70 research outputs found

    Learning Social Skills Through Natural and Paid Supports

    Get PDF
    I had moved to Atlanta the age of 21 in 2003 with my aunt. Though I was 21 physically, emotionally I behaved at the level of a 14-year-old. I also lacked basic social skills and maturity. While others around me often pointed it out, I could not understand what they were talking about. So my aunt often role played by showing me how I would act. That got me interested in wanting to improve my social skills. Meanwhile I had attending various programs at the Emory Autism Center where Toni Thomas and Dr, Lauren Castriota taught the difference between what was appropriate and what wasn\u27t

    Mental Health Focus as a Deterrent for Justice Involved Youth

    Get PDF
    Tough-on-crime policies regarding youthful offending have resulted in a pendulum swing in which the juvenile justice system has shifted from a rehabilitative focus to one of punishment. The current paper evaluates different mental health program alternatives, as an option to return to a rehabilitative focus for juveniles, with a major focus on the Juvenile Treatment and Support Court in Kent County, Michigan. Through a qualitative analysis, there were findings of initial success with the youthful offenders presented in the court. Recommendations and limitations from the study are presented to aid further policy change and research

    Learning Social Skills Through Natural and Paid Supports

    Get PDF
    With 1 in 68 individuals living with autism, most are born with parts of the brain that pick up on social skills. While these skills can be taught, individuals with autism extra special support in learning in this area. Social skills can be taught in two different types of supports being that they are paid and natural supports. Furthermore, social skill styles can be taught through other methods such as the internet

    PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DALAM PERSEPSI PELAKUNYA DI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

    Get PDF
    Marriage is closely related to aspects of tradition, culture, economic factors, self-will, encouragement from parents, and so on. The results of the initial observations that the researchers made showed that couples who entered into underage marriages were due to various reasons, such as choosing to get married without coercion from their parents on the grounds that they love each other. There are also those who enter into underage marriages because they become pregnant out of wedlock as a result of promiscuity. The formulation of the problem in this research is how are the perceptions of underage actors about marriage. This study aims to reveal the perceptions of perpetrators of marriage about underage marriages. The focus of this research is to reveal the perceptions of underage actors about marriage. The basis of this research is the theory of Gestalt perception. The theory of perception is defined as the process of receiving stimulation through the advanced senses of an individual in selecting from information and experience which is then interpreted in order to make individual perceptions. The method applied to this research is descriptive qualitative research. The research informants were taken based on the classification, namely there were two underage marriage actors based on the economic level of the middle and upper families and pregnant out of wedlock, two perpetrators of underage marriages based on the level of higher education with the economic level of the middle and lower families, nine perpetrators of underage marriages based on love each other and the desire to marry at a young age, so that in this study 13 underage marriage actors were needed as key informants who married when they were under 20 years old. The location in this study was in Cerme District, Gresik Regency. Information collection techniques used are observation and in-depth interviews. The results of this study indicate that the perceptions of perpetrators of underage marriages are influenced by both internal and external factors. Internal factors are usually influenced by parental encouragement, self-will, or some things that require marriage to occur, such as getting pregnant out of wedlock. While external factors are influenced by peers, information media, community environment. The research results obtained from interviews with perpetrators who entered into underage marriages explained that the dream of having a beautiful marriage was wrong, after getting married of course there are many needs that make it stressful. There are some couples who think that getting married is so that their needs are met, but in fact some couples are of the view that after marriage there are many rules, marriage makes life prosperous. The suggestion in this study is that there is a need to socialize the age of marriage policy in Cerme District to parents in order to prevent conditions that can trigger their children to enter into underage marriages through meetings or at social gatherings for mothers in the Cerme District. Keywords: perpetrators, perceptions, underage marriagesPerkawinan sangat lekat dengan aspek tradisi, budaya, faktor ekonomi, keinginan sendiri, dorongan orang tua, dan sebagainya. Hasil observasi awal yang peneliti lakukan menunjukkan bahwasannya pasangan yang melakukan pernikahan di bawah umur dikarenakan berbagai alasan tertentu seperti memilih melangsungkan perkawinan tanpa unsur paksaan dari orang tua dengan alasan saling mencintai. Ada juga yang melangsungkan perkawinan di bawah umur karena hamil di luar nikah akibat pergaulan bebas. Rumusan masalah dalam penelitian yaitu bagaimana persepsi pelaku di bawah umur tentang perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengungkappersepsi pelaku perkawinan tentang perkawinan di bawahumur. Fokus dalam  penelitian ini adalah untuk mengungkap persepsi pelaku di bawah umur tentang perkawinan. Dasar penelitian ini adalah teori persepsi Gestalt. Teori persepsi diartikan sebagai proses penerimaan stimulasi lewat indera  lanjutan seorang individu dalam melakukan seleksi dari informasi dan pengalaman yang selanjutnya ditafsirkan guna untuk membuat persepsi individual. Metode yang diterapkan pada riset ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Informan penelitian diambil berdasarkan klasifikasi yaitu ada dua pelaku perkawinan di bawah umur berdasarkan tingkat ekonomi keluarga menengah keatas serta hamil di luar nikah, dua pelaku perkawinan di bawah umur berdasarkan tingkat pendidikan tinggi dengan tingkat ekonomi keluarga menengah ke bawah, sembilan pelaku perkawinan di bawah umur berdasarkan saling mencintai dan keinginan untuk menikah usia  muda, sehingga dalam penelitian ini diperlukan 13 orang pelaku perkawinan di bawah umur sebagai informan kunci yang menikah saat usia di bawah 20 tahun.Lokasi dalam penelitian ini pada Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik. Teknik pengumpulan informasi yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa persepsi pelaku melangsungkan perkawinan di bawah umur dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal biasanya dipengaruhi oleh dorongan orang tua, kemauan sendiri, atau beberapa hal yang mengharuskan perkawinan itu terjadi seperti hamil di luar nikah. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh teman sebaya, media informasi, lingkungan masyarakat. Hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dengan pelaku yang melangsungkan perkawinan di bawah umur memaparkan bahwa impian menikah indah itu ternyata salah, setelah melangsungkan perkawinan tentunya terdapat banyak kebutuhan sehingga membuat stress. Adapun beberapa pasangan yang berpandangan melangsungkan perkawinan agar kebutuhan terpenuhi, tetapi nyatanya sebagian pasangan berpandangan bahwa setelah menikah banyak aturan, menikah membuat hidup sejahtera. Saran dalam penelitian ini adalah perlu adanya sosialisasi kebijakan usia perkawinan di Kecamatan Cerme kepada orangtua agar dapat mencegah kondisi yang dapat mencetus anaknya untuk melakukan perkawinan di bawah umur  melalui pertemuan ataupun pada saat arisan ibu-ibu daerah Kecamatan Cerme. Kata Kunci: pelaku, persepsi, perkawinan di bawah umu

    PERAN PEGADAIAN TERHADAP PENYALURAN DANA PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus PT. Pegadaian Syariah Kantor Pusat Cabang Cipto Kota Cirebon)

    Get PDF
    Pegadaian sebagai penolong masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan waktu yang singkat dan tingkat biaya yang dikenakan juga masih terjangkau. Seiring dengan munculnya kesadaran masyarakat untuk bertransaksi secara tunai dengan mengacu pada prinsip�prinsip syariah kemudian lahirlah pegadaiaan syariah yang menjalankan operasionalnya diatur prinsip syariah dalam Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN�MUI/III/2002 tentang Rahn dengan tujuan memberikan bantuan pembiayaan. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2008 yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembalikan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Penelitian ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut tentang Peran Pegadaian Terhadap Penyaluran Dana Pada Pelaku Usaha Mikro Kecil Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus PT. Pegadaian Syariah Kantor Pusat Cabang Cipto Kota Cirebon) Studi ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yakni mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, pariwisata, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Hasil penelitian ini pegadaian syariah mempunyai peran yang sangat penting dalam mendorong ekonomi kerakyatan dibuktikan dengan adanya pembiayaan pegadaian syariah pada pelaku Usaha Mikro Kecil (UMK) dengan prosedur yaitu: Pertama, pelaku UMK pengajuan permohonan. Kedua, petugas menginformasikan terkait persyaratan dan ketetapan aturan. Ketiga, pelaku UMK menyetujui. Keempat, petugas melakukan taksiran pada barang jaminan. Kelima, petugas menyampaikan hasil taksiran dan sewa modal. Keenam, pencairan dan pelaku usaha melakukan angsuran setiap bulan. Pembiayaan dana pada pelaku usaha mikro kecil oleh pegadaian syariah dalam perspektif hukum islam menggunakan prinsip syariah yang digunakan oleh pegadaian syariah berdasarkan akad ijaroh dan akad rahn

    Persepsi Masyarakat Pesisir Utara Jawa dan Pentingnya Pendidikan Formal Sebagai Pendidika Berkelanjutan (Studi Kasus Desa Patimban Kecamatan Pusakanagara Kabupaten Subang

    Get PDF
    Pendidikan masyarakat yang ada di Desa Patimban memang secara garis besar masih rendah oleh karena itu penduduk nya masih dominan pedidikan Sekolah Dasar (SD) hal ini tentu menjadi suatu permasalahan untuk dibahas lebih untuk memberikan solusi terhadap kelanjutan pendidikan formal sebagai cara masyarakat dalam menunjang kehidupan yang lebih baik dan sejahtera dalam dunia pekerjaan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Persepsi masayarakat daerah pesisir pantai utara jawa terhadap kelanjutan pendidikan formal di desa Patimban Kecamatan Pusakaangara Kabupaten Subang Teori dari (Wahyudi, 2012:23) hasil dari pendidikan yang merupakan output yang berusaha memberikan focus dari proses usaha pendidikan, dan kemudian hasil yang terlihat atau output dari pendidikan itu sendiriberdasarkan secara kurikulum yang sudah efektif dalam suatu manajemen terpenting dalam sebuah keberhasilan kegiatan pendidikan baik dikelas maupun di lingkungan sekolah. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) untuk mempermudah Peneliti mendapatkan informasi secara langsung dari tempat dan objeknya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif metode deskripsi untuk memahami fenomena secara holistik dalam bentuk kata - kata dan Bahasa. Kemudian teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun analisis data menggunakan reduksi, penyajian data dan verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukan dalam persentase persepsi menunjukan 56% masyarakat yang tidak menanggap bahwa kelanjutan pendidikan formal itu penting dan 44 % persepsi yang ada dimasyarakat sikap yang tidak perduli terhadap kelanjutan pendidikan formal anak karena dari sejak lahir mayoritas anak-anak pesisir sudah membantu orang tua untuk bekerja dilaut sehingga sejak kecil sudah diberikan pemahaman bahwa anak itu harus mampu bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Kesimpulan dalam penelitian ini sebuah persepsi yang tumbuh dari masyarakat pesisir masih sangat kurang dalam pendidikan kelanjutan terutama untuk masa depan anaknya hal tersebut sangat berpengaruh penting kepada pendidikan anak

    Sistem Pendukung Keputusan Metode AHP dalam Penentuan Seseorang Beresiko Terkena Penyakit Ginjal

    Get PDF
    Penyakit ginjal dapat meningkatkan resiko kematian bagi penderita dan dapat juga menjadi pemicu timbulnya penyakit jantung dan penyakit hipertensi. Apabila gejala diketahui sedini mungkin, penderita dapat mengubah atau menyesuaikan gaya hidup sehat. Jika kondisi tersebut dan hidup sehat dapat diwujudkan, potensi menderita sakit gagal ginjal sangat kecil. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan analisa yang akurat dalam menentukan keadaan ginjal seseorang sebagai langkah awal penentuan resiko penyakit ginjal tersebut. Penelitian ini akan dibangun Sistem Pendukung Keputusan Metode AHP Dalam Penentuan Seseorang Beresiko Terkena Penyakit Ginjal. Hasil dari penelitian ini diharapkan sistem dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh para tenaga medis dalam memberikan informasi tentang resiko penyakit ginjal kepada para pasien.
    corecore