6 research outputs found

    Studi kritik terhadap penentuan arah kiblat dan awal bulan Qamariyah pemikiran KH Ahmad Dahlan

    Get PDF
    KH. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh pemikir dan pembaharu dalam hal ilmu falak, yang meluruskan arah kiblat Masjid Agung Yogyakarta pada tahun 1897 M/ 1315 H. Pada saat itu Masjid Agung dan Masjid-masjid lainnya, letaknya ke barat lurus, tidak tepat menuju arah kiblat yang 24 derajat arah barat laut. Dengan berbekal pengetahuan ilmu falak atau ilmu hisab yang dipelajari melalui K.H. Dahlan (Semarang), Kyai Termas (Jawa Timur), Kyai Shaleh Darat (Semarang), Syekh Muhammad Djamil Djambek, dan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, KH. Ahmad Dahlan menghitung kembali arah kiblat secara tepat pada setiap Masjid yang melenceng. Bukan hanya itu saja karya yang ditorehkannya. Berdasarkan pengetahuan ilmu falak dan hisab yang dimilikinya, KH. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah, mendasarkan awal puasa dan Syawal dengan hisab atau perhitungan. Langkah ini berawal, karena pada masa hidupnya masyarakat Islam sedang ditimpa berbagai macam kritis. Umat Islam telah lupa pada tuntunan agama yang berdasar atas Qur’an dan Hadis|. Mereka telah berbuat bid’ah, khufarat, dan syirik. Hal inilah yang menyebabkan mereka jauh dari tuntunan agama yang sebenarnya. Untuk itu penulis sebagai mahasiswa ilmu falak menganggap penting mengangkat pembahasan ini kedalam sebuah tesis yang berjudul “STUDI KRITIK TERHADAP PENENTUAN ARAH KIBLAT DAN AWAL BULAN QAMARIYAH PEMIKIRAN KH.AHMAD DAHLAN”. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan sebuah pertanyaan; Bagaimanakah penentuan arah kiblat dan awal bulan Qamariyah menurut pemikiran ilmu falak KH. Ahmad Dahlan? dan Seberapa jauhkah pengaruh KH. Ahmad Dahlan di dalam Muhammadiyah terkait soal ilmu falak?, untuk menjawab tiga rumusan tersebut penulis menggunakan pendekatan ilmu falak atau astronomi yang merupakan ciri khas dari penelitian ini yang didukung dengan wawancara dan dokumentasi untuk mendapatkan data-data yang representatif. Penelitian ini menjawab tiga rumusan masalah yang telah penulis ajukan yaitu; Pertama, KH. Ahmad Dahlan mampu menciptakan teori menentukan arah kiblat yaitu memakai bola dunia, yang saat itu teknologi belum begitu maju, dengan bola dunia itu KH. Ahmad Dahlan berijtihad bahwa arah kiblat kota Yogyakarta pada umumnya dan Masjid Agung pada khususnya adalah 240, jika dibandingkan dengan perhitungan software kontemporer arah kiblatnya kurang serong ke kanan 10 15’ 00 dari kiblat nyata, sedangkan dari perhitungan rumus segitiga bola arah kiblatnya kurang serong ke kanan 00 42’ 21.88”. Kedua, awalnya KH. Ahmad Dahlan menentukan awal bulan Qamariyah adalah dengan hakiki taqribi mengikuti gurunya K. Dahlan Termas dengan kitab Taz\ki>r al-Ih}wa>n yang cenderung geosentris. Tetapi setelah berguru dengan Syekh Taher Djala>luddi>n, KH. Ahmad Dahlan berpindah ke hakiki tahkiki dengan menggunakan referensi Mat}la’ al-Sa’i>d yang cenderung heliosentris dan yang ketiga, KH. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah mempunyai keterkaitan diantara keduanya, karena gagasan-gagasan KH. Ahmad Dahlan hingga sekarang diadopsi oleh Muhammadiyah dalam permasalahan yang menyangkut ilmu falak

    TREN PENGEMBANGAN KAJIAN ILMU FALAK DI PONDOK PESANTREN AL-ISLAM JORESAN MLARAK PONOROGO

    Get PDF
    Astronomy is a unique and rare science that is considered to provide real benefits to Muslim society. One of the Islamic Boarding Schools in Ponorogo which preserves astronomy by incorporating this knowledge into a formal curriculum that combines astronomy to observe the new moon. This research is a qualitative descriptive research with data collection techniques using observation, interviews and documentation then the analysis uses development theory and astronomy theory which aims to find out the methods of studying astronomy at Al-Islam Islamic Boarding School Mlarak Ponorogo and to find out the implications of the development of studying astronomy on students and the community around Joresan Mlarak Ponorogo Al-Islam Islamic Boarding School. The results of this study were found in learning using 2 methods, namely classical and contemporary in which the classical method with reference to the book of Sulam al-Nayiro is given to MAK majors in grades 5 and 6 with material from the beginning of the moon to eclipses, while in class 4 the MAK majors students get learning astronomy with contemporary methods using ephemeris with initial materials prayer time and Qibla direction. So that the implications of studying astronomy are able to change students to be interested in information related to determining the beginning of the Hijri month, solar eclipses and lunar eclipses.Ilmu falak disebut juga dengan ilmu yang unik dan langka yang terbilang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat muslim. Sehingga perlu adanya progam khusus dari Kementerian Agama untuk mengembangkan ilmu falak di pondok-pondok pesantren. Seperti mengundang para utusan perwakilan pondok pesantren untuk sharing dan membahas mengenai perkembangan ilmu falak dengan para pakar dan para penggiat ilmu falak. Ada salah satu Pondok Pesantren di Ponorogo yang kini sampai sekarang masih melestarikan Ilmu falak dengan memasukan keilmuan tersebut ke dalam kurikulum formal yaitu Pondok Pesantren Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo, bahkan Pesantren ini mulai mengembangkan ilmu falak dengan memadukan ilmu astronomi dan mulai membangun tempat khusus untuk meneropong hilal atau biasa disebut dengan mini observatorium dengan tujuan agar ilmu falak bisa lebih menarik perhatian khususnya bagi santri di Pesantren Al-Islam dan Pesantren lain pada umumnya. Berawal dari latar belakang masalah ada 2 rumusan masalah yang harus peneliti cari yaitu: Bagaimana Metode Pembelajaran Ilmu Falak di Pondok Pesantren Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo? Dan Bagaimana Implikasi Pembelajaran Ilmu Falak di Pondok Pesantren Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo? Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif  dengan teknik pengambilan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian analisinya menggunakan teori pengembangan dan teori ilmu falak yang bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran ilmu falak di Pondok Pesantren Al-Islam Mlarak Ponorogo dan untuk mengetahui implikasi pengembangan pembelajaran ilmu falak terhadap santri dan masyarakat yang ada disekitar Pondok Pesantren Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo khususnya dan yang ada di seluruh Ponorogo pada umumnya. Hasil penelitian ini adalah Pondok Pesantren Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo dalam pengembangan pembelajaran ilmu falaknya untuk 3 tahun ini diberikan di tingkat aliyah mulai kelas 4 hingga kelas 6 (kelas 1 aliyah hingga kelas 3 aliyah) baik jurusan MAK (Madrasah Aliyah Keagamaaan) dan jurusan umum (IPA dan IPS) dalam pembelajarannya menggunakan 2 metode yaitu kalsik dan kontemporer yang mana metode klasik dengan referensi kitab Sulam al-Nayiroini diberikan untuk jurusan MAK di kelas 5 dan 6 dengan materi awal bulan hingga gerhana, sedangkan pada waktu kelas 4 jurusan MAK santri mendapatkan pembelajaran ilmu falak dengan metode kontemporer menggunakan ephemeris dengan materi awal waktu shalat dan arah kiblat. Kemudian pengaruh ilmu falak terhadap masyarakat, khususnya dalam pengembangan pembelajaran ilmu falak di Pondok Pesantren Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo yang mampu merubah santri menjadi tertarik dengan ilmu falak yang dianggap kuno yaitu dengan mulai diadakannya kegiatan rutin rukyatul hilal, kemudian secara luas lagi menjadikan masyarakat sekitarnya untuk lebih peka terhadap informasi-informasi yang berhubungan dengan ilmu falak seperti penentuan awal bulan hijriyah, gerhana matahari dan gerhana bulan yang mulanya hanya mendapatkan informasi dari berita televisi

    PROBLEMATIKA HISAB RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL RAMADHAN DAN SOLUSINYA DI INDONESIA

    Get PDF
    Differences start of Ramadanis commonly happened. Still, there are concerns and doubts with this difference. The society is not fully aware ofthe source of the difference. People often require to unite thebeginning of Ramadan, at least in Indonesia or world wide. Some people simply argue, "With one month and sun, howcan the beginning of Ramadan and the eid el-fitrday be different?".Unfortunately, there is no necessityfor the society to follow the government decree. Theymay use methods other than those used by the government. Thus, there is a wide range of opinion on the initial start of the month. Because of those diversity will also affect the fasting it self.Therefore,a reviewof Fiqih in the old reference needs to be enriched further by incorporating advanced factors, including separated astronomical and scientific analysis. Ijtihadiyah problem continues to grow adding the diversity factor. From those, the author examines the problems of hisab rukyah in determining the start of Ramadan and its solution in Indonesia. Keywords: Hisab, Rukyah, Ramadha

    Karl Popper's Falsification Theory of the Determination of the Gregorian Calendar Based on the Book of Risalatul Falakiyah K.H Misbachul Munir

    Get PDF
    The book of Risalatul Falakiyah is the work of KH. Misbachul Munir has a unique side compared to the Gregorian Calendar in general. This uniqueness is seen at the start of the calculation of the day and the market, namely Tuesday Pahing, while the count generally starts on Sunday Legi. This article aims to analyze the total of the Gregorian Calendar based on the book of Risalatul Falakiyah based on Karl Poper's falsification theory and analyze the accuracy of the comparison between the concept of calculating the Gregorian Calendar of the book of Risalatul Falakiyah using contemporary calculations based on technology. This research uses library research by conducting qualitative-descriptive analysis of data collected through documentation and interviews. The results showed: First, based on Karl Popper's falsification theory that the Gregorian calendar calculation theory of the book of Risalatul Falakiyah by K.H Misbachul Munir was proven by its correctness by comparing and testing its calculations with the standard formula of science obtained the same results. Second, based on the comparison and testing of technology-based calendar masehi calculations with mawaqit, it was found that the calendar calculation results from the book of Risalatul Falakiyah had the same accuracy as the calculation of mawaqit software

    STUDI KRITIK TERHADAP PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT DAN AWAL BULAN QAMARIYAH

    No full text
    This study seeks to reveal and explain the thinking of KH. Ahmad Dahlan about the direction of Qibla, the beginning of the month Qamariyah and the extent of the influence of KH. Ahmad Dahlan in Muhammadiyah related to astronomy.This study uses the approach of astronomy (falaq) or astronomy that are characteristic of astronomy research is supported by interviews and documentation to obtain representative data. These approaches can be found the results, namely: First, KH. Ahmad Dahlan able to create a theory to determine the direction of  Qibla ie using a globe, which was not yet so advanced technology, with a globe that KH. Ahmad Dahlan diligence that the direction of the Qibla of Yogyakarta city in general and in particular the Great Mosque is 240, when compared with the contemporary direction of qibla calculation software is less oblique to the right  1  15 '0 "(one degrees fifteen minutes zero seconds) of a real Kiblat, while from calculation formula triangle ball of qibla direction is less oblique to the right  0  42 '21.88".  Second, for the first time KH. Ahmad Dahlan determine the beginning of the month taqribi Qamariyah is essential to follow his teacher K. Dahlan Termas with the book of al-Ihwan Tazkir that tend to geocentric. But after Djalaluddin studied with Sheikh Taher, KH. Ahmad Dahlan move to the intrinsic reference Tahkiki using Matla 'al-Sa'id who tend to be heliocentric. Third, KH. Ahmad Dahlan with Muhammadiyah has a linkage between the two, because the ideas KH. Ahmad Dahlan until now been adopted and used by Muhammadiyah in issues related to the astronomy
    corecore