menemukan yang guru implementasikan dalam  menggunakan media wayang di pengajaran di pembelajaran berbicara deskriptif teks ini cocok. Selain itu, penggunaan wayang sebagai media, murid-murid lebih focus dan tertarik untuk tahu tentang wayang, jadi murid-murid merasa percaya diri berbicara bahasa inggris didepan kelas walaupun merekamengalami kesalahan dlam hal mengucapkan.berdasarkan dari hasil questionnaire murid-murid merasa tertarik dan antusias dalam pembelajaran yang menggunakan wayang ini sebagai media. Kesimpulannya, respon murid-murid adalah positif dan aktif di kelas karena mereka merasa mudah dan mengerti dari materi yang telah disampaikan oleh guru. Wayang memberikan motivasi dan murid-murid dapat mengembangkan kemampuan mereka di pembelajaran berbicara teks deskriptif dengan menggunakan wayang daripada sebelum menggunakan wayang.    Kata Kunci: berbicara, wayang, teks deskriptif, SMA.   Abstract Language has a central role in extending the learner’s intellectuality, social, and emotional and as the main element to learn the other subject of knowledge. Language is primarily spoken not written so spoken language is the first form of communication between human beings. When one starts to learn other language, he or she starts it by learning speaking. In the school speaking is very important so, the students must be confident to speak in front of class but ironically, most of students cannot speak English well directly. As a result, the students think that speaking is difficult for them because they always feel afraid to speak use English. To avoid this, the teacher should modify the speaking activity when the teacher teach and can solve the students’ unconfident to speak.  Related to the matters above, the researcher interested to observe in study the implemented of puppet as the media in teach speaking descriptive text, which is accordance with the students’ problem in teaching learning process of speaking. This study is conducted to describe the implemented of puppet in teach descriptive text for tenth graders and the students’ responses on the implemented of puppet in teach speaking descriptive physical appearance for tenth graders. The researcher used descriptive qualitative research in her study. The tenth graders of SMA YPM 3 Sumobito are the subjects of her observation. The data collection technique used for this research are observation checklist and field note which were used to obtain the data of the implemented of puppet in teach speaking descriptive text. To know the students’ responses of the implemented of puppet in teach speaking descriptive physical appearance, the writer did questionnaire. Besides, the researcher also knew the students’ resulted in speaking descriptive text used speaking test. After collected the data, the researcher analyzed them. Based on the researcher’s observation, she found that the teacher implemented puppet in teach speaking descriptive text is appropriated. Besides, used puppet as the media, the students were more focus and interested to know about the physical appearance of puppet, so the students felt confident speak in front of class although their had mispronounced and based on the resulted of questionnaire, the students were interested in puppet as the media in speaking descriptive text activity.  Finally, used puppet the students’ responses are positive and the students were active in the class because they felt easy and understood what the material to be described which is the puppet. Puppet gave students’ motivated and students could develop their ability in speaking descriptive text by used puppet as media than without media. The students’ speaking is better than before. Key word: speaking, puppet, descriptive text, senior high schoo

    PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER TARI REMO BOLET MELALUI METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

    Get PDF
    Seiring perkembangan jaman, memungkinkan kesenian tradisional akan mengalamikepunahan dengan adanya kesenian modern yang masuk pada ruang lingkup keseniantradisional. Salah satu upaya yang tepat untuk melestarikan dan pengembangan keseniandengan cara memasukkan kesenian dalam dunia pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran tentusaja menggunakan pendekatan yang berbeda-beda. Seperti halnya yang dilakukan padapembelajaran ekstrakurikuler seni tari di SMP Negeri 1 Dawarblandong yang menggunakanmetode tutor sebaya dalam penyampaian materi pebelajaran. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah adalah: (1) Pelaksanaan pembelajaranekstrakurikuler tari Remo Bolet, (2) pelaksanaan metode tutor sebaya pada pembelajaranekstrakurikuler tari Remo Bolet dan (3) Hasil belajar setelah menerima materi tari Remo Boletmelalui metode tutor sebaya. Pembelajaran ekstrakurikuler tersebut menggunakan tari RemoBolet sebagai materi pembelajaran. Sebagai strategi untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penelitian inimenggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data meliputi:(1) metode observasi, (2) metode wawancara dan (3) metode dokumentasi. Instrumenpenelitian menggunakan instrumen angket dan instrumen lembar observasi. Analisis data yangdigunakan adalah: (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan, sedangkanvaliditas data menggunakan triangulasi. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumberdan triangulasi teknik. Berdasarkan permasalahan penelitian, maka dapat dideskripsikan hasil penelitianbahwa pembelajaran ekstrakurikuler tari Remo Bolet di SMP Negeri 1 Dawarblandongmenggunakan metode tutor sebaya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, dengan caradibentuk menjadi beberapa kelompok. Berdasarkan penelitian, siswa yang mengikutipembelajaran ekstrakurikuler tari Remo Bolet melalui metode tutor sebaya, siswa lebihsenang, nyaman dan antusias dalam pembelajaran. Hasil ini ditunjukkan pula dengan adanyahasil pembelajaran ekstrakurikuler tari Remo Bolet melalui metode tutor sebaya. Dari 30 siswayang mengikuti kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler tari Remo Bolet, 27 siswa berhasilmendapatkan nilai diatas rata-rata (tuntas) dan 3 siswa mendapat nilai dibawah rata-rata(belum tuntas), sehingga prosentase ketuntasan siswa adalah 90% dan berada pada tingkatanbaik sekali atau optimal. Kata Kunci: pembelajaran, ekstrakurikuler, tari remo bolet, metode tutor sebay

    Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Manajemen Pembelajaran terhadap Penjaminan Mutu pada Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai Lampung

    Get PDF
    Quality assurance of education is a concept in education quality management. In the application of this concept any school or educational institution is directed to ensure that the educational services provided meet or exceed the expectations of its customers, both internal and external customers. Internal customers are teachers and school employees, while the primary external customers are learners. The results of this study indicate that pedagogic competence at the University of Bumi Bumi Ruwa Jurai Lampung significant influence on quality assurance that is equal to 59.80%. This is influenced by the purpose of teaching and in making a good, fast, and timely teaching program plan, a high quality assurance is a driver of quality assurance

    Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa di Televisi TV Trans7

    Get PDF
    This study aims to identify the behavior of the audience watching television, as well as analyzed the relationship between viewing behavior with the level of audiences satisfaction the programs Merajut Asa TV Trans7. The method was used in this study is a survey method with the quantitative approaches supported by qualitative data. The results of this study explain the choice of the most popular by farmers is the program information and entertainment. Farmers have a low duration of watching television, i.e. during 7,50-45,75 minutes/day, as well as the duration of watching programs Merajut Asa TV Trans7 also low, i.e. during 1-15 minutes. Farmers have a low frequency of watching television, the only watch 1-4 times a week. Frequency of watching programs Merajut Asa TV Trans7 also low, i.e. 1-2 times a month. Duration of watching is not associated with the level of audiences satisfaction. Frequency of watching associated with the level of audiences satisfaction, i.e. satisfaction information

    The relationship between listening to religious music and reading al-Qur'an to anxiety levels of medical students

    Get PDF
    Background: The rate of anxiety in students of the Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Surakarta is still high at 57.1% for moderate anxiety, while those including mild anxiety levels are 36.7% and severe anxiety levels are 6.1%. Tranquility in the soul can be obtained from listening to religious music and reading the Qur'an (recitations). This study aims to determine the relationship of listening to religious music and reading the Qur'an (recitations) to the level of anxiety.Methods: This study was an analytic observational study with a cross sectional approach. Samples were taken by purposive sampling. This study uses the TMAS questionnaire to assess anxiety. The number of samples is 54. Analysis of the data used is Chi-square and Logistic Regression.Results: The results of Chi-Square test about the relationship listening to religious music to anxiety levels showed p = 0.000 and the relationship of reading Al-Qur'an (tilawah) to anxiety showed p = 0.000 which p<0.05 present a significant correlation between two variables. Logistic Regression test results of listening to religious music to anxiety levels showed p = 0.008 and OR = 7.164 and the relationship of reading Al-Qur'an (tilawah) to anxiety levels showed p = 0.002 and OR = 8.244.Conclusions: There is a significant correlation between listening to religious music and reading the Qur'an (tilawah) with the level of anxiety of students in the Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta. Students who listen to religious music and often read the Qur'an (recitations) will reduce the risk of anxiety. Reading the Qur'an (recitations) is more influential on reducing the level of anxiety than listening to religious music
    • …
    corecore